Rasanya yang lebih manis dan tidak mengandung kalori, membuat stevia mulai dilirik untuk dijadikan pengganti gula biasa. Seiring dengan kesadaran masyarakat yang lebih baik, budidaya stevia kini jadi incaran petani karena ceruk pasarnya masih terbuka lebar. Terlebih, stevia bisa dimanfaatkan bagi penderita penyakit tertentu yang disarankan membatasi konsumsi gula dalam diet harian.
Gaya hidup yang serba instan membuat banyak orang memilih makanan dan minuman cepat saji tanpa menyadari kandungan gula di dalamnya. Padahal kelebihan asupan gula berkaitan dengan berbagai penyakit, seperti diabetes tipe 2, obesitas dan penyakit jantung. Penting diketahui, batasan asupan gula untuk pria adalah 37 gram atau 9 sendok teh per hari. Sedangkan untuk wanita sebanyak 25 gram atau 6 sendok teh per hari.
Menyadari peluang bisnis pemanis stevia, Acep Solihin, petani Desa Cipendawa,Kecamatan Pacet, Cianjur-Jawa Barat, mencoba peruntungan mengembangkan bisnis stevia di lahan seluas 0,5 ha Hal ini disadari karena penderita diabetes di Indonesia makin meningkat. Nah, bagaimana perjalanan Acep Solihin dalam budidaya tanaman stevia, berikut wawancara Agro Indonesia dengan petani yang ramah itu.
Mengganti gula pasir dengan stevia, apa keuntungannya?
Stevia merupakan pemanis buatan dan pengganti gula yang diekstrak dari daun tanaman Stevia rebaudiana. Stevia terasa manis berkat kandungan steviol glycosides yang ada di dalamnya. Senyawa tersebut membuat stevia terasa 250-300 kali lebih manis dari sukrosa atau gula biasa. Karena rasanya yang jauh lebih manis, stevia tidak perlu digunakan dalam jumlah terlalu banyak sebagai pemanis dalam makanan ataupun minuman. Misalnya jika terbiasa menambahkan 2 sendok teh gula sebagai pemanis dalam kopi atau teh, dengan stevia cukup menggunakan 1 sendok teh untuk mendapatkan rasa manis.
Konon, walau jauh lebih manis jika dibandingkan dengan gula biasa, stevia tidak mengandung kalori. Kalaupun ada, itu biasanya berasal dari bahan makanan lain yang dicampur di dalamnya. Sebagai perbandingan, dalam satu sendok teh gula biasa (sekitar 40 gram) terdapat 16 kalori dan 4 gram karbohidrat, sedangkan dalam 1 sendok teh stevia terdapat 0 kalori dan hanya ada 1 gram karbohidrat
Penelitian menunjukkan bahwa kadar gula darah setelah makan pada penderita diabetes pun dilaporkan berkurang ketika mengonsumsi stevia. Beberapa studi lain menyatakan kemungkinan mengganti gula biasa dengan stevia dapat mengurangi risiko terkena diabetes. Membantu mengurangi berat badan karena stevia tidak mengandung kalori. Total asupan kalori harian akan berkurang jika mengganti asupan gula dengan stevia. Cara ini bisa membantu menjaga atau mengurangi berat badan, asalkan tidak makan secara berlebihan.
Berapa luasan lahan yang digunakan untuk budidaya stevia di Cianjur?
Baru 15.000 meter, tetapi akan terus mengembangkan, karena belum banyak petani yang mencoba budidaya stevia terutama di Cianjur, sehingga saya mencoba peruntungan untuk mengembangkan tanaman stevia.
Hasil produksinya sudah dikirim kemana saja?
Baru dijual lokal sebagai teh stevia karena belum ada legalitas dan perizinan. Namun, yang ada di benak saya, InsyaAllah akan sukses dan berkembang, karena budidaya stevia masih jarang dikembangkan petani lain. Selain itu, harapan saya ke depam masyarakat Indonesia akan lebih familiar terhadap stevia sebagai pengganti pemanis gula dan memanfaat teh stevia menjadi bahan pokok pengganti gula pasir.
Apa yang Anda ketahui tentang stevia?
Daun stevia umum digunakan sebagai pemanis minuman atau dikonsumsi begitu saja untuk mendapatkan rasa manisnya. Daun tersebut memiliki rasa manis alami, karena mengandung senyawa kimia steviol glikosida yang memiliki tingkat kemanisan 250–300 kali lipat dari sukrosa (gula murni).
Karena sangat manis, maka penggunaan stevia sedikit saja sudah cukup untuk memberi rasa pada minuman. Meski rasanya jauh lebih manis daripada gula, stevia tidak menambah kalori alias memiliki nol kalori. Oleh karena itu, stevia kini marak digunakan sebagai pengganti gula.
Apa saja manfaat daun stevia?
Di balik kegunaannya untuk menggantikan gula konvensional, daun stevia juga menyimpan beragam manfaat sehat, di antaranya: menurunkan berat badan. Karena stevia mengandung nol kalori, maka penambahan stevia sebagai pemanis tidak akan memasok kalori sama sekali ke dalam tubuh. Dengan demikian, tetap dapat menikmati teh dan kopi manis tanpa harus takut mengalami kenaikan berat badan. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh Anda yang sedang dalam program diet menurunkan berat badan, atau siapa pun yang ingin menjaga berat badan tetap ideal.
Ketika Anda menanam stevia, tentu punya misi tertentu apa itu?
Iya di negara kita penderita diabetes terus meningkat, rata-rata konsumsi gula pasir pada penduduk di Indonesia berlebih, karena itu, dengan saya menanam stevia, harapan saya konsumsi gula pasir yang berlebih bisa diganti dengan stevia yang lebih aman. Bagi penyandang diabetes yang harus selalu mengontrol kadar gula darah tetap stabil, dokter umumnya tidak menyarankan konsumsi gula dan minuman manis. Sebaliknya, dokter biasanya akan menganjurkan untuk menggantinya dengan pemanis buatan. Menurut penelitian, stevia tergolong aman untuk digunakan sebagai pemanis buatan oleh penyandang diabetes. Karena bukan gula dan mengandung nol kalori, maka konsumsi stevia tidak merusak kestabilan kadar gula darah, termasuk pada penyandang diabetes.
Pada penelitian lain, stevia diketahui dapat menurunkan kadar insulin dan glukosa darah. Tak hanya itu, stevia juga dapat menambah kepuasan makan dan rasa kenyang yang lebih lama. Hal itu mampu membuat penyandang diabetes mengontrol keinginan untuk makan atau ngemil berlebihan. Penelitian menemukan bahwa orang yang rutin mengonsumsi stevia selama satu bulan mengalami peningkatan kadar kolesterol baik (HDL), dan penurunan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) maupun trigliserida. Tidak seperti gula konvensional yang dapat menyebabkan gigi berlubang atau karies, stevia ramah untuk kesehatan gigi dan rongga mulut. Itu berbagai manfaat daun stevia bagi kesehatan tubuh yang saya ketahui. Karena itu, saya membudidayan stevia di kampung halaman saya di Dusun Pacet Benying, Desa Cipendawa.
Apa saja kesulitan yang Anda temui dalam budidaya stevia?
Saya sudah memulai budidaya stevia 1,5 tahun yang lalu dengan pekerja 20 orang 5 laki-laki dan 15 perempuan. Sebelumnya pemasaran lancar-lancar saja dengan produktivitas rata-rata 600 ribu kilogram teh kering bisa terserap pasar lokal. Namun, untuk saat ini kesulitan hanya pada pemasaran, apalagi ditambah mewabahnya Covid 19 sehingga saat panen susah untuk memasarkan.
Apa harapan Anda ke depan dengan budidaya stevia?
Seperti halnya yang kami lakukan dalam budidaya hortikultura, saya ingin ke depannya ada petani binaan untuk komoditas stevia. Mengigat, untuk budidaya stevia ini pekerja kami belum pernah mengikuti pelatihan apapun. Tetapi tentu saya punya angan-angan untuk sukses dalam mengembangkan produk pertanian stevia dan bisa memberikan manfaat untuk masyarakat Indonesia.
Produksi yang sudah Anda lakukan dalam bentuk apa?
Masih berupa teh kering dengan harga jual Rp 75.000/100 gram. Kami memanfaatkan lahan yang tidak produktif yang sebelumnya ditanami bambu Saat ini tidak hanya produksi teh kering saja tetapi saya sudah mampu membuat bibit dari biji stevia dan saya berharap ke depan akan membuat teh celup stevia. Shanti