Orchidacea atau bunga anggrek merupakan jenis tanaman hias yang diminati karena bentuk dan warna yang menawan dan memiliki banyak jenis. Terdapat sekitar 26.000 spesies anggrek yang tersebar di seluruh dunia. Sebanyak 5.000 spesies diantaranya hidup di berbagai wilayah di Indonesia.
Tanaman anggrek menyukai cahaya matahari, namun secara tidak langsung. Bentuk daun anggrek biasanya oval, memanjang dengan tulang daun memanjang pula yang berfungsi untuk menyimpan air. Bunga anggrek sangat populer di kalangan wanita sebagai simbol dan aroma pengharuman. Begitu menariknya anggrek, sehingga banyak yang ingin memilikinya. Tetapi untuk budidaya anggrek tidak bisa sembarangan. Ada beberapa hal yang perlu diketahui agar hasil anggrek bisa didapat secara maksimal.
Untuk mendapatkan anggrek yang maksimal inilah, Asosiasi Petani Anggrek Kota Yogya (APAKY) yang diketuai Kadarsih Agus, menggaet Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Propinsi DIY, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Yogya, PPL, praktisi anggrek, kelompok tani dan masyarakat yang berminat, mengembangkan anggrek dalam pelatihan budidaya anggrek.
Pelatihan ini diadakan di Pendopo Sanggrahan Pamukti Giwangan Umbulharjo Yogyakarta, selama dua hari, belum lama ini. Dalam pelatihan selain diberi materi teori budidaya anggrek, diajarkan secara praktik oleh Kadarsih Agus dan tim. Mulai dari bagaimana memilih anggrek yang baik, mengenali anggrek yang sakit, cara memisahkan anggrek, menanan anggrek dan menempelkan anggrek ke tanaman lain.
Pelatihan ini sebenarnya adalah salah satu program yang dijalankan APAKY. Beberapa program sementara dihentikan, mengingat adanya wabah virus corona.
Perwakilan Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Propinsi DIY seksi Hortikultura Ir Wiwien menyatakan anggrek memang banyak penggemarnya. Kelompok-kelompok atau individu pecinta anggrek semakin bermunculan.
Dia menjelaskan, awalnya hanya ada 1 asosiasi anggrek di Kota Yogyakarta, dan ada PAI (Perhimpunan Anggrek Indonesia) DIY di UGM. Kemudian di tahun 2019 lahir 2 asosiasi anggrek lagi, di Sleman dan Kulonprogo.
Tahun 2020 ini, pihaknya akan mendorong terbentuknya dua asosiasi lagi yaitu di Gunungkidul dan Bantul.
Menurut Wiwien, pihaknya ingin bersama-sama masyarakat mengembangkan anggrek. Petani yang tadinya belum berkembang didorong menjadi cukup pembudidaya besar.
“Sasarannya kami yang masih embrio dan yang kepingin maju, kami akan bersama sama mendorong. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan selama dua hari materi dan praktik. Diharapkan setelah ini, dengan bekal yang ada, masing masing menidaklanjuti di kebunnya, di rumahnya,” ucapnya.
Lebih lanjut Wiwien menyampaikan dirinya sangat senang dengan perkembangan budidaya anggrek di Yogyakarta. Saat produksi secara nasional menurun, produksi anggrek di Yogyakarta bisa meningkat. Ini tak lepas dari dukungan dana dari APBD. “Bu Kadarsih dan teman temannya ini kerja sama dengan kita, dengan bagus. Ketika anggrek di kami ada masalah, dia monitoring dan memberikan solusi kepada kami,” katanya.
Kendala
Ada sejumlah kendala dalam mendorong budidaya anggrek. Diantaranya adalah sistem produksi yang masih tradisional, kualitas produk yang belum maksimal, dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih bisa ditingkatnya.
Soal kelembagaan, pembudidaya anggrek juga belum mandiri. Di sisi lain, petani masih terkesan sebatas hobi dalam melakukan budidaya anggrek. Padahal, dari cinta anggrek bisa menjadi agribisnis yang bisa memberikan pendapatan.
Dalam kesempatan pelatihan ini Lurah Giwangan Anngit Sarifudin, menyatakan, pihaknya sudah bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY dan Kota DIY dan PKK untuk budidaya anggrek.
Petani di sana juga menanam kelengkeng. Tanaman anggrek ditempatkan di tanaman kelengkeng. Ini sekaligus juga mendukung pengembangan sebagai kawasan objek wisata
“Perlu dukungan dari semua pihak, Dinas Ketahanan pangan DIY dan Kota, mau mengembangkan anggrek dari sisi mana? Dan dari sisi manapun anggrek masuk, bisa jadi potensi yang besar. Kegiatan ini bisa terus dijalankan, supaya Yogya bisa menjadi pusat anggrek,” jelasnya.
Senada dengan Lurah Giwangan, Eko Budi Suprihatin Penyuluh Pertanian Lapangan Umbulharjo dari Dinas Pertanian Ketahanan Pangan Kota Yogya, menyatakan besarnya potensi pengembangan anggrek di kota Yogya. Menurut dia, seluruh jengkal di kota Yogya sangat potensial untuk dikembangkan budidaya anggrek. Hanya dukungan fasilitasnya yang perlu dibicarakan secara bersama-sama. Anna Zulfiyah