Ancaman perang dagang antara Uni Eropa (UE) dengan Amerika Serikat (AS) makin meningkat terkait kebijakan UU iklim Presiden Joe Biden senilai 370 miliar dolar AS. Prancis diperkirakan bakal mengalami kerugian 8 miliar euro ketika berbagai bisnis diberikan insentif untuk pindah ke Amerika.
Brussels menuntut agar produk-produk yang dibuat di blok UE harus memperoleh akses ke subsidi yang sama yang ditawarkan pemerintah AS kepada industri-industri guna mendorong tekonologi hijau dan mengatasi emisi karbon berdasarkan UU Pengurangan Inflasi (IRA).
Langkah-langkah IRA termasuk pemotongan pajak untuk konsumen yang membeli mobil-mobil listrik buatan AS, serta serangkaian kredit penting lainnya untuk industri berdasarkan inisiatif energi bersih dalam negeri, seperti listrik tenaga surya, angin, nuklir dan teknologi penangkapan karbon (CCS).
Pemerintah Prancis mengklaim negaranya akan kehilangan investasi 8 miliar euro ketika berbagai operasional perusahaan direlokasi ke AS memanfaatkan pemberian subsidi untuk produksi lokal, kata sejumlah diplomat.
Di saat sebagian besar negara anggota UE masih menghitung potensi kerugian yang bakal diderita, benua biru ini sudah sepakat perlunya Brussels mendorong langkah-langkah yang “nyata dan kongkret” dalam pertemuan para dubes pekan lalu, tambah mereka.
Presiden Prancuis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz dalam pertemuan hari Jumat (28/10) juga dilaporkan telah menemukan kesepakatan mengenai respons Eropa terhadap aksi AS — yang mendorong warga negaranya untuk “Beli (produk) Amerika”.
Ketegangan pecahnya perang dagang terus berkembang meskipun upaya pemerintah Biden untuk memperbaiki hubungannya dengan Eropa setelah empat tahun mendendam di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.
Prancis, terutama, telah menyuarakan peringatan dalam beberapa pekan terakhir bahwa IRA merupakan sikap proteksionis yang tidak adil. Para pembeli mobil listrik Prancis berhak memperoleh subsidi sampai 7.000 euro (Rp100 juta lebih), terlepas mobil itu diproduksi di mana. Di AS, potongan pajak pendapatan sampai 7.500 dolar AS akan diterapkan untuk mobil-mobil baru yang diproduksi di AS.
Dua produsen besar mobil Eropa, Stellantis — yang memiliki bisnis penjualan mobil model Chrysler dan Fiat di AS cukup besar — serta Renaults yang lebih kecil, telah menanamkan modal besar-besaran untuk produksi mobil listrik menjelang tenggat waktu tahun 2035 buat UE menghapus mobil-mobil ber-BBM, di mana banyak fasilitas produksinya itu berlokasi di Eropa.
Contoh investasi lainnya yang bisa terpengaruh IRA adalah pembangkit listrik tenaga angin. GE tahun lalu memperluas bisnis energi terbarukannya di Eropa dengan produksi bilah baling-baling turbin angin di pabriknya di Cherbourgh, Prancis.
Prancis telah mendesak Komisi Eropa untuk menanggapi IRA dan sedang mengerjakan opsi sendiri, kata sorang sumber di kementerian keuangan.
Respons paling potensial termasuk mengajukan keluhan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), pembalasan (retaliasi) pengenaan tarif, atau pengecualian untuk membolehkan produk-produk yang dibuat di UE menjadi bagian dari skim pengurangan pajak AS.
Pengecualian itu bisa membuat perusahaan-perusahaan Eropa tetap mempertahankan operasional mereka di benua biru tersebut, yang akan mencegah terjadinya kehilangan pendapatan dan serapan tenaga kerja lingkungan, kata seorang sumber yang mengetahui pembahasan tersebut. “Kami ingin Washington menerapkan aturan tersebut dengan cara yang murah hati. Ini merupakan skenario kasus terbaik kami,” tambahnya, sepeti dimuat Financial Times.
Namun, pakar-pakar perdagangan AS terbelah menanggapi langkah-langkah apa yang bisa diambil pemerintah Biden untuk menanggapi kekhawatiran Eropa, serta Jepang dan Korea Selatan, mengenai dampak terhadap industri mereka, tanpa harus kembali ke Kongres untuk mengubah teks IRA.
Konsultasi Departemen Keuangan AS dengan industri soal bagaimana menerapkan UU tersebut bisa memberikan celah buat para mitra dagang. Misalnya saja, definisi “perakitan final” bisa berarti mobil-mobil listrik bisa diimpor dalam bentuk terurai untuk dirakit di AS dan oleh karenanya masuk dalam kualifikasi untuk memperoleh pengurangan pajak.
Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan kepada Financial Times awal Oktober bahwa para pejabat Depkeu telah bertemu dengan “pihak-pihak yang berbeda” saat mereka menyusun RUU IRA yang akan menentukan bagaimana perusahaan yang memenuhi syarat untuk memperoleh keringan pajak.
AS dan UE pekan lalu sepakat untuk membentuk kelompok kerja (pokja) mengenai IRA, yang disebut Gedung Putih akan jadi bagian dari diskusi “peluang dan keprihatinan produsen-produsen Eropa.”
Dalam wawancara televisi pekan lalu, Macron berpendapat bahwa Eropa naif dalam berpegang teguh terhadap kebijakan-kebijakan perdagangan bebasnya.
“Kita butuh ‘UU Beli (produk) Eropa’ seperti Amerika, kita perlu mencadangkan (subsidi negara) untuk pabrikan-pabrikan Eropa kita,” tandasnya. “Anda punya China yang melindungi industrinya, AS yang melindungi industrinya, dan Eropa yang merupakan rumah terbuka.”
Namun, Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner mengatakan pada Financial Times bahwa respons Eropa terhadap IRA tidak boleh menciptakan rezim subsidi sendiri. Hanya saja, dia menyerukan perundingan lebih lanjut antara UE dan AS guna membahas efek IRA.
“Sudah pasti itu tantangan buat kita,” katanya. “Tapi kita harus memperkuat daya saing kita sendiri sebagai tanggapannya. Kita tidak ingin mencegah dengan kata-kata kasar agar perusahaan Eropa tidak berinvestasi dan pindah ke AS, dan memasuki persaingan dengan subsidi, tapi dengan menciptakan kondisi yang sangat bagus untuk investasi di Eropa.” AI