Sebagai akademisi, peneliti, penggiat gerakan sosial, pengamat politik dan konsultan pembangunan, Bachrianto Bachtiar tentu punya seabreg kesibukan. Belakangan, waktunya pun semakin padat. Di ranah politik, pria Bugis ini maju sebagai calon Bupati Luwu, periode 2018-2023.
Kendati demikian, Bachrianto bersama rekan-rekan Ikatan Alumni Perikanan Universitas Hasanuddin (Unhas) masih sempat merancang pengelolaan 17 hektare (ha) lahan tambak mangkrak di daerah Bojo, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
Bachrianto memastikan survey lahan sudah dilakukan dan model pengelolaannya juga telah ditetapkan. “Alumni perikanan Unhas yang ahli dalam pengelolaan kawasan, budidaya perikanan, teknologi budidaya dan manajemen pakan akan terlibat langsung dalam proyek. Sebagai tanggung jawab profesi dan moral alumni,” ujar Ketua Ikatan Alumni Perikanan Unhas sejak 2011 ini.
Menurut Bachrianto untuk mengelola lahan milik mantan Walikota Makassar, Malik Masry, Alumni Perikanan Unhas akan berkoordinasi dengan Divisi Aset Unhas sebagai penanggung jawab lahan.
Tidak hanya itu, Alumni Perikanan Unhas juga berencana menggandeng Balai Budidaya Air Payau Makassar untuk mendukung penyediaan benih ikan nila. “Skema bisnisnya diusulkan berbentuk koperasi,” kata Bachrianto kelahiran Jakarta, 2 Mei 1965.
Untuk diketahui, Unhas sendiri memiliki lahan seluas total 22 ha di Bojo. Pada Oktober 2017 lalu, 5 ha lahan sudah dijadikan kawasan eduwisata aqualife yakni wahana wisata yang menggabungkan konsep wisata akuakultur dan mangrove. Di taman wisata ini terdapat rumah kecil untuk bersantai menikmati keindahan ekosistem mangrove dan danau buatan.
Sedangkan pada 2010-2011 silam kawasan tersebut pernah dikelola sebagai tambak pendidikan yang komoditasnya berupa kepiting soka. Sebelum dikembangkan untuk produksi skala besar, 2 tambak sudah dimanfaatkan untuk budidaya ikan bandeng dan nila skala kecil. Dimana penebarannya mencapai 1.000 ekor dalam 1 ha. WWF-Indonesia pun menyebutnya cukup berhasil untuk skala tradisional.
Untuk mengetahui konsep pengelolaan tambak pendidikan modern ala Unhas, berikut bincang-bincang Agro Indonesia dengan kandidat doktor pembangunan lingkungan Universitas Brawijaya, master pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan jebolan Institut Pertanian Bogor, sarjana perikanan Unhas ini pekan lalu.
Kenapa mesti alumni Unhas yang repot mengelola lahan? Bukan kah lebih praktis lahan itu disewakan saja..
Kalau disewakan memang risikonya kecil. Tapi keuntungannya juga kecil. Potensi alumni cukup besar, baik dari sisi kuantitas mau pun dari sisi profesionalitas. Mulai dari fresh graduate hingga yang sudah berpengalaman dalam pengelolaan tambak. Potensi ini perlu dioptimalkan secara nyata. Dengan pengelolaan oleh alumni secara profesional, maka akan memberi ruang kerja yang lebih luas kepada alumni-alumni perikanan. Kedekatan emosional antara alumni dan pihak pemilik dalam hal ini universitas akan memberikan kemudahan dalam implementasi kerjasama, dan lain-lain. Sehingga the right man in the right place (orang yang tepat di tempat yang tepat) dapat terwujud.
Di sisi lain, konsep penyewaan kepada pihak lain akan mengedepankan aspek ekonomi bisnis secara dominan. Sehingga otomatis akan menutup ruang yang lebih tersebut bagi alumni untuk mengimplementasikan ilmunya.
Apa saja target yang ingin dicapai dalam pengelolaan lahan?
Ultimate goal nya adalah optimalisasi lahan atau tambak baik dari sisi fungsi, multiplayer effect of economic dan social, hingga menjadi bench marks pengelolaan tambak di Indonesia. Intinya satu, kalau mau diretas bisa banyak. Tambak pendidikan yang di Barru itu cerminan kualitas alumni perikanan yang dihasilkan Unhas. Kemampuan alumni perikanan dalam mengelola tambak akan terukur.
Bisa dijelaskan seperti apa konsep modern yang akan diterapkan?
Konsep modern yang akan diterapkan pada aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis akan mengadopsi metode dan teknologi terbaru yang efisien dan efektif terkait pengelolaan tambak secara teknis. Aspek manajerial akan mengadopsi beberapa aplikasi berbasis IT: android, desktop mau pun berbasis web. Misalnya, aplikasi water quality control dan pemberian pakan dengan android.
Ada alasan khusus kenapa yang dipilih ikan nila?
Karena bibit nila tersedia dan teknologinya sudah kami kuasai. Nila juga pertumbuhannya cepat, padat tebar tinggi, harga relatif stabil, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, memiliki nilai ekonomis bagus (pangsa pasar), kandungan protein yang tinggi. Pada prinsipnya, lebih terkontrol dari resiko budidaya.
Apa ada tantangan yang akan dihadapi alumni? Mengingat, sebelumnya pada 2010-2011 lahan itu pernah dikelola sebagai tambak pendidikan juga.
Tantangannya tentu banyak. Diantaranya, dari aspek manajerial usaha. Pengelolaan yang dilakukan harus berorientasi bisnis. Sehingga keberlanjutan finansial dapat terjaga dan di sisi lain memberikan keuntungan ekonomi. Selain itu dibutuhkan komitmen bisnis yang tinggi, bukan setengah-setengah. Sehingga dapat memberikan jaminan usaha dalam jangka panjang. Tantangan lainnya, dari aspek teknis adalah dibutuhkan tenaga-tenaga profesional di bidang IT. Solusinya, turunkan mahasiswa atau alumni yang tertantang menjadi petambak.
Ngomong-ngomong, kenapa baru sekarang lahan itu dikelola? Karena ada rentang waktu yang cukup lama dari 2011-2018.
Karena baru saat ini ada kesempatan dari pemilik lahan.
Fenny YL Budiman