Pembangunan Dam Parit Juga Antisipasi Kekeringan

Dam parit, selain untuk meningkatkan indeks pertanaman (IP), juga berguna mengatasi kekeringan, terutama untuk menghadapi ancaman El Nino tahun ini.

Kementerian Pertanian (Kementan) mengandalkan dam parit dalam upaya menambah luas tanam dan menaikkan Indeks Pertanaman (IP). Pembangunan dam parit juga berguna untuk mengantisipasi musim kering.

Salah satu dam parit yang dibangun Kementan berada di Desa Banjaran, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah yang dikelola Kelompok Tani (Poktan) Maju Jaya Abadi.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pembuatan dam parit bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan pertanian yang lebih baik.

Proyek konservasi lahan juga diharapkan menyelamatkan lahan kritis dengan menanamkan tanaman konservasi produktif. “Masyarakat dan para petani diharapkan bisa menjaga dan merawat apa yang telah dibangun pemerintah,” katanya.

Mentan berharap, pembangunan dam parit atau embung di Desa Banjaran, Kabupaten Brebes, Jateng bisa menampung air hujan dan mengairi sawah, sehingga mampu meminimalisir kerugian petani.

“Program pembangunan embung itu merupakan program strategis untuk penampungan air hujan atau sumber sumber mata air di tempat lain,” ujarnya.

Dia menyebutkan, luas layanan minimal untuk dam parit adalah 25 hektare (ha) untuk tanaman pangan serta 20 ha buat tanaman hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil menambahkan, pembangunan dam parit di Kabupaten Brebes merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengantisipasi kekurangan air irigasi pada musim kemarau.

“Dengan adanya dam parit, air sungai dapat ditahan dan ditampung untuk dialirkan ke lahan pertanian,” katanya.

Ali menjelaskan, keberadaan dam parit seharusnya bisa meningkatkan luas areal tanam dan tingkat produksi pertanian.

“Dengan begitu, yang menjadi skala prioritas alokasi kegiatan dam parit pertanian adalah lokasi rawan terdampak bencana kekeringan akibat anomali iklim,” imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Irigasi Ditjen PSP Kementan, Rahmanto mengatakan, pembangunan dam parit dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan El Nino atau musim kering.

Dia menjelaskan, dam parit bisa menampung air hujan dan mengairi sawah sehingga meminimalkan kerugian petani.

“Oleh karena itu, pembangunan dam parit harus dekat kawasan pertanian. Hal ini juga tidak lepas dari pengelolaan dan pemeliharaan yang baik dari poktan di sekitar dam parit. Semua harus menjaganya bersama-sama,” ujarnya.

Yang jelas, berkat pembangunan dam parit ini, IP di Desa Banjaran, Brebes — yang rata-rata berjumlah 200 — meningkat menjadi 300 dengan luas lahan 28,9 ha.

Rahmanto menyebutkan, latar belakang permasalahan yang dihadapi poktan adalah air sungai melimpah, tetapi hanya sedikit yang bisa dimanfaatkan.

“Begitu juga bangunan dam parit hasil swadaya masyarakat yang sudah rusak parah. Bantuan dari PSP Kementan ini dikerjakan anggota poktan secara swadaya,” ungkapnya.

Airi Puluhan Hektare Sawah

Sementara dalam upaya meningkatkan tampungan air dan mendukung ketahanan pangan nasional, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga sudah menyelesaikan pembangunan Embung Talago Mumbuang, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, penyediaan sarana dan prasarana air seperti bendungan dan embung diperuntukkan untuk ketahanan air dan kedaulatan pangan.

“Di beberapa daerah masih terdapat masyarakat yang masih kesulitan memperoleh air bersih. Realitas seperti ini menjadi perhatian Kementerian PUPR agar selalu berupaya menyediakan infrastruktur salah satunya melalui pembangunan embung,” katanya.

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V Padang, Mochammad Dian Al-Ma’ruf mengatakan, pembangunan Embung Talago Mumbuang dilaksanakan pada tahun anggaran 2019-2021 dengan biaya Rp18,1 miliar.

Saat ini, Embung Talago Mumbuang dengan luas genangan 0,23 ha telah selesai dan dapat mengairi sekitar 50 ha areal sawah di tiga jorong yakni, Jorong Bansa, Jorong Babukik dan Jorong Alang.

“Embung ini sekaligus menjadi ruang publik sebagai destinasi wisata baru karena memiliki pemandangan indah berlatar Gunung Singgalang,” kata Dian.

Dengan latar belakang pemandangan yang indah bernuansa alam khas pedesaan, dilengkapi dengan jogging track dan terletak di sebuah kaki bukit di Jorong Babukik atau tidak begitu jauh dari Danau Tarusan, embung ini menjadi viral di media sosial setelah pembangunannya rampung dan memiliki pesona tersendiri bagi wisatawan lokal.

Dian Ririn Febriani, salah seorang pengunjung Embung Talago Mumbuang membagikan kegiatan senam bersama rekan-rekannya di lokasi embung tersebut dalam akun instagramnya.

Embung merupakan salah satu teknik pemanenan air yang sangat sesuai di daerah yang sering mengalami kekeringan. Embung berfungsi untuk mendistribusikan dan menjamin kontinuitas ketersediaan air untuk berbagai kebutuhan masyarakat.

Embung bisa menyimpan air pada saat musim penghujan untuk dapat dimanfaatkan pada waktu diperlukan. Selain itu, embung juga berfungsi untuk menngisi kembali air tanah sebagai upaya konservasi sumber daya air. YR

Dampak El Nino, Irigasi Bisa Kekeringan

Kementerian Pertanian (Kementan) mengantisipasi musim kemarau tahun ini melalui beberapa upaya. Apalagi, dengan adanya anomali cuaca tahun ini, yakni El Nino, maka Indonesia harus menyusun strategi ketahanan pangan agar jangan sampai terjadi kelangkaan air.

“Kita harus melakukan upaya antisipasi perubahan iklim, terutama saat kemarau nanti. Misalnya memanfaatkan infrastruktur air, seperti embung, dam parit maupun long storage saat kemarau datang,” ujar Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, ke depan akan terjadi musim kemarau ekstrem (El Nino), sehingga perlu diwaspadai. “Kondisi kemarau harus diwaspadai. Terutama pada bulan Agustus yang diprediksi menjadi puncak musim kemarau tahun ini,” katanya.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Ali Jamil mengatakan, terkait dengan ancaman El Nino pada Agustus mendatang, Kementan menyiapkan berbagai antisipasi.

Antisipasi yang disiapkan itu antara lain, mendorong petani untuk ikut program asuransi usaha tani padi (AUTP), mengerahkan gerakan serbu El Nino melalui penggunaan pompa air di wilayah-wilayah rentan kekeringan dengan memanfaatkan sumber-sumber air yang ada.

Ali Jamil menerangkan, pihaknya juga akan terus mendorong melakukan percepatan tanam menggunakan Alsintan, seperti Traktor Roda 4 dan Traktor Roda 2. Tahun 2023 ini, Ditjen PSP juga menyiapkan alokasi bantuan alat mesin pertanian seperti Traktor Roda 4 (800 unit), Traktor Roda 2 (4.745 unit), pompa air 1.900 unit untuk seluruh indonesia.

Selain itu, juga akan memaksimalkan kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) yang dapat meningkatkan efisiensi aliran irigasi hingga ke lahan sawah. Ada juga kegiatan Irigasi Perpipaan, Irigasi Perpompaan, Pembangunan Embung, Dam Parit. ”Ini bertujuan sebagai suplesi air hingga lahan,” ujarnya.

Sebagai salah satu bentuk antisipasi El Nino tahun 2023 ini, ungkap Ali Jamil, Kementan juga akan mengalokasikan embung sekitar 500 unit, perpompaan 629 unit, perpipaan 250 unit, RJIT 3.213 unit. ”Infrastuktur irigasi yang telah dibangun pada tahun tahun sebelumnya dapat dimanfaatkan untuk melakukan antisipasi   kemarau nanti,” katanya.

Pada tahun 2020 sampai 2022, Kementan telah mengalokasikan kegiatan irigasi untuk meningkatkan ketersediaan air pada musim kemarau, antara lain kegiatan RJIT sebanyak 11,866 unit, Perpompaan 2.177 unit, Perpipaan 439 unit dan Embung 1.531 unit. PRP