Pengembang Perumahan Harus Bantu Konservasi Perairan Darat

Direktur Pencegahan Kerusakan Perairan Darat KLHK Sakti Hadengganan (tengah), anggota Masyarakat Konservasi Tanah Indonesia Harry Santoso (kiri) dan penggiat penghijauan Eka Widodo Soegiri (kanan) berbincang tentang pengelolaan hutan di perumahan saat meninjau hasil penanaman sebanyak 28.000 pohon di perumahan Mutiara Gading City, Bekasi.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengimbau pengembang perumahan untuk ikut mencegah kerusakan perairan darat, seperti sungai,  mata air, dan danau.

Direktur Pengendalian Kerusakan Perairan Darat KLHK Sakti Hadengganan menyatakan pengembang perumahan memiliki aset lahan luas yang bisa dimanfaatkan untuk konservasi perairan darat dengan cara menanam pohon dan membangun situ penampung air tawar.

“Pohon dan situ juga bisa meningkatkan nilai perumahan yang dikembangkan,” kata Sakti saat lokakarya tentang Konservasi Tanah dan Air dan Pencegahan Kerusakan Perairan Darat di Bekasi,  Selasa (9/10/2018).

Sakti menjelaskan, saat ini kondisi perairan darat di Jawa sudah keadaan defisit sementara di Sumatera sudah dalam keadaan kritis. Untuk itu urun daya para pihak diperlukan.

Sakti mencontohkan, peran swasta dalam konservasi perairan darat bisa dilihat di Cidanau,  Banten. Di sana perusahaan pemanfaat air mengeluarkan imbal jasa kepada masyarakat yang menjaga hulu sungai.  Contoh ini,  katanya,  bisa direplikasi ke tempat lain.

Baca juga: Surga Mini di Bekasi

Dalam lokakarya MKTI tersebut,  peserta berkesempatan untuk melihat hutan dan situ buatan di perumahan Mutiara Gading City yang dibangun pengembang Grup ISPI dengan bersepeda.

Penggiat kegiatan penghijauan di Grup ISPI Eka Widodo Soegiri mengungkapkan,  setidaknya telah ada 28.000 pohon yang telah ditanam sejak 2013. “Berbagai jenis pohon  dari jenis kayu-kayuan maupun multiguna telah ditanam,”  katanya.

Pohon kayu-kayuan yang ditanam diantaranya adalah sengon, gmelina,  akasia,  dan jati. Sementara pohon multiguna (multi purposes tree species/MPTS)  yang ditanam diantaranya adalah mangga, kelengkeng,  nangka, alpukat dan rambutan. Ada juga kelompok pohon langka dari berbagai penjuru tanah air.

Eka menuturkan,  hutan dan situ yang dibangun kini berkembang menjadi daya tarik wisata.  Salah satu area yang diberi nama South Lake,  bahkan dikunjungi hingga 7.000 orang setiap bulannya.

Direktur Pencegahan Kerusakan Perairan Darat KLHK Sakti Hadengganan (kiri) dan Ketua Masyarakat Konservasi Tanah Indonesia (MKTI) Soetino Wibowo melakukan penanaman pohon.

Ketua Masyarakat Konservasi Tanah Indonesia (MKTI)  Soetino Wibowo menyatakan upaya yang dilakukan pengembang Mutiara Gading City bisa menjadi model untuk aplikasikan oleh pengembang lain terutana yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS)  Bekasi.

Dia menuturkan perlu upaya yang kuat dari para pihak karena Sungai Bekasi saat ini dalam keadaan kritis.  Ini bisa dilihat dari perbedaan yang jauh antara debit air saat banjir (Q Max)  dan saat kering (Q Min). “Saat ini sungai Bekasi dalam keadaan bahaya. Konservasi tanah dan air harus dilakukan di hulu,”  katanya. Sugiharto