Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan mampu mengendalikan impor sejumlah komoditas pangan mulai tahun depan, hingga bisa hemat devisa ratusan triliun. Bahkan, pengurangan impor termasuk untuk komoditas gandum, yang total tak bisa diproduksi di negeri ini. Realistiskah?
Ketergantungan impor untuk sejumlah komoditas pangan penting, bahkan termasuk beras, memang mengkhawatirkan. Apalagi, nilai tukar rupiah terus merosot dan sudah menembus Rp15.000/dolar AS. Pada saat yang sama, ekspor malah menurun sehingga transaksi berjalan (current account) defisit dan makin menyulitkan rupiah bangkit.
Oleh karena itu, mulai tahun depan, Kementan mencoba mengatasi ketergantungan impor pangan untuk menghemat devisa sekitar Rp191 triliun. Besaran itu diperoleh dari pengurangan impor 10 komoditas pangan, antara lain daging sapi, gula tebu, susu sapi, kapas, kedele, bawang putih, ubi kayu, gandum, dan kacang tanah.
“Program ini merupakan bagian dari Nawacita Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Artinya, tahun 2019 ada yang impornya ditekan dan ada yang akan didorong ekspornya. Pasalnya, indikasinya dapat dilihat pada peningkatan ekspor sebesar 24% di tahun 2017,” kata Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, Agung Hendriadi di Jakarta, Jumat (5/10/2018).
Bagaimana cara memangkas impor 10 komoditas tersebut? “Intinya, meningkatkan produktivitas dan menambah luas tanam komoditas tersebut, di samping mengendalikan harga,” ujar Agung. Apalagi, beberapa komoditas juga sudah mampu berswasembada, bahkan bisa diekspor, seperti cabai, jagung, dan bawang.
Bagaimana dengan kedele atau gandum? Maklum, sampai Agustus 2018, impor kedele sudah 2,38 juta ton. Sementara produksi dalam negeri, yang sempat hampir tembus 1 juta ton, tahun 2017 malah susut tinggal sekitar 538.728 ton. Gandum? Apalagi gandum, yang tidak diproduksi di negeri ini. Data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) mencatat, impor gandum 2017 mencapai 11,4 juta ton dan tahun ini diperkirakan naik 5%. Data Deptan AS (USDA) menyebut impor gandum Indonesia 2017/2018 mencapai 12 juta ton dan 2018/2019 bakal mencapai 12,5 juta ton.
Itu sebabnya, Direktur Eksekutif Aptindo, Ratna Sari Loppies menyebut upaya meredam impor gandum sulit, kalau bukan mustahil. “Sepertinya tidak mungkin diterapkan kebijakan pemangkasan tersebut, khususnya di komoditas gandum,” ujar Ratna. Apalagi, dari total impor gandum tersebut, sekitar 3 juta ton untuk pakan ternak. Jadi? AI