Penyelamatan Keanekaragaman Hayati Tanggung Jawab Semua Pihak

Belantara Learning Series Episode 3, Selasa (31/5/2022) sebagai bagian dari peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia yang jatuh setiap 22 Mei.

Status keanekaragaman hayati bumi saat ini makin mengkhawatirkan. Untuk itu semua pihak diajak untuk saling bahu membahu untuk mendukung penyelamatan keanekaragaman hayati.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna mengingatkan penyelamatan keanekaragaman hayati bukan hanya menjadi tugas pemerintah tapi juga tanggung jawab semua pihak termasuk sektor swasta dan masyarakat serta dilakukan dengan pendekatan bentang alam

Untuk itu Belantara Foundation mengangkat tema “Nilai Konservasi Tinggi dan Stok Karbon Tinggi untuk Perlindungan Keanekaragaman Hayati Indonesia” pada program Belantara Learning Series Episode 3, Selasa (31/5/2022) sebagai bagian dari peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia yang jatuh setiap 22 Mei.

Belantara Learning Series Episode 3 merupakan kegiatan pelatihan dan pembelajaran kolaborasi antara Belantara Foundation, Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, Fakultas Biologi Universitas Nasional, I-SER FMIPA Universitas Indonesia dan Daemeter Consulting.

“Momentum Hari Keanekaragaman Hayati sedunia tahun ini, kami manfaatkan untuk sharing knowledge kepada seluruh stakeholders dan masyarakat luas tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem termasuk pelestarian keanekaragaman hayati, serta hubungannya dengan ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan,” ujar Dolly Priatna.

Pada tahun ini, tema global Peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia adalah “Building a sharedfutureforalllife” atau “Membangun masa depan bersama untuk semua kehidupan”.

Melalui tema ini, dapat diambil pelajaran bahwa keanekaragaman hayati merupakan jawaban atas tantangan pembangunan berkelanjutan dan fondasi kehidupan yang dapat kita bangun kembali dengan lebih baik.

Namun yang harus menjadi perhatian, Laporan komprehensif bertajuk Global Assessment Reporton Biodiversity and Ecosystem Services 2019  oleh IPBES (The Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services) memaparkan status keanekaragaman hayati bumi kini kian mengkhawatirkan.

Para ilmuwan mengungkapkan bahwa saat ini, bumi telah kehilangan lebih dari 80% biomassa satwa menyusui (terdiri dari satwa mamalia dan primata) disebabkan oleh kerusakan ekosistem alami yang mengalami kerusakan 100x lebih cepat dari yang terjadi selama 10 juta tahun terakhir.

Penurunan biomassa yang sangat signifikan ini akan menimbulkan dampak dan kerugian yang sangat besar untuk seluruh makhluk hidup di bumi.

Padahal, keanekaragaman hayati merupakan hal vital untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya saat ini dan di masa yang akan datang.

Keanekaragaman hayati dapat memberikan manfaat ekonomi, dukungan fungsi ekologi, rekreasi, kultural, saintifik, dan lain sebagainya.

Keanekaragaman hayati juga memiliki nilai intrinsik yang berhak untuk tetap hidup, walau tidak memberikan manfaat langsung bagi manusia. Kehilangan atau penurunan kondisi keanekaragaman hayati dapat membahayakan nilai dan fungsi tersebut, serta mempengaruhi kesejahteraan manusia.

Dolly mengatakan, melalui BLS Eps. 3, diharapkan agar seluruh peserta yang terlibat (mahasiswa, peneliti, praktisi, swasta, jurnalis dan berbagai pemangku kepentingan lainnya) dapat memperoleh pemahaman mengenai pentingnya nilai konservasi tinggi dan stok karbon tinggi untuk perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, Anggota AIPI dan Direktur Pusat Studi Etika Lingkungan Universitas Nasional, Prof Endang Sukara mengingatkan kita semua, bahwa keanekaragaman hayati Indonesia sangat unik. Bahkan sebagian besar endemik atau tidak dijumpai dimanapun kecuali di negeri kita.

Menurut Endang, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengungkapkan potensi ekonomi keanekaragaman hayati terutama untuk bisnis farmasi multi miliar dolar.

Oleh karena itu, kita harus betul-betul menyadari pentingnya keanekaragaman hayati tidak hanya melindunginya tetapi yang lebih penting memanfaatkannya dan keuntungan bagi sebesar-besarnya bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Kebijakan politik, investasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan bioetika harus dijadikan instrumen utuh untuk mengarusutamakan keanekaragaman hayati dalam pembangunan nasional.

Senada dengan hal tersebut, Presiden Direktur Daemeter Consulting, Aisyah Sileuw menyebutkan bahwa pendekatan Nilai Konservasi Tinggi dan Stok Karbon Tinggi membantu untuk menyeimbangkan antara kegiatan pembangunan dan konservasi yang meliputi keanekaragaman hayati, jasa lingkungan dan juga kebutuhan sosial budaya masyarakat lokal.

“Jika dilakukan secara konsisten, seharusnya tidak ada lagi dikotomi antara pilihan pembangunan dan konservasi karena masing-masing tujuan akan terpenuhi,” kata Aisyah. *** AI