Pertanian Modern Mulai Diminati Anak Muda dan Pelajar

Pertanian modern dengan menggunakan mekanisasi ternyata mulai menarik perhatian anak muda. Ke depan, diharapkan kaum generasi muda tertarik untuk terjun ke sektor pertanian.

Seperti diketahui, Kementerian Pertanian (Kementan) memang gencar mempromosikan berbagai program untuk menarik petani muda. Program tersebut ternyata berdampak positif bagi masyarakat luas.

Siswa-siswi SMP Mutiara Harapan, Malang, contohnya. Mereka antusias ingin mengetahui bagaimana proses pengolahan lahan dengan mekanisasi (traktor). Untuk itu, mereka berkunjung ke Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP), Ketindan, Malang, Jawa Timur.

Sedikitnya 15 siswa-siswi, yang didampingi satu guru, tertarik untuk belajar bagaimana memanfaatkan dan menggunakan Alsintan (alat dan mesin pertanian). Buat remaja seusia mereka, kunjungan ke Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Malang Jawa Timur ini jelas pengalaman berharga untuk masa yang akan datang.

Rasa penasaran mereka terjawab dengan dikenalkannya berbagai Alsintan, mulai dari hand tractor, traktor roda 2 dan 4, combine harvester, rotari, dan rice transplanter. Bersama tim teknis, semua siswa-siswi tersebut mengikuti penjelasan secara teori maupun praktik.

“Saya penasaran karena ingin mengetahui betul-betul bagaimana mengolah tanah menggunakan traktor dan rotari. Kemudian menanam padi menggunakan rice transplanter, yang dilanjutkan panen menggunakan combine harvester,” papar Robi, salah satu siswa dari SMP Mutiara Harapan di BBPP, Ketindan, Malang, Sabtu (20/4/2019).

Para siswa itu penasaran, karena ternyata semua proses budidaya sudah menggunakan mesin, bukan lagi dengan cara manual seperti zaman dahulu. Dalam benak Robi, dunia pertanian sekarang lebih canggih dan memudahkan petani/pelaku pertanian untuk mengolah usaha taninya.

Robi dan teman-temannya berkeyakinan, dalam beberapa waktu ke depan kemajuan akan semakin dirasakan dalam dunia pertanian. Tentunya akan hadir Alsintan-alsintan baru yang akan semakin memudahkan petani.

Harapan Regenerasi

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, upaya memperkenalkan Alsintan pada siswa SMP bisa menjadi harapan atas permasalahan regenerasi pertanian. Apalagi, siswa ini langsung diperkenalkan dengan mekanisasi pertanian lewat praktik Alsintan.

“Pertanian akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi para siswa atau anak muda karena sudah modern. Alsintan akan menarik minat ana-anak milenial terjun di sektor pertanian,” ujar Sarwo Edhy.

Dia berharap, sekolah yang ada di Indonesia bisa melakukan hal yang sama. Sehingga, siswa lulusan SMA/SMK memiliki skill khusus di bidang pertanian. “Saya kira permasalahan regenerasi di tiap daerah sama. Program pengenalan Alsintan kepada siswa bisa dijalankan di bergai daerah,”  paparnya.

Pengembangan pertanian modern tidak lain untuk menyejahterakan petani. Kebijakan pemerintah yang mengutamakan keberpihakan kepada petani ini dicirikan dengan penggunaan Alsintan secara masif, mulai dari pengolahan lahan sampai dengan tahap panen dan pasca-panen.

“Dengan demikian, kegiatan usaha pertanian berubah dari sistem tradisional menuju pertanian yang modern (modernisasi pertanian),” ujar Sarwo Edhy.

Dia mengatakan, modernisasi pertanian mutlak dilakukan untuk menjadikan Indonesia negara yang kuat berbasis pertanian. Hingga kini, Kementan telah menggelontorkan ratusan ribu bantuan Alsintan ke seluruh pelosok Tanah Air. “Ini merupakan pertama dalam sejarah dan menjadi rekor terbanyak sepanjang sejarah pertanian Indonesia,” ujar Sarwo Edhy.

Sejak 2015, Kementan telah memberikan bantuan Alsintan dalam jumlah yang cukup besar. Pada periode 2015 hingga 2018, jumlah bantuan Alsintan berbagai jenis yang dibagikan pemerintah kepada petani masing-masing mencapai 157.493 unit, 110.487 unit, 321.000 unit dan 80.000 unit.

“Demikian juga pada tahun 2019, bantuan Alsintan tetap terus diberikan kepada petani,” katanya.

Sarwo Edhy menilai, modernisasi pertanian melalui penggunaan Alsintan dari aspek ekonomi secara signifikan terbukti mampu meningkatkan produktivitas komoditas pangan dan pendapatan keluarga petani. Dengan begitu, proses produksi beras bisa lebih efisien.

Melalui penggunaan Alsintan pada setiap tahap kegiatan produksi, panen dan pasca-panen mampu menghemat biaya pengolahan tanah, biaya tanam, biaya penyiangan, dan biaya panen karena sebagian besar tenaga kerja sudah diganti oleh penggunaan Alsintan yang jauh lebih efisien.

“Kita berharap yang dikerjakan bukan hanya menanam atau mencari benih atau memupuk saja, tapi setelah pascapanen tersebut keuntungannya yang lebih besar. Jadi, setelah konsolidasi, bagaimana mengkorporasikan petani dalam jumlah besar,” ujarnya.

Modernisai pertanian juga dapat mendorong minat masyarakat, khususnya generasi muda, terhadap dunia pertanian. Jika sebelumnya pertanian dipandang sebelah mata sebagai pekerjaan untuk orang yang kurang pendidikan dan miskin, bekerja penuh lumpur di bawah terpaan terik sinar matahari serta lebih banyak mengandalkan kerja otot.

“Akan tetapi, saat ini profesi petani modern merupakan pekerjaan yang menjanjikan dan dapat ditekuni secara profesional serta tidak lagi mengandalkan otot saja,“ tutur Sarwo Edhy.

Pendapatan yang diperoleh sebagai petani tidak kalah menariknya dan bahkan lebih besar dari upah atau gaji dari seseorang yang bekerja pada sektor non-pertanian. “Pada kondisi seperti ini, tanpa perlu didorong, petani dengan sendirinya akan terus bersemangat untuk berproduksi,” katanya. PSP