Perlahan tapi pasti, petani di tanah air mulai merasakan manfaat dari transformasi pertanian tradisional ke pertanian modern. Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong perubahaan ini dengan membagikan atau mendistribusikan alat dan mesin pertanian (Alsintan) kepada petani.
Selama 4,5 tahun ini, Kementan tiap tahun memberikan bantuan Alsintan demi kemajuan pembangunan pertanian modern. Keberadaan mekanisasi ini tentunya banyak bermanfaat bagi petani.
Dengan mekanikasi, petani bisa menghemat biaya produksi, bekerja lebih cepat dan tentunya menambah penghasilan. Bahkan, di daerah-daerah kini sudah tumbuh unit bisnis baru, yaitu Usaha Penyewaan Jasa Alsintan (UPJA).
Para petani di Sukoharjo, Jawa Tengah, misalnya. Mereka mengaku sangat terbantu dengan bantuan yang disalurkan Kementan. Hal ini diungkapkan petani setempat, Karjono. Menurut dia, semua mesin sudah beroperasi dan digunakan petani setiap hari.
“Tentu saja sangat bermanfaat, utamanya dalam peningkatan produksi. Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan pemerintah ini,” ungkap Karjono, Minggu (14/4/2019).
Menurut Karjono, ada 5 Desa yang menggunakan Alsintan bantuan Kementan. Kelima desa itu antara lain, Wareng dan Galangan. Menurutnya, para petani dari 5 desa tersebut sama-sama memiliki hak dalam menggunakan mesin.
“Terus terang ini sangat bermanfaat sekali bagi kami yang sehari-hari bertani. Selama ini, kami tidak pernah mendapat perhatian sebesar ini dari pemerintah. Oleh karena itu, kami sangat senang dan bersyukur,” katanya.
Jor-joran Kementan dalam mendistribusikan Alsintan memang menunjukkan hasil menggembirakan. Karjono membandingkan bahwa hasil produksi beras sebelum menggunakan Alsintan hanya sekitar 7 ton per hektare (ha).
“Sedangkan hasil produksi setelah menggunakan alat bantu mencapai 9 ton/ha, bahkan lebih. Tapi, peningkatan ini tak lepas dari kerja keras semua pihak, terutama para petani sekitar,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan petani di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Di sana, produksi gabah per hektare mencapai 10 ton dengan kualitas padi sangat baik. Angka ini meningkat tajam jika dibandingkan dengan produksi sebelum menggunakan Alsintan.
“Sangat membantu sekali karena alat mesin bantuan ini mempercepat kami dalam memproduksi padi. Terlebih kami juga diberi bantuan alat mesin tanam yang sangat cocok dengan pesawahan di Tuban,” kata Ulfa Mei Sayekti, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Kabupaten Tuban.
Solusi Mahalnya Buruh
Sementara petani Desa Mundu, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Jabar) juga sudah memanfaatkan Alsintan dalam kurun 2-3 tahun terakhir. Petani pun merasakan manfaat langsung dari aneka Alsintan, salah satunya adalah menjadi solusi mahalnya ongkos buruh tani di Kecamatan Mundu, Cirebon.
“Penggunaan Alsintan sangat membantu petani, mulai dari olah tanah hingga panen. Kami bisa olah tanah, tanam dan panen lebih cepat sehingga lebih efektif dan efisien,” papar Ketua Kelompok Tani Cikendal Makmur, Desa Mundu, Kecamatan Mundu, Cirebon, Maman Suherman.
Menurut Maman, petani di Desa Mundu sangat terbantu dengan tersedianya Alsintan dari UPJA. Sebab, untuk mendapatkan buruh tani di desanya sangat sulit dan ongkosnya mahal. “Nah, dengan adanya Alsintan justru memudahkan petani melakukan olah tanah, tanam maupun panen. Sewa Alsintannya juga sangat terjangkau,” papar Maman.
Bapak empat anak ini juga mengakui, setelah menggunakan Alsintan kurun 2-3 tahun terakhir, usaha taninya lebih bagus. Misalnya saja, produktivitas padi yang ditanam sebanyak 5-6 ton/ha gabah kering panen (GKP). Sedangkan harganya Rp3.700-Rp3.800/kg.
“Kalau gabah kering giling (GKG) Rp4.500/kg. Semua gabah dari petani di sini umumnya dijual melalui koperasi,” ujarnya.
Maman menyebutkan, petani Mundu bisa tanam padi 2 kali/tahun, yakni pada Januari-Maret. “Memang sawahnya sebagian besar sudah irigasi. Namun, di musim kemarau (April-Juli) petani di sini lebih suka tanam palawija, seperti jagung. Setelah musim penghujan, petani tanam padi lagi,” kata Maman.
Menurut Maman, di Desa Mundu masih banyak tengkulak yang membeli padi atau jagung dengan cara ijon. Sehingga padi atau jagung dijual petani dengan harga murah. “Karena itu, kami minta pemerintah atau Bulog turun tangan mengatasi masalah ini, ” ujar Maman.
Total Anggaran
Sementara itu, Direktur Alat Mesin Pertanian Kementerian Pertanian, Andi Nur Alamsyah menjelaskan selama tahun 2014 bantuan yang dikeluarkan pemerintah untuk Alsintan mencapai Rp520,18 miliar dengan volume unit sebanyak 12.501 unit.
“Untuk tahun 2015, total anggaran yang dikeluarkan Rp1,98 triliun dengan volume unit mencapai 56.785,” kata Andi.
Adapun total anggaran yang digelontorkan tahun 2016 mencapai Rp2,96 triliun dengan volume unit mencapai 148.804. Selanjutnya, anggaran pada tahun 2017 mencapai Rp2,83 triliun dengan volume unit mencapai 84.381.
“Sedangkan anggaran pada tahun 2018 mencapai Rp3,4 triliun dengan volume unit mencapai 126.942,” katanya.
Andi menambahkan, seluruh bantuan yang tersalurkan merupakan bentuk keseriusan Kementan dalam mendorong peningkatan jumlah produksi. Selain itu, Alsintan juga diharapkan menjadi jalan bagi anak muda agar mau turun langsung ke sektor pertanian.
“Dengan teknologi, kita harapkan generasi milenial mau bercocok tanam, peduli dengan nasib petani dan siap meningkatkan produksi pangan kita,” katanya. PSP