Kementerian Pertanian (Kementan) mengimbau petani agar ikut program asuransi untuk menghindari kerugian. Apalagi, sekarang ini cuaca kurang bersahabat. Di beberapa daerah, lahan pertanian banyak yang mengalami kebanjiran.
Tahun 2021 ini Kementan menargetkan 1 juta hektare (ha) lahan tanaman padi bisa ikut asuransi. Untuk menarik petani, pendekatan dilakukan dengan cara mempermudah mendapatkan klaim. Kementan pun sudah meluncurkan aplikasi Protan (Proteksi Pertanian).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) sendiri selalu menjelaskan pentingnya asuransi pertanian untuk menanggulangi kerugian sektor tersebut bila disebabkan faktor alam seperti cuaca. “Itulah pentingnya asuransi pertanian. Sayangnya, asuransi pertanian belum menjadi culture, budaya,” tegasnya.
Di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, misalnya. Petani diminta segera mengasuransikan lahan pertaniannya mengingat ada sekitar 83 ha lahan yang terancam gagal panen akibat diterjang banjir.
Menurut Mentan, asuransi akan membantu petani untuk menghindari kerugian akibat gagal panen. “Oleh karena itu, kami mengajak petani untuk memanfaatkan asuransi agar produksi pertanian tidak terganggu,” ujarnya.
Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy mengatakan, pemerintah akan terus mengoptimalkan asuransi.
“Asuransi memiliki klaim yang akan diberikan jika terjadi gagal panen. Klaim tersebut sebesar Rp 6 juta/ha. Dengan dana itu, produksi pertanian akan terus berlangsung,” jelas Sarwo Edhy.
Dia menambahkan, asuransi adalah cara terbaik untuk menjaga lahan pertanian. “Asuransi adalah bagian dari mitigasi bencana yang akan menjaga lahan dari perubahan iklim, cuaca ekstrem, bencana alam, serta serangan organisme pengganggu tanaman dan hama,” ucapnya.
Hal senada juga disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan Hortikultura Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispertahankan) Ponorogo, Medi Susanto. Medi mengatakan, petani di Kabupaten Ponorogo masih bisa bernapas lega sebab banjir yang melanda hanya terjadi satu malam, sehingga padi masih bisa terselamatkan.
“Meski begitu, petani tidak boleh abai, apalagi sampai tidak mengindahkan imbauan dari Mentan,” tandas Medi.
Lebih lanjut Medi mengungkapkan, mayoritas lahan pertanian terdampak banjir berada di sekitar bantaran sungai. Menurut rinciannya, 10 ha di Desa Madusasi, Kecamatan Siman, 3 ha di Desa Brahu, dan 10 ha di Desa Beton.
Selain itu, Meidi menambahkan, dampak banjir juga melanda ke lahan pertanian yang terletak Kecamatan Ponorogo, yaitu 6 ha di Surodikraman, 22 ha di Kepatihan, 5 ha di Pakunden, dan 28 ha di Paju. “Kelurahan Paju yang paling banyak, karena dekat dengan sungai Sekayu,” ucapnya.
Petani Sentani Manfaatkan Asuransi
Cuaca tak bersahabat juga mengancam sejumlah lahan pertanian di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Hujan deras mengancam terjadinya gagal panen. Itu sebabnya, petani diajak memanfaatkan asuransi agar terhindar dari kerugian. Cuaca buruk yang melanda sejumlah daerah cukup berdampak pada pertanian.
“Ada ancaman gagal panen akibat tingginya curah hujan di beberapa daerah. Kondisi ini yang ingin kita antisipasi. Caranya, petani harus mengasuransikan lahan,” kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy.
Manfaat asuransi akan sangat dirasakan petani. “Dengan asuransi, petani tidak perlu khawatir dalam beraktivitas. Karena, asuransi akan menjaga lahan dari berbagai ancaman yang bisa menyebabkan gagal panen,” katanya.
Ancaman tersebut antara lain perubahan iklim, cuaca ekstrem, bencana alam, serta serangan organisme pengganggu tanaman dan hama.
Sarwo Edhy menjelaskan, pemerintah memberikan perhatian yang besar dalam asuransi. “Buktinya, pemerintah memberikan subsidi pada program asuransi pertanian, sehingga premi yang harus dibayarkan petani menjadi lebih ringan. Namun, klaim yang akan didapat tetap Rp 6 juta/ha,” katanya.
“Program AUTP (Asuransi Usaha Tani Padi) bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan bagi petani Indonesia. Biaya premi yang perlu dibayarkan sudah mendapat subsidi secara langsung dari pemerintah pusat dengan mengalokasikan sejumlah dana APBN,” jelasnya.
Sarwo Edhy menjelaskan, AUTP mampu memberikan manfaat perlindungan atas kerugian petani dari kegagalan panen yang disebabkan oleh bencana alam maupun serangan hama, termasuk bencana banjir bandang hingga gempa bumi. PSP
Pemda Cirebon Diimbau Dorong Petani Ikut AUTP
Kementerian Pertanian (Kementan) meminta Pemerintah Daerah mendorong penyuluh pertanian yang ada di lapangan agar berperan aktif melakukan sosialisasi Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) ke petani. Contoh bagus seperti yang dilakukan Kabupaten Cirebon, yang melakukan sosialisasi melalui kelompok tani (Poktan) dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) binaannya.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyatakan, asuransi pertanian sangat diperlukan untuk menanggulangi kerugian sektor pertanian bila disebabkan faktor alam seperti cuaca. “Itulah pentingnya asuransi pertanian. Asuransi pertanian belum menjadi budaya. Tahun depan harus bisa diterapkan seluruhnya,” kata Mentan SYL, Sabtu (6/2/2021).
Asuransi pertanian juga akan menjadi persyaratan menjadi KUR pertanian. KUR akan disalurkan kepada gabungan kelompok tani (gapoktan), yang mewajibkan para anggotanya memiliki asuransi pertanian. “Oleh sebab itu, petani wajib masuk kelompok tani. Di kelompok tani itu, wajib hukumnya dia punya asuransi,” pungkas Mentan SYL.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy menambahkan, semua petani bisa memanfaatkan program AUTP ini, sehingga petani bisa nyenyak dan tidur dengan tenang kalau lahan sawahnya terkena banjir, kekeringan dan serangan hama.
“Bayar preminya tiap hektare (ha) hanya Rp36.000/musim tanam. Jadi, Pemerintah masih mensubsidi Rp144.000/ha/musim tanam. Kalau petani sudah menjadi peserta AUTP, nanti bisa melakukan klaim apabila sawahnya terkena bencana banjir, kekeringan, dan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT),” tandas Sarwo Edhy.
Dikatakannya, AUTP merupakan cara Kementan untuk melindungi usaha tani agar petani masih bisa melanjutkan usahanya ketika terkena bencana banjir, kekeringan atau serangan OPT.
“Kami harapkan semua petani padi bisa mendaftar sebagai anggota AUTP. Penyuluh bisa menjelaskan ke petani harga preminya murah dan sangat bermanfaat,” ujarnya.
Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Jawa Barat mencatat, pada musim tanam rendeng baru sekitar 1.300 ha dari 41.000 ha areal persawahan didaftarkan ikut asuransi pertanian. Untuk itu, masih perlu adanya sosialisasi yang tepat.
“Padahal, areal pertanian di Kabupaten Cirebon, terutama bagian utara, cukup rawan baik ketika musim hujan maupun kemarau,” kata Plt. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Wasman.
Setiap hujan datang, tambahnya, apalagi ketika masuk puncaknya, maka dipastikan ada sawah yang terendam banjir. Bahkan, data untuk musim tanam rendeng sudah ada 5.888 ha areal persawahan terendam banjir.
“Dari 5.888 ha, terdapat 3.143 ha areal persawahan yang puso dan sisanya masih bisa diselamatkan,” ujarnya.
Akan tetapi, kata Wasman, areal persawahan yang puso rata-rata tidak mengikuti asuransi pertanian, sehingga para petani harus mengeluarkan biaya lagi untuk tanam ulang.
Untuk itu, pihaknya juga terus mensosialisasikan kepada para petani agar mau mengikuti asuransi pertanian, di mana preminya pun tidak terlalu mahal, yaitu Rp36.000/ha.
“Premi murah hanya Rp36.000, karena sudah disubsidi oleh Pemerintah Pusat. Namun, masih banyak petani yang tidak mendaftar,” katanya.
Dia menambahkan, manfaat asuransi pertanian bagi petani itu sangat banyak, di mana ketika gagal panen maka pihak asuransi akan mengganti per hektarenya Rp 6 juta. PSP