Kekurangan Air Teratasi Berkat Program RJIT Ditjen PSP

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) mempunyai kegiatan bantuan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT). Dengan program ini, masalah kekurangan air yang dihadapi petani dapat diatasi.

Di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, misalnya. RJIT dibangun di Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon. Program ini bisa mengairi lahan seluas 100 hektare (ha).

Kegiatan RJIT ini dikelola Kelompok Tani Desa Panguragan Wetan, Kecamatan Panguragan, Cirebon. Kelompok tani yang diketuai Makdori ini  memiliki lahan seluas 37 ha yang ditanami padi dan sesekali ditanami jagung saat ketersedian air berkurang.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, kegiatan RJIT dilakukan untuk memastikan lahan pertanian mendapatkan irigasi yang akan menjamin kebutuhan air hingga panen.

“Pengelolaan air dilakukan petani untuk memastikan lahannya bisa terus berproduksi. Pengelolaan air bisa dilakukan salah satunya dengan cara merehabilitasi jaringan irigasi. Sehingga air benar-benar dipastikan mengalir ke lahan pertanian. Pengaturannya pun tepat,” katanya.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, kegiatan RJIT adalah bagian dari water management. “Kegiatan RJIT dilakukan bukan hanya untuk memperbaiki atau membenahi saluran irigasi. Tetapi juga memaksimalkan fungsi saluran irigasi agar luas areal tanam bertambah, begitu juga indeks pertanaman dan produktivitas,” katanya.

Dia menjelaskan, kegiatan RJIT di daerah ini dilakukan karena kondisi saluran irigasi awalnya berupa saluran tanah. Kondisi ini membuat distribusi air ke lahan sawah kurang lancar dan sering kehilangan air akibat tanah yang porus.

“Kita perbaiki kondisi itu dengan RJIT. Agar fungsinya lebih maksimal, saluran irigasi ini kita buat permanen dengan menggunakan konstruksi pasangan batu pada dua sisi saluran,” tegasnya.

Sarwo Edhy mengatakan, kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier (RJIT) adalah bagian dari water management. “Artinya, kegiatan RJIT dilakukan bukan hanya untuk memperbaiki atau membenahi, tetapi juga memaksimalkan fungsi saluran irigasi,” katanya di Jakarta, Kamis (11/2/2021).

Dengan maksimalnya fungsi saluran irigasi, lanjut dia, maka luas areal tanam akan bertambah. Selain itu juga dapat meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan produktivitas.

Sarwo menjelaskan, kegiatan RJIT di daerah tersebut dilakukan karena kondisi saluran irigasi awalnya berupa saluran tanah. Kondisi ini membuat distribusi air ke lahan sawah kurang lancar. Selain itu, airnya terus berkurang akibat tanah yang porus.

“Maka dari itu, Kementan berupaya memperbaiki kondisi tersebut dengan RJIT,” kata Sarwo. Untuk membuat saluran irigasi permanen. kata Sarwo, RJIT di daerah tersebut dilakukan dengan memanfaatkan konstruksi pasangan batu pada kedua sisi saluran.

Diharapkan dengan pembuatan saluran irigasi permanen, maka fungsinya akan lebih maksimal. “Setelah saluran direhab, hasil produktivitas ikut mengalami kenaikan, yaitu menjadi 6,8 ton/ha. Padahal, sebelumnya hanya 6 ton/ha,” jelasnya.

Ketua Poktan Makdori mengungkapkan, bantuan RJIT melalui dana APBN sebesar Rp55 juta, dengan target 140 meter. Berkat swadaya masyarakat realisasi jaringan yang dibangun mencapai panjang 162 meter.

“Dengan adanya Rehabilitasi Jaringan ini, manfaatnya sangat dirasakan sekali karena air yang datang dari saluran sekunder menjadi lancar dan sampai ke lahan dengan waktu lebih cepat,” terangnya.

Makdori menambahkan, hal ini memudahkan pengaturan dalam pembagian air karena tidak gampang bocor dan tidak meluap ke lahan sawah yang tidak membutuhkan. Bahkan, aliran air dari RJIT bisa mengairi lahan milik kelompok tani lain disekitarnya, kurang lebih 100 ha.

“Petani di sekitarnya sangat terbantu adanya bantuan rehabilitasi jaringan irigasi. Karena air cukup mengairi lahan di Desa Panguragan Wetan, sekitar 173 ha. Karena air cukup, pertumbuhan padi lebih baik dan panen insya Allah produktivitas meningkat,” katanya.

RJIT Kabupaten Tasikmalaya

Mentan SYL juga mengungkapkan bahwa kegiatan RJIT perlu dilakukan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan air di lahan persawahan. “Air adalah faktor yang sangat menentukan dalam pertanian. Dengan air yang terpenuhi, tanaman bisa maksimal,” katanya. Itu sebanya, Kementan, melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), terus melaksanakan kegiatan RJIT.

Terbaru, kegiatan tersebut dilakukan di Desa Sukamulih, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten, Tasikmalaya, Jawa Barat. Dukungan ini diharapkan mendukung peningkatan produktivitas. “Melalui kegiatan RJIT, kami memastikan air digunakan secara maksimal. Kami pastikan air di saluran irigasi bisa memenuhi kebutuhan di lahan persawahan,” katanya.

Dirjen PSP Kementan Sarwo Edhy mengatakan, kegiatan RJIT merupakan bagian dari pengelolaan air. “Kegiatan RJIT dilakukan bukan hanya untuk memperbaiki atau membenahi saluran irigasi tapi juga memaksimalkan fungsi saluran irigasi. Ini penting agar luas areal tanam bertambah, begitu juga indeks pertanaman (IP) dan produktivitas,” katanya.

Sarwo juga menyebut, kegiatan RJIT di Desa Sukamulih dilakukan karena kondisi saluran irigasi awalnya berupa saluran tanah. Kondisi tersebut membuat distribusi air ke lahan sawah kurang lancar dan sering kehilangan air akibat tanah yang porus.

“Kami perbaiki kondisi itu dengan RJIT. Dan agar fungsinya lebih maksimal, saluran irigasi ini kami buat permanen menggunakan konstruksi pasangan batu dengan dua sisi saluran,” tuturnya.

Hasilnya, luas layanan irigasi yang sebelum direhabilitas seluas 61 ha menjadi 65 ha. “Sedangkan produktivitas sebelumnya hanya 6 ton/ha, setelah saluran di rehabilitasi mengalami kenaikan menjadi 6,5 ton/ha,” ujar Sarwo.

Ketua Kelompok Tani (Poktan) Sukariksa III, Anwar Sanusi mengatakan, sejak ada rehabilitasi, IP yang semula 200 meningkat menjadi 300 atau tiga kali tanam dalam satu tahun. “Dampak lain dari rehabilitasi saluran ini adalah dapat dilakukannya percepatan pertanaman pada saat musum tanam kedua,” tuturnya. PSP

Dam Parit Naikkan IP dan Luas Tanam

Ketua kelompok tani (poktan) di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) Orong Sekoyo mengungkapkan rasa syukur dengan program pembangunan prasarana dan sarana pertanian di desanya. Berkat pembangunan dam parit, indeks pertanaman (IP) di wilayahnya yang rata-rata berjumlah 200, meningkat menjadi 300 dengan luas lahan 35 hektare (ha).

Menurut dia, hal tersebut terjadi berkat pembangunan dam parit oleh Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), yang dikerjakan anggota poktan secara swadaya. “Setelah dibangun embung, produktivitas tanaman jagung yang ditanam pada musim kemarau (MK) II meningkat dari 60 kuintal (kw) per hektare menjadi 70,01 kw/ha,” kata Orong.

Direktur Jenderal (Dirjen) PSP Kementan Sarwo Edhy mengatakan, pembangunan dam parit di Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengantisipasi kekurangan air irigasi pada musim kemarau.

“Dengan adanya dam parit, air sungai dapat ditahan dan ditampung untuk dialirkan ke lahan pertanian,” katanya.

Sarwo menambahkan, keberadaan dam parit memang seharusnya bisa meningkatkan luas areal tanam dan angka produksi pertanian.“Sehingga yang menjadi skala prioritas alokasi kegiatan dam parit pertanian adalah lokasi rawan terdampak bencana kekeringan akibat anomali iklim,” katanya.

Pembangunan dam parit dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan El Nino atau musim kering. Dam parit bisa menampung air hujan dan mengairi sawah, sehingga meminimalkan kerugian petani

“Oleh karena itu, pembangunan dam parit harus dekat kawasan pertanian. Hal ini juga tidak lepas dari pengelolaan dan pemeliharaan yang baik dari poktan di sekitar dam parit. Semua harus menjaganya bersama-sama,” katanya. PSP