Realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian, hingga bulan Desember 2021, mencapai 122,31% atau melampaui target yang ditetapkan sebesar Rp70 triliun. Tingginya pemanfaatan KUR salah satunya dipicu oleh pembelian alat dan mesin pertanian (Alsintan) oleh petani.
“Realisasi KUR sekarang karang sudah mencapai Rp85,04 triliun atau melebih dari target yang ditetapkan sebesar Rp70 triliun,” kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Ali Jamil, di Jakarta.
Tingginya realisasi serapan KUR tersebut membuat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memberikan penghargaan kepada Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Ali Jamil mengatakan, pemanfaatan KUR paling tinggi oleh subsektor perkebunan, kemudian diikuti oleh tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan.
“Penggunaan KUR adalah solusi agar petani tidak masuk ke rentenir, tidak terjebak sistem ijon,” katanya.
Ali mengatakan, fasilitas pembiayaan melalui KUR tanpa agunan. Petani saat ini bahkan dapat mengajukan kredit hingga Rp50 juta sampai Rp100 juta.
Menurut Ali, tingginya penggunaan KUR saat ini salah satunya dipicu oleh pemanfaatan KUR untuk pengadaan alat dan mesin pertanian (Alsintan). Pasalnya, Kementan memang telah memfasilitasi agar penggunaan KUR perbankan dapat dipakai untuk membeli Alsintan.
“Tahun depan kita akan gencarkan lagi karena kita akan membuat program Taksi Alsintan,” kata dia.
Dia menjelaskan, Taksi Alsintan adalah program pengadaan alat dan mesin pertanian oleh pelaku usaha di sektor pertanian.
Pelaku usaha tersebut dapat menggunakan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pengadaan Alsintan, sekaligus untuk fasilitas perawatannya. Adapun Alsintan tersebut disiapkan untuk dapat disewa oleh para petani.
Sementara itu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebutkan, capaian penyaluran KUR Pertanian selama 2021 sangat besar dan dinikmati oleh 7,5 juta debitur. “Permintaan akan KUR juga terus meningkat,” ujar Menko Airlangga, yang juga Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM, Selasa, (18/1/2022).
Menko Airlangga mengapresiasi penyaluran KUR pertanian yang digulirkan Kementerian Pertanian selama beberapa tahun terakhir. Menurut dia, fasilitas KUR mampu memberi dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi, selama ini layanan KUR mampu membuat banyak petani kembali menghidupkan usaha taninya.
“KUR juga berdampak besar terhadap pengembangan usaha peternakan terintegrasi, pengembangan industri rumput laut, padat karya pertanian dan perikanan, kartu tani pupuk bersubsidi, pengendalian alih fungsi lahan dan pengembangan korporasi petani,” terangnya.
Plafon KUR Naik
Tahun 2022 pemerintah telah menaikkan plafon KUR menjadi Rp373,17 triliun. Untuk itu, Menko Airlangga berharap bahwa UMKM dapat termotivasi dan KUR bisa disalurkan dengan baik.
“Saya ucapkan selamat dan juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Saya harap pelaksanaan KUR pada tahun 2022 ini akan menjadi lebih baik lagi daripada tahun 2021,“ ungkapnya.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan terima kasih atas perhatian Menko Perekonomian terhadap jalannya program KUR Pertanian yang bergulir selama beberapa tahun terakhir, khususnya dalam mendukung upaya peningkatan pangan nasional.
Menurut Mentan, pihaknya menyadari keterbatasan anggaran pemerintah, yang tidak akan mampu sepenuhnya membiayai sektor pertanian. “Karenanya, capaian KUR yang sangat baik ini, kami ucapkan terima kasih kepada Bapak, HIMBARA, petani dan kepada semua pihak yang mendukung jalannya Pertanian maju, mandiri dan modern,” ucapnya.
Dia mengatakan, Kementan akan terus memacu sektor pertanian agar kesejahteraan petani tercapai. Yakni dengan membantu permodalan usaha tani dan mampu bertahan di tengah badai pandemi COVID-19.
Sebagai informasi, serapan realisasi KUR di sektor pertanian pada tahun 2021 telah mencapai Rp85,62 triliun atau 122,31% dari target Rp70 triliun dengan 2,6 juta debitur. Capaian ini naik lebih tinggi dibandingkan capaian KUR pertanian 2020 sebesar Rp55 triliun.
KUR pertanian 2021 mencakup KUR tanaman pangan Rp23,0 triliun, terutama untuk padi, jagung, ubi kayu, penggilingan. KUR perkebunan sebesar Rp29,7 triliun, KUR peternakan Rp15,5 triliun, KUR hortikultura Rp10,8 triliun dan KUR jasa pertanian lainnya.
Tingginya realisasi penyaluran KUR sektor pertanian tidak terlepas dari inovasi dan kebijakan KUR sektor pertanian yang dilakukan Kementan, seperti meningkatkan KUR tanpa agunan tambahan.
Kemudian pemberian fasilitas KUR khusus untuk kelompok (cluster) komoditas pertanian dan komoditas produktif lainnya dengan perusahaan mitra sebagai bapak angkat (off–taker). Serta relaksasi ketentuan KUR berupa penundaan pembayaran pokok, perpanjangan jangka waktu dan penambahan limit KUR. PSP
KUR, Penggerak Ekonomi dan Tingkatkan Kesejahteraan Petani
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengajak petani Indonesia menggunakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai permodalan utama dalam menumbuhkan ekonomi di tengah pandemi.
Penggunaan KUR bisa membuat pelaku usaha menjadi lebih berkembang dan bisa membuka banyak lapangan kerja. “Saya selalu katakana, pertanian itu bisa menyerap lapangan kerja, dan dengan adanya KUR, roda perekonomian dasar masyarakat kembali bergerak saat pandemi ini,” ujar Syahrul, Minggu (23/1/2020).
Di sisi lain, Syahrul mengakui, penggunaan KUR juga bisa membuat produktivitas dan kesejahteraan petani makin meningkat. Apalagi, pemerintah telah menyiapkan berbagai perlengkapan modern, seperti teknologi dan mekanisasi dalam melakukan produksi.
“Dengan penggunaan KUR, akselerasinya pertanian kita jauh lebih kuat dan jauh lebih cepat. Dengan begitu, kesejahteraan petani juga akan meningkat,” katanya.
Sebagaimana diketahui, realisasi KUR pertanian tahun 2021 mencapai Rp85,5 triliun atau 122% dari target Rp70 triliun dan melibatkan 2,6 juta debitur. Capaian ini naik lebih tinggi dibandingkan capaian KUR pertanian 2020 yang hanya sebesar Rp55 triliun.
KUR pertanian 2021 mencakup KUR tanaman pangan Rp23,0 triliun terutama untuk padi, jagung, ubi kayu, penggilingan. KUR perkebunan Rp29,7 triliun, KUR peternakan Rp15,5 triliun, KUR hortikultura Rp10,8 triliun serta KUR untuk jasa pertanian dan lainnya.
Terkait hal ini, Kepala Dinas Pertanian Banten, Agus Tauhid mengapresiasi kinerja jajaran Kementan dalam menyalurkan anggaran Kredit Usaha Rakyat pertanian. Penyaluran KUR dinilai tepat, terutama dalam mendukung perkembangan lahan dan percepatan tanam dalam mewujudkan kedaulatan pangan.
“Permodalan adalah aspek penting dalam usaha pertanian di tingkat lapangan. Mayoritas petani yang mengusahakan lahan sempitnya sangat membutuhkan bantuan perdagangan bagi keberlanjutan usaha taninya. Nah, program KUR hadir kepada petani dan peternak di Banten untuk mendukung penyediaan permodalan bagi keberlanjutan usaha tani mereka,” ujar Agus.
Agus menjelaskan, penerimaan KUR untuk Provinsi Banten sendiri sudah mencapai Rp146 miliar dengan jumlah debitur sekitar 4.157 orang. Uang sebanyak itu sudah dipergunakan untuk berbagai kebutuhan pengembangan sektor pertanian dan peternakan.
“Kita berharap KUR di Banten sukses berjaluran, sukses pemanfaatan, dan tentunya juga sukses pengembalian. Dengan bantuan KUR saya yakin pertanian kita semakin maju, mandiri dan modern,” tutupnya.
AUTP
Menyinggung realisasi program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Ali Jamil menyebutkan, realisasi sudah mencapai 100%. Luasan areal yang diasuransikan hanya 400.000 hektare (ha). “Sebelumnya kita targetkan 1 juta ha, namun setelah anggaran dipotong, maka target kita turunkan hanya 400.000 ha,” tegasnya.
Namun, untuk tahun 2022 ini, target AUTP tetap seluas 1 juta ha. Untuk itu, Ali Jamil minta dukungan pemerintah daerah (Pemda) supaya mengalokasikan APBD untuk premi.
“Ada beberapa Pemda yang mengalokasikan APBD untuk subsidi premi AUTP. Kita mengimbau supaya daerah-daerah ikut mengalokasikan APBD untuk kepentingan petani,” ungkapnya.
Premi AUTP hanya Rp36.000/ha/musim tanam. Dengan membayar premi tersebut, petani akan mendapat ganti rugi sebesar Rp6 juta/ha. Ganti rugi ini berikan pihak asuransi jika lahan petani terserang hama penyakit, kekeringan dan kebanjiran yang mengakibatkan petani gagal panen.
“Kita selalu anjurkan petani ikut asuransi, agar mereka tidak mengalami kerugian jika lahan mereka gagal panen,” ungkapnya. PSP