Rehabilitasi JIT, Produksi Padi Bertambah 8,21 Juta Ton

Rehabilitasi jaringan irigasi tersier (JIT) yang menjadi perhatian pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan), mampu mendongkrak produksi pangan nasional.

Dalam kurun waktu empat tahun terakhir (2015-2019), dampak dari kegiatan perbaikan JIT produksi padi sedikitnya bertambah 8,21 juta ton. Dampak positif ini tentu harus terus dilanjutkan.

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, sejak pemerintah melaksanakan program rehabilitasi jaringan irigasi tahun 2015 hingga 2019, ada dampak siginifikan dalam peningkatan produksi pangan, khususnya padi.

Bukan hanya lahan sawah yang dapat terairi kini mencapai 3,129 juta hektare (ha), tapi juga indeks pertanaman (IP) naik 0,5. Dampak lebih lanjutnya adalah pada peningkatan produksi sebanyak 8,21 juta ton.

Selain mampu meningkatkan produksi, rehabilitasi jaringan irigasi juga mampu mempertahankan produksi padi sebesar 16,36 juta ton. Artinya, total produksi padi selama lima tahun pada daerah yang terkena kegiatan rehabilitasi mencapai 24,37 juta ton.

“Karena berdampak siginifikan, kami berharap program ini dapat dilanjutkan pada tahun-tahun mendatang,” katanya kepada wartawan di Jakarta, Selasa  (21/5/2019).

Karena dampaknya cukup nyata, Sarwo berpesan agar petani yang tergabung dalam P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) atau kelompok tani (Poktan) ikut menjaga jaringan irigasi yang sudah direhabilitasi.

“Kalau ada bangunan irigasi yang rusak sedikit, saya minta P3A atau kelompok tani untuk segera memperbaiki. Jaringan irigasi dipelihara agar awet dan tidak rusak. Paling tidak, umur ekonomisnya mencapai 30 tahun,” tegasnya.

Sarwo mengakui, sekitar 40% jaringan irigasi telah rusak. Bahkan, hampir sekitar 50 tahun tidak pernah diperbaiki. Karena itu, pemerintah sejak awal sangat memperhatikan upaya memperbaiki jaringan irigasi.

Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen PSP, Rahmanto mengatakan, pemeliharaan jaringan irigasi baik skunder, primer dan tersier tidak lain agar suplai air ke sawah petani menjadi lancar.  “Jika suplai air lancar, maka tanaman tidak mengalami kekeringan. Apalagi di musim kemarau sekarang, keberadaan air sangat dibutuhkan,” katanya.

Dalam rehabilitasi jaringan irigasi tersier selama empat tahun terakhir (2015- 2018),   Ditjen   PSP   Kementan   melaksanakan   kegiatan   dengan   pola   bantuan pemerintah sebagai stimulus terhadap terselenggaranya pembangunan pertanian di pedesaan.

Dia menyebutkan, rehabilitasi JIT terus dilakukan karena program rehabilitasi ini mampu meningkatkan indeks pertanaman (IP), yang akhirnya dapat meningkatkan produksi pertanian.

Untuk tahun 2019, Kementan melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) akan merehabilitasi JIT seluas 67.037 ha. Program rehabilitasi yang saat ini sedang dilakukan pemerintah sangat dirasakan oleh para petani.

Dia menjelaskan, efek yang langsung dirasakan petani adalah adanya penambahan Indeks Pertanaman yang tadinya hanya bisa sekali setahun menjadi dua kali atau lebih.

“Dengan adanya program rehabilitasi jaringan irigasi, maka ada peningkatan pada indeks tanam petani, yang sebelumnya hanya sekali setahun menjadi dua kali,” katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan, di waktu jeda petani tetap memanfaatkan air yang ada dengan menanam tanaman lain, seperti palawija atau tanaman hortikultura lain, dengan memanfaatkan lahan kosong dan ketersediaan air irigasi.

“Jaringan irigasi juga menambah luas layanan sawah yang terairi. Dengan volume yang sama, air yang dialirkan dapat mengairi sawah lebih luas karena air tersebut terdistribusi secara efisien,” jelasnya,

Menurut PP No. 23/1992 tentang Irigasi, jaringan irigasi terdiri dari 3 tingkatan, dimulai dari irigasi primer, sekunder, dan tersier. Irigasi primer dan sekunder penanganannya di bawah Kementerian PUPR, sedangkan irigasi tersier dan kuarter, penangangannya sampai ke pemeliharaannya oleh petani.

Selain program rehabilitasi JIT, PSP juga mempunya program Irigasi Perpompaan. Tahun ini direncanakan akan dibangun sebanyak 467 unit. Irigasi Perpipaan 138 unit, Pembangunan Embung/Dam Parit/Long Storage sebanyak 400 unit dan Cetak Sawah seluas 6.000 ha.

Data Agro Indonesia mencatat, dalam empat tahun (2015-2018) Kementerian Pertanian   (Kementan) sudah merehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier seluas 3,12 juta ha. Realiasi terbesar terjadi tahun 2015, yang mencapai 2,45 juta ha.

Ditjen PSP mempunyai program/kegiatan pengembangan sumber-sumber air dengan fokus kegiatan mengoptimalkan sumber-sumber air permukaan seperti sungai, mata air dan run off untuk dapat digunakan sebagai suplesi irigasi di lahan pertanian.

“Semua kegiatan PSP adalah untuk mendukung kegiatan di sub-sektor petanian lain, seperti pangan, hortikultura, dan ternak serta perikanan,” tegasnya. PSP