Pemanfaatan riset akan membantu transformasi yang dilakukan oleh pemangku kepentingan untuk mencapai target Net Zero Emission dalam pengendalian perubahan iklim. Riset interdisiplin dapat dilakukan multi pihak termasuk melibatkan sektor swasta.
Demikian terungkap dalam sesi diskusi panel bertajuk “Transformation Strategy to Achieve Net Zero Emissions and Maintain Ecosystem Resilience” yang diselenggarakan di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP29 UNFCCC di Baku, Azerbaijan, Kamis, 14 November 2024.
Berbicara pada sesi tersebut Direktur Riset dan Pengembangan PT Sampoerna Agro Tbk Dwi Asmono, Ketua Net Zero Initiative universitas Indonesia Profesor Jatna Supriatna, dan Peneliti Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI) Dr Mochamad Indrawan
Dwi Asmono membuka sesu dengan memaparkan komitmen Sampoerna Agro dan peta jalan menuju pencapaian net zero emission pada 2030. Dwi menekankan pentingnya praktik pertanian berkelanjutan, ketahanan iklim, serta integrasi petani kecil dalam model bisnis perusahaan.
“Visi kami adalah menjadi perusahaan agribisnis terkemuka di Indonesia yang bertanggung jawab. Visi ini didorong oleh fokus pada manusia, lingkungan, produk, dan keuntungan, yang sejalan dengan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” ujar Dwi.
Dia menjelaskan implementasi praktik pertanian berkelanjutan Sampoerna Agro bekerja sama dengan petani kecil melalui penyediaan benih bersertifikat, pelatihan, dan layanan laboratorium.
Perusahaan juga menitikberatkan konservasi lahan gambut melalui model paludikultur yang mendukung pemanfaatan berkelanjutan sambil memulihkan ekosistem asli.
Terkait transisi energi dan pengelolaan emisi karbon, Dwi memaparkan upaya pengurangan emisi program reboisasi, dan penggunaan pupuk hayati. Perusahaan juga telah mengembangkan fasilitas biogas dari limbah pabrik kelapa sawit yang mampu menangkap lebih dari 35.000 ton CO2 per tahun sekaligus menyediakan listrik bagi masyarakat sekitar.
Untuk mengurangi ketergantungan pada energi tak terbarukan, perusahaan berencana memasang panel surya di area perkebunan terpencil, dengan target commissioning pada 2025.
Dia memaparkan Peta jalan Sampoerna Agro menuju emisi nol bersih mencakup kebijakan tanpa deforestasi, pengelolaan lahan gambut yang bertanggung jawab, dan transisi ke sumber energi terbarukan. Perusahaan juga tengah menjajaki potensi produksi bio-CNG (compressed natural gas) bekerja sama dengan perusahaan energi nasional.
“Keberlanjutan bukan hanya pilihan, tetapi sebuah keharusan. Melalui kolaborasi dengan universitas, pusat penelitian, dan para pemangku kepentingan lokal, kami bertujuan menciptakan ekosistem yang tangguh, yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekitar,” katanya.
Sementara itu, Prof. Jatna Supriatna, menegaskan pentingnya kolaborasi riset interdisipliner untuk mendukung target Indonesia mencapai Net Zero Emission. Jatna mengungkapkan bahwa UI telah membentuk pusat-pusat unggulan yang berfokus pada transisi energi dan konservasi ekonomi hijau.
“Kami tidak hanya berbicara, tetapi melakukan riset nyata. Pemerintah mendorong universitas untuk menciptakan pusat riset yang mampu menghasilkan solusi konkret,” kata Jatna.
UI, sebagai perguruan tinggi dengan peringkat tertinggi di Indonesia, mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu seperti energi, konservasi, ekonomi, dan teknik dalam risetnya. Salah satu inisiatif unggulannya adalah Center of Excellence untuk transisi energi dan konservasi ekonomi hijau, yang dirancang untuk mengatasi masalah seperti deforestasi, mitigasi perubahan iklim, dan pengelolaan lahan.
Jatna juga menyoroti upaya UI dalam mendorong investasi hijau dan pelibatan sektor swasta sebagai bagian dari solusi. “Dukungan pendanaan dari pemerintah, sebesar Rp170 miliar, harus diimbangi dengan kolaborasi lintas sektor, termasuk investasi dari swasta,” tambahnya.
Selain itu, Jatna menekankan pentingnya pendekatan harmonisasi antara produksi dan konservasi melalui analisis multi-kriteria yang memadukan aspek ekologis, sosial, dan ekonomi. Hasil riset ini bertujuan menemukan solusi win-win antara kebutuhan pembangunan dan pelestarian lingkungan.
Ia mengajak kolaborasi kepada seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, donor, dan sektor swasta, untuk mendukung visi Indonesia mencapai keberlanjutan dan ketahanan lingkungan. ***