Selamatkan Badak dengan Suntik Radioaktif

Perusahaan rintisan (startup) untuk menyelamatkan badak Afrika dari perburuan, meminta dukungan modal ventura untuk meluncurkan proyek menjanjikan untuk penyelamatan satwa dilindungi ini secara komersial. Jika sukses, proyek ini akan diperluas untuk satwa dilindungi lainnya yang kerap jadi obyek perburuan ilegal: gajah, trenggiling dan flora-fauna lainnya.

The Rhisotope Project sudah dijalankan sejak 2021 di Afrika Selatan. Bulan lalu mereka memasukkan pelet radioaktif ke dalam cula 20 badak sebagai tahap awal penelitian akhir sebelum memasarkan teknologinya. Kini, untuk meluncurkan program tersebut, mereka butuh mengumpulkan dana hampir 1 juta dolar AS (Rp160 miliar dengan kurs Rp16.000/dolar AS).

“Proyek Rhisotope sedang mencari dukungan modal ventura” untuk mendanai kegiatan selama dua tahun ke depan dengan pengembalian komersial diharapkan setelah sekitar 18 bulan, demikian pernyataan proyek yang dimulai di Universitas Witwatersrand, Johannesburg ini dalam rencana bisnisnya kepada Bloomberg.

Proyek yang menyatakan penggunaan pelet radioaktif akan menghalangi pemburu liar dan memungkinkan cula dari hewan yang dibunuh secara ilegal dapat dideteksi ketika melewati perbatasan, merupakan salah satu dari sejumlah tindakan yang dipromosikan untuk melindungi hewan yang terancam punah. Aksi lainnya antara lain memotong cula badak, yang laku dijual di Asia Timur berkat keyakinan keliru sebagian orang bahwa mengonsumsi cula tersebut dapat menyembuhkan kanker. Selain itu juga mengerahkan penjaga manusia dan anjing sepanjang waktu.

Awalnya 30% saham akan ditawarkan kepada investor dan sisanya dipegang oleh universitas dan pendiri proyek.

Badak bernama Beckham yang telah dipasangi pelet radioaktif. Foto: Bloomberg

“Pada tahap selanjutnya, pengerjaannya akan diperluas ke gajah, trenggiling, serta fauna dan flora lainnya,” kata startup tersebut.

Perusahaan nuklir milik BUMN Rusia, Rosatom merupakan salah satu penyandang dana awal hingga perusahaan tersebut “tidak dapat dipertahankan” setelah invasi ke Ukraina, kata pendiri Rhisotope, James Larkin, bulan lalu ketika cula badak disuntikkan.

“Para peneliti Rusia terlibat dalam berbagai aspek, termasuk pengembangan zat radioaktif dan kemasannya,” kata Rosatom saat menjawab pertanyaan, seraya menambahkan bahwa pihaknya masih “bersemangat untuk terus mendukung proyek tersebut.”

Potong cula

Penyuntikan pelet mengandung bahan radioaktif ke dalam cula badak ditempuh sebagai taktik mencegah konsumsi dan mempermudah deteksi perdagangan ilegal.

Tingkat dosisnya hanya sedikit lebih tinggi dari radiasi yang terjadi secara alami dan tidak akan membahayakan hewan, menurut situs web proyek tersebut. Namun, pembeli bisa jatuh sakit jika mereka mengonsumsi cula dalam jumlah yang cukup.

Selain itu, dengan memasukkan bahan radioaktif, cula tersebut dapat ditangkap oleh lebih dari 11.000 monitor pendeteksi radiasi yang telah dipasang di pelabuhan masuk secara global hingga dapat membantu sejumlah pejabat perbatasan yang dilatih untuk mendeteksi perdagangan satwa liar.

Proyek Rhisotope dimulai pada tahun 2021 ketika dia menyuntikkan isotop stabil yang tidak berbahaya ke dalam cula dua hewan bernama Denver dan Igor. Pada saat itu, sebagian dukungan datang dari perusahaan nuklir negara Rusia, Rosatom. Program ini mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungannya dengan perusahaan setelah pecahnya perang di Ukraina, kata Jessica Babich, seorang aktivis konservasi yang terlibat dalam program tersebut.

Program ini sekarang sedang mencari lebih banyak pendanaan dari investor dan donor, dan mungkin akan menjual saham dalam proyek tersebut.

Jika 20 badak yang disuntik radioisotop minggu lalu sehat dalam waktu enam bulan, layanan tersebut mungkin akan diluncurkan secara komersial dengan biaya 24.000 rand (1.317 dolar AS) per hewan atau kurang jika kelompok yang lebih besar menerima pengobatan tersebut, kata Babich. Radioisotop di dalam cula juga perlu “ditambahkan” setelah lima tahun karena cula akan tumbuh berkembang dan waktu paruh radioaktif bahan tersebut melemah.

Dan, kata Larkin, lebih baik memotong culanya, yang merupakan cara yang semakin umum untuk memerangi perburuan liar.

“Alam tidak menyia-nyiakan energi untuk menanam sesuatu di kepala hewan jika tidak diperlukan,” kata Larkin, yang pernah menjabat sebagai ketua Badan Energi Atom Internasional. AI