Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (Ditjen P-DAS dan HL) tahun 2015 ini mendapat jatah anggaran sebesar Rp1,099 triliun. Anggaran tersebut dibagi untuk enam eselon II, yakni Direktorat Pencemaran dan Evaluasi Pengendalian DAS, Direktorat Konservasi Tanah dan Air, Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, dan Direktorat Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung, Direktorat Pengendalian Kerusakan Perairan Darat serta Sekretariat Ditjen.
Sekretaris Ditjen Pengendalian DAS dan HL Dr. Ir. Murdiyono mengatakan, seluruh anggaran yang tersedia difokuskan untuk kegiatan yang dilaksanakan masing-masing direktorat. Adapun fokus pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Pengendalian DAS dan HL misalnya mendorong tersedianya instrumen dan regulasi untuk mendukung ketahanan air, utamanya melalui rehabilitasi (sipil teknis dan vegetatif) dan peningkatan kualitas air danau. Selain itu juga pengelolaan dan operasionalisasi KPHL dalam peningkatan devisa dan PNBP dari hutan lindung serta pengelolaan hutan rakyat.
Untuk Konservasi Tanah dan Air (KTA), pembangunan difokuskan meliputi pembangunan dam pengendali 2 unit, dam penahan 389 unit, gully plug 810 unit, serta sumur resapan air (SRA) 4.050 unit. Sementara untuk pengembangan agroforestry targetnya seluas 7.600 hektare (ha), rehabilitasi lahan kritis, tanaman Kebun Bibit Rakyat (KBR) 200.063,48 ha. Rehabilitasi teras 350 ha dan rehabilitasi hutan 150 ha.
Sementara untuk RHL Murni adalah rehabilitasi hutan lindung di KPHL/HL seluas 10.710 ha, rehabilitasi mangrove 480 ha. Untuk hutan kota ditargetkan seluas 215 ha, agroforestry 7.590 ha. Untuk rehabilitasi hutan dan lahan dengan sumber dana DAK mencapai 27.129 ha. Sedangkan reklamasi hutan eks tambang seluas 6.350,48 ha.
Masih ada lagi, rancangan rehabilitasi hutan di KPH dan lahan kritis di DAS prioritas seluas 221.131 ha. Penyediaan bibit untuk penanaman seluas 246.237 ha di KPHL/HL (Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung), hutan mangrove, hutan kota, dan lahan kritis DAS prioritas. Fasilitasi operasionalisasi KPHL sebanyak 40 unit. “Semua kegiatan tersebut dilaksanakan oleh lini masing-masing yang bertanggungjawab,” kata Murdiyono.
Berjalan lancar
Menurut Murdiyono, reorganisasi atau kelembagaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan baru rampung pada Juni 2015. Namun, begitu seluruh pejabatnya terisi, semua langsung berjalan lancar. Direktorat Jenderal Pengendalian DAS-HL juga langsung mengejar target yang sudah direncanakan.
Begitu halnya dengan masuknya direktorat baru bernama Direktorat Pengendalian Kerusakan Perairan Darat dan Direktorat Kesatuan Pengendalian Hutan Lindung — yang semula di luar Ditjen DAS — juga langsung ngebut mengejar pencapaian kinerjanya. Sedangkan Direktorat Perhutanan Sosial yang semula bergabung di bawah Ditjen DAS dan kini menjadi Ditjen tersendiri, tak mengalami hambatan. Soal anggaran, tinggal disempal dan dialihkan ke Ditjen yang baru.
Murdiyono mengatakan, tahun 2015 ini Ditjen Pengendalian DAS-HL memperoleh anggaran Rp1,059 triliun. Angka itu sudah termasuk tambahan dari Kementerian PU dan Perumahan Rakyat sebesar Rp56 miliar.
Anggaran limpahan dari Kementerian PU dan Perumahan Rakyat sebesar Rp56 miliar itu, katanya, dialokasikan untuk membuat 1.600 dam alias bendungan penghambat. Dam penghambat yang dimaksud sejenis bendungan pada anak-anak sungai kecil yang bentuknya berupa tumpukan batu dalam keranjang yang dipasang pada aliran sungai kecil. “Untuk kegiatannya mudah sekali. Ada anak sungai, lalu dibuat dam kecil dan biasanya dilakukan diperbukitan,” katanya.
Dam penghambat itu dibangun di sejumlah titik pada 35 DAS prioritas. Karena fungsinya hanya menjadi penghambat air hujan, maka biayanya per unit pun sangat murah, yakni Rp35 juta/unit. Jadi, bila sasarannya membangun 1.600 unit dengan biaya Rp35 juta/unit, maka uang Rp56 miliar habis terpakai.
DAS dan Danau Prioritas
Jika menyimak data, lahan kritis di nasional memang sungguh menyedihkan. Bayangkan saja, pada tahun 2006 tercatat lahan kritisnya mencapai 30 juta ha. Namun, lewat berbagai program dan kerja keras, tahun 2011 lahan kritisnya bisa berkurang tinggal 27 juta ha, dan terus menurun luasannya tahun 2013 tinggal 24,3 juta ha.
Untuk mengatasi lahan kritis yang setiap tahun terus bertambah, pemerintah melalui Kementerian Kehutanan (2004) pada era Presiden Megawati Soekarnoputri dengan mencanangkan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan). Sejak itulah pemerintah membuat ‘gawe’ tahunan yang selalu dihadiri Presiden RI pada puncak penanaman pohon. Dari jumlah 17.000 DAS dan dijadikan 108 DAS prioritas, sedikitnya telah tertanami 8,19 miliar batang pohon. Tanaman itu berada di dalam maupun di luar kawasan hutan dengan luas 2,33 juta ha. Tanaman itu berada pada areal penggunaan lain, pinggiran jalan, fasos dan fasum, serta lingkungan sekolah.
DAS Prioritas
Tahun anggaran 2015 ini, Murdiyono mengungkapkan direktoratnya menargetkan 8 DAS prioritas. Ke-8 DAS itu masing-masing Citarum, Ciliwung, Cisadane, Serayu, Solo, Brantas, Saddang dan Limboto. Sedangkan tahun 2016 akan dilanjutkan seperti DAS Citarum, Ciliwung, Cisadane, Serayu, Solo, Brantas, Saddang, Limboto di tambah Kapuas.
Untuk tahun depan itu, juga ditargetkan merehabilitasi 15 DAS guna mendorong peningkatan indek ketahanan air serta pembentukan 229 KPH dan mendorong produksi kayu serta 20 taman nasional. DAS tersebut Citarum, Ciliwung, Serayu, Solo, Brantas, Cisadane, Kapuas, Siak, Musi, Asahan Toba, Jeneberang, Saddang, Moyo, Way Sekampung dan Limboto.
Murdiyono mengatakan, untuk program Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Lindung akan dikerahkan pada areal 10.000 ha. Di samping itu juga akan diarahkan untuk kegiatan agroforestry seluas 7.500 ha. Ditjen Pengelolaan DAS mendapat jatah membangun 40 KHP Lindung dan seluruhnya akan dikerahkan pada areal seluas 10.000 ha tadi.
Di samping program pembuatan kebun bibit rakyat (KBR), persemaian permanen dan penanam, Ditjen Pengendalian DAS-HL juga membuat hutan kota serta pembuatan dam penahan, gully plug, sumur serapan. Sedangkan rencana tahun 2016 untuk program pengendalian DAS-HL akan diarahkan untuk pembinaan rehabilitas dan reklamasi hutan dan lahan serta konservasi tanah dan air. Program lainnya adalah pembinaan kesatuan pengelolaan hutan lindung, penyelenggaraan pengelolaan DAS dan lainnya.
Menyinggung soal kegiatan yang terkait dengan air, Murdiyono mengungkapkan akan membidik 15 danau. Program itu juga jadi andalah kegiatan. Sedangkan danau yang dimaksud adalah Toba, Maninjau, Singkarak, Kerinci (Sumatera), Rawa Danau (Banten), Rawa Pening (Jateng), Batur (Bali), Sentarum (Kalbar), Kaskade Mahakam (Kaltim), Lamboto (Gorontalo), Tondano (Sulut), Poso (Sulteng), Matano, Tempe (Sulsel) Sentani (Papua). AI