Di jaman now, jarang-jarang ada anak muda seperti Emireza Farhan Adib. Mahasiswa jurusan Kewirausahaan, Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) ini nekat mendirikan perusahaan pembenihan dan pendederan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).
Adib, demikian akrab disapa memang menyukai ikan sejak bocah. Beranjak dewasa, Adib pun sadar dengan potensi perikanan yang besar. Tidak tanggung-tanggung, Adib pun belajar perikanan, khususnya budidaya lele di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi.
Tidak hanya itu. Demi memuluskan bisnisnya, Adib juga giat sebagai konsultan dan aktif sebagai penyuluh budidaya lele. Pria kelahiran Jakarta, 26 September 1998 ini paham usahanya tidak akan sukses sendirian, jika masyarakat pengguna benih lelenya gagal di tengah jalan.
“Dengan membantu program perikanan swadaya, saya juga membantu meningkatkan ekosistem bisnis lele yang berdampak positif pada perusahaan saya sendiri yaitu Emir Fishery Industries yang bergerak di sektor pembenihan dan pendederan ikan lele,” ujar Adib, alumnus SMAN 81 Jakarta.
Perusahaan Adib pun dipercaya untuk memuluskan program desa asuh Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) dan Resimen Mahasiswa Universitas Widyatama di Kampung Kahuripan, Desa Nagrog, Cicalengka, Kabupaten Bandung.
Untuk mengetahui semangatnya dalam bisnis lele, berikut bincang-bincang Agro Indonesia dengan pria ramah yang sempat berkarier di Dobu Corp dan iRice sebagai CEO ini pekan lalu.
Apa yang membuat Anda tergerak mendirikan perusahaan pembenihan dan pendederan lele?
Sedari kecil saya sudah hobi memelihara ikan. Ketika saya kuliah semester 4 di SBM ITB, saya menyadari ada potensi besar dalam dunia perikanan. Lalu saya mempelajari perikanan lebih dalam di BBPBAT Sukabumi. Di sana saya belajar banyak tentang cara budidaya lele. Berdasarkan hasil pembelajaran saya, seluruh sektor dalam budidaya lele menguntungkan. Saya memilih sektor pembenihan dan pendederan, karena memiliki profit ratio yang lebih besar dari sektor pembesaran dan juga tidak membutuhkan modal sebanyak sektor pembesaran. Meski pun demikian, sektor pembenihan dan pendederan memiliki resiko yang lebih besar.
Seperti apa suka duka menjalankan perusahaan?
Berbisnis khususnya dengan obyek bisnis mahluk hidup penuh dengan tantangan. Mulai dari penyakit yang menyerang ikan hingga faktor alam yang tidak dapat dikontrol seperti panas ekstrim dan kekeringan. Hal tersebut membuat saya beberapa kali gagal panen, sehingga mengalami kerugian yang banyak. Namun dari kegagalan tersebut saya terus belajar dan memperbaiki sehingga dapat lebih baik lagi ke depannya. Ketika ikan sehat dan hasil yang dipanen sesuai dengan target merupakan suka yang saya rasakan. Selain itu berbisnis dengan mahluk hidup memberikan suka lainnya ketika memberi makan mereka. Berbisnis mahluk hidup merupakan bisnis padat karya, sehingga dibutuhkan banyak manusia untuk membuat bisnis tersebut terus berjalan. Dengan mempekerjakan banyak orang, hal tersebut membawa kebahagiaan untuk diri saya sendiri. Karena saya merasakan bisnis yang saya jalani bermanfaat untuk orang lain.
Anda yakin ya dengan masa depan lele?
Masa depan lele sebagai bisnis sangat potensial. Hal ini terlihat dengan terus meningkatnya demand lele, sementara supplynya belum dapat memenuhi. Belum lagi, demand dari luar negeri seperti Singapura membuat bisnis lele patut untuk dijalani.
Kabarnya Anda membuat terobosan green house dalam pengembangan lele. Bisa diceritakan konsepnya seperti apa?
Sebenarnya green house bukan sebuah terobosan yang baru, karena sudah banyak diterapkan oleh beberapa petani. Namun untuk penggunaan green house pada bisnis lele sendiri belum banyak pihak yang menerapkan konsep tersebut. Konsep green house yang saya gunakan sebenarnya sama dengan penggunaan green house dalam tanaman. Saya menerapkan konsep green house untuk menekan faktor-faktor yang dapat mengganggu seperti hujan, perubahan suhu dan cuaca. Dengan menggunakan green house, saya merasakan dampak postif berupa menurunnya angka kematian, menurunnya angka ikan sakit dan meningkatnya pertumbuhan ikan.
Selain sebagai pengusaha, Anda juga merangkap konsultan dan penyuluh. Apa motivasinya?
Bisnis sektor akuakultur khususnya lele yang memiliki demand tinggi membuat banyak masyarakat ingin terjun dalam bisnis ini. Namun yang mencoba untuk bisnis lele banyak yang putus asa ketika menghadapi tantangan dan kegagalan. Dengan menjadi konsultan dan pembina program swadaya, saya dapat membantu masyarakat yang baru mencoba berbisnis lele, meminimalisir kegagalan dan membantu mereka menghadapi kegagalan dan bangkit kembali. Sehingga potensi bisnis lele yang besar dapat teroptimalkan. Dengan membantu program perikanan swadaya, saya juga membantu meningkatkan ekosistem bisnis lele yang berdampak positif pada perusahaan saya sendiri yaitu Emir Fishery Industries yang bergerak di sektor pembenihan dan pendederan ikan lele.
Mengingat karakteristik suatu daerah dengan daerah lainnya berbeda, ketika melakukan penyuluhan, pendekatannya seperti apa?
Setiap daerah memiliki resource dan potensi yang berbeda, sehingga dibutuhkan pendekatan yang berbeda juga. Kami melakukan pendekatan berdasarkan resource dan potensi dari setiap daerah.
Untuk program desa asuh Perbanas yang berada di Cikahuripan dengan human resource yang terbatas namun dengan nature resource yang berlimpah, kami membuatkan manual book yang singkat agar dapat mudah dipahami. Di sana kami lebih menekankan kepada praktik di lapangan berdasarkan manual book yang kami berikan. Sedangkan untuk program kolam di kamar kostan Antapani yang memiliki human resource lebih, namun nature resource kurang, kami melakukan pendekatan melalui praktik lapangan dan forum diskusi, agar materi lebih mudah dipahami.
Fenny YL Budiman