Upaya pemerintah mempercepat pengerjaan fisik program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) terkendala akibat bantuan alat dan mesin pertanian (Alsintan) tidak mendapat perhatian serius, baik dinas maupun petani. Akibatnya, alat-alat yang ada di Alsintan tersebut malah dicuri orang.
Pencurian alat-alat yang ada di Alsintan terutama terjadi pada excavator di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Kalimanan Selatan (Kalsel). “Empat alat simulator excavator hilang dicuri orang, sehingga empat excavator ini mangkrak di Jejangkit,” kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy di Banjarbaru, Rabu (8/5/2019).
Desa Jejangkit merupakan lokasi puncak peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) tahun 2018. Di lokasi percontohan lahan rawa ini, sedikitnya terdapat 10 excavator bantuan Kementan.
Kapan pastinya simulator itu hilang tidak ada yang tahu. Namun, bisa dipastikan alat tersebut hilang setelah peringatan HPS. “Memang, excavator itu tidak dijaga, sehingga maling kapan saja bisa mengambilnya. Di sisi lain, masyarakat setempat rumahnya jauh dari lokasi,” ujar Sarwo kepada Agro Indonesia.
Menurut Dirjen, alat simulator yang dicuri tersebut harganya cukup mahal, yaitu sekitar Rp220 juta/unit. Jika 4 unit yang hilang, maka kerugian negara mencapai Rp880 juta. “Hampir Rp1 miliar. Pencurinya paham betul kalau alat itu harganya mahal,” tegasnya.
Agar tidak terjadi aksi pencurian lagi, maka kini alat tersebut kini dijaga. “Untuk menjaga alat-alat di Jejangkit tersebut, kami terpaksa membayar penjaga Rp100.000/hari,” kata Sarwo.
Tidak Dijaga
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Provinsi Kalimantan Selatan, Syamsir Rahman mengakui memang telah terjadi pencurian alat simulator pada excavator di Jejangkit Muara.
“Alat itu selama ini tidak dijaga. Jadi, maling dengan leluasa bisa mengambilnya. Tapi kini alat tersebut sudah dijaga,” tegasnya.
Dia mengakui, jika excavator mangkrak atau tidak bisa dioperasikan, maka kegiatan fisik optimasi lahan rawa terganggu, sehingga target yang dipatok pun tidak dapat dicapai tepat waktu.
Menurut dia, di Desa Jejangkit Muara ada 10 excavator. Alat ini digunakan untuk membuat saluran pada lahan rawa. Tanpa alat berat tersebut, maka olah tanah sulit dilakukan.
Di Desa Jejangkit sedikitnya terdapat 4.000 hektare (ha) lahan rawa yang akan dikerjaan. Seluruh area ini dijamin akan selesai digarap dan bisa ditanami padi.
Dari luasan 4.000 ha tersebut, sekitar 250 ha sudah ditanami padi dan dipanen pada saat peringatan HPS dan 500 ha sedang dalam pengerjaan.
Syamsir Rahman menyebutkan, target Kalsel sekitar 257.300 ha. Dari jumlah itu, yang sudah ada CP/CL (calon petani/calon lahan) seluas 160.481 ha, yang sudah disurvey investigasi desain (SID) seluas 35.282 ha dan yang sudah selesai pengerjaan fisik seluas 8.641 ha.
“Kami terus menggenjot capaian luas areal. Dengan adanya pendamping dari pihak TNI, kita harapkan petani lebih semangat lagi,” tegasnya.
Program optimalisasi ini adalah sebagai bentuk motivasi yang diberikan negara kepada petani. Ke depannya, lahan rawa yang berhasil dioptimalisasi oleh Kementan akan diserahkan kepada masyarakat secara cuma-cuma alias gratis.
Bukan yang Pertama
Program ini bukan kali pertama dijalankan oleh Kementan. Pasalnya, tahun 2014 lalu Kementan juga telah berhasil membuka lahan rawa di wilayah Sumatera Selatan dengan menggandeng pihak swasta lewat program CSR — karena belum ada dana APBN kala itu.
Pemerintah telah menggelontorkan bantuan Alsintan, khususnya excavator, untuk optimalisasi lahan rawa lebak dan pasang surut agar menjadi lahan sawah produktif.
Direktur Alsintan, Ditjen PSP, Kementan, Andi Nur Alam Syah mengatakan, Kementan telah menyalurkan bantuan excavator sebanyak 69 unit. Berdasarkan pantauan, bantuan tersebut bekerja optimal untuk pengerukan saluran irigasi yang mengalami pendangkalan, pembuatan jalan usaha tani dan optimasi lahan rawa lebak dan lahan rawa pasang surut.
“Pemantauan ini sesuai arahan menteri. Alsintan dan excavator harus bekerja optimal sehingga lahan rawa menjadi lahan sawah produktif,” tegasnya. Dengan demikian, lanjutnya, produksi pangan khususnya beras dan kesejahteraan petani meningkat. Bahkan, dari lahan rawa Indonesia bisa mencukupi pangan dunia.
Dia menyebutkan, pemberian bantuan Alsintan seperti excavator, traktor, untuk mendukung pembangunan pertanian, khususnya indeks mekanisasi pertanian dalam mempercepat pengolahan lahan, penanaman dan panen.
“Jadi, hasilnya (pemberian Alsintan kepada petani) sudah ada. Manfaatnya sudah dirasakan petani,” katanya. Dengan adanya pemberian Alsintan yang kerap dilakukan, dalam empat tahun ini Ditjen PSP Kementan telah menyerahkan sekitar 350.000 unit untuk berbagai jenis.
Selain itu, Kementan juga terus berupaya memperkuat kelembagaan untuk mengelola Alsintan yang beredar di petani melalui Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan Brigade Alsintan.
Menurut Andi, kehadiran UPJA dapat melindungi pengguna dari alat atau mesin yang tidak layak pakai serta mencegah beredarnya alat atau mesin pertanian yang mutunya tidak memenuhi standar dan tidak sesuai dengan kondisi spesifik lokasi, baik produksi dalam negeri maupun pemasukan dari luar negeri.
“Selain itu, memberi kepastian usaha bagi produsen alat dan atau mesin pertanian terhadap hasil produksinya yang memenuhi standar,” katanya. PSP