Usaha Budidaya Anggrek untuk Hadapi Industri 4.0

Ir Supartono, M.Sc, Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta

Ir Supartono, M.Sc, Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta

Mengelola birokrasi yang berkaitan dengan masyarakat tidaklah mudah, sangat kompleks, banyak hal dan masalah yang muncul yang harus segera diatasi. Kadang ada keinginan yang ingin segera dipenuhi, bisa saja memancing emosi.

Tetapi tidak demikian dengan Ir Supartono, M.Sc, Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta. Pembawaannya yang kalem dan low profile membuatnya bisa dengan tenang menangani permasalahan.

Supartono malang melintang di Dinas Pertanian, dan sempat bertugas di sempat di Dinas Pasar dan kembali ke Dinas Pertanian, sebagai Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta.

Agro Indonesia berkesempatan berbincang dengan pria lulusan MMA itu tentang pengembangan budidaya anggrek beberapa waktu lalu. Berikut petikannya.

Berkaitan dengan kelompok anggrek dan greenhousenya, ini program lanjutan yang dulu atau bagaimana?

Kalau anggrek ini program lanjutan tapi jangkanya panjang. Karena kita jelas tidak mampu mensupport dengan cukup fantastis pada masyarakat, karena masyarakat jumlahnya banyak dan anggaran dari pemerintah itu kan tidak hanya melewati upd seperti dinas operasional tetapi juga melewati litbang-litbang. Sementara kami dari dinas dari sisi teknis program-programnya kami dukung.

Teknisnya bagaimana memberikan sarananya langsung atau dinas memberikan dana bantuan dan masyarakat yang mengusahakan?

Ada permohonan, modelnya hanya bisa dengan model ketika masyarakat mengajukan, kita mensuport. Jadi programnya sesuai dengan program dinas maka kita bantu. Greenhouse penuh dari dinas, hanya saja masyarakat yang tergabung dalam kelompok yang nanti memanfaatkannya. Kaitannya dengan pemanfaatan, supaya itu bisa optimal karena sebetulnya yang kita arahkan, masyarakat tidak hanya mulai menyenangi saja tetapi sudah ada hal yang ingin dicapai. Dengan anggrek ini hendaknya nanti bisa meningkatkan produksi.

Ada tanggungjawab, konsekuensi seperti penilaian dan dicek perkembangannya?

Dicek bahkan kita selalu mendukung untuk evaluasi melalui pertemuan-pertemuan dan sebagainya. Masyarakat yang dimotori oleh ketua kelompoknya, atau tokoh-tokoh masyarakatnya, harus bisa mendukung mendorong, agar mereka bisa selalu berkembang. Kita arahkan untuk membentuk semi corporate artinya kalau ketua punya pandangan planning untuk meningkatkan usahanya, maka itu bisa membagi pada anggota kelompok-kelompoknya. Misal yang satu membesarkan vegetatifnya, yang satunya lagi mungkin mengawinkan dan sebagainya.

Sebetulnya kalau kelompok itu sudah siap kita bisa partnerkan dengan BRI. BRI itu minta agar setiap kantor BRI ada anggrek yang disediakan oleh masyarakat. Mereka minta agar selalu ada kontinuitas ada anggrek sebagai hiasan. Tapi ketika BRI menyampaikan hal seperti itu, belum bisa menjawab. Karena harus ada kesiapan dari kelompok. Begitu teken kontrak untuk menyediakan itu, maka harus siap terus menerus. Ketika untuk siap terus menerus, harus ada stoknya dari produksinya sendiri atau kerjasama antar kelompok. Beranikah itu? Maasyarakat belum berani, belum siap

Kenapa belum siap, belum berani?

Kadang-kadang masyarakat itu bicaranya sudah pinter tetapi untuk melangkah takut kalau rutin bagaimana, kalau nanti tidak bisa bagaimana dan sebagainya. Itu yang membuat langkah terhenti. Nah kita dorong agar ada keberanian untuk bisa tampil, bisa melanyani apa yang dikehendaki oleh kelompok atau masyarakat atau instansi atau lembaga lainnya. Keberanian seperti itu yang kita dorong. Rata-rata orang kita itu merasa sudah siap tetapi tidak berani melangkah lebih jauh, keweden karepe dewe.

Kelanjutan setelah ini dari program greenhouse?

Ini yang kita harapkan. Nantinya dari sini ada tahapan kedepannya untuk bisa menumbuhkan dari biji-biji anggrek yang sudah disilangkan agar bisa jadi bibit anggrek. Kita dukung apa yang menjadi kebutuhan, apakah itu inchasenya, apa dari botolnya atau yang lain. Tahap setelah itu ada kelompok-kelompok lain misal kelompok yang penumbuhan pada botol, ada anggota kelompok yang harus mengeluarkan dari botol, dari ukuran kecil dibesarkan sampai keukuran booming, dan sebagainya. Nanti terbagi kelompok tersendiri. Kalau sudah bisa berpartner, tambah kelompok, tambah banyak. Itu akan ada sinergitas yang lebih baik. Nanti di kota Yogya baru akan terlihat, jumlah kelompok yang produktif seperti itu semakin banyak.

Program yang lain?

Yang kemarin itu sebenarnya untuk mendukung yang kaitannya dengan anggrek yaitu lidah buaya. Sebetulnya lidah buaya itu ketika sudah ada yang bisa buat untuk minuman atau apa, kita harapkan lidah buaya itu bisa mengganti fungsi yang selama ini dominan yaitu nata de coco, lebih sehat yang dari lidah buaya. Tetapi itupun masyarakat untuk melangkah dan mengatakan saya berani untuk menyediakan itu belum nampak Padahal saat lebaran, untuk anak anak kecil, (minuman gelas) isinya cuma satu dua dari nata de coco. Kita harapkan kalau bisa membuat seperti itu dengan lidah buaya, lebih bagus. Ini bentuk yang juga kita harapkan menuju tahapan berikutnya (untuk lebaran misalnya). Lidah buaya dikembangkan sangat mudah. Bisa dibiakkan di tanah tanah marginal, ada yang dekat persawahan, di tanah yang tidak produktif, dekat sungai atau yang kurang produktif, bisa ditumbuhkan, walaupun tidak sangat intensif. Apalagi kalau dibudidaya dengan bagus. Hasilnya lebih bagus. Tinggal waktu tertentu memanen. Memanennya juga sangat gampang. Akan kami dorong, kami support.

Apakah itu menguntungkan?

Ya mesti untung, karena ditandangi dewe (dikerjakan sendiri). Kecuali kalau banyak tenaga kerja, itu bisa untung kalau produksinya tinggi. Kalau sudah menuju pada industri seperti itu, biar ditangkap oleh bidang perindustriaan. Nanti kalau produksinya banyak bisa antar propinsi, semakin banyak bisa tingkat nasional distribusinya. Bisa kerjasama dengan banyak pihak seperti swalayan atau yang lain.

Apa visi misi Bapak dalam pengembangan anggrek ini?

Kami ingin agar kota Yogyakarta terkait dengan anggrek ini, bisa ada 100 kelompok yang intensif pada anggrek. Walaupun tahapannya agak panjang. Satu tahun nanti 5 sampai dengan 10 kelompok bagus sekali. Kami juga ingin masyarakat itu memahami, karena jaman sekarang persaingan sudah sedemikian semakin berat, kebutuhan hidup banyak, hal yang terkait dengan kemarin-kemarin yang belum menjadi kebutuhan, sekarang jadi kebutuhan.

Sekarang pada tahapan industri 4.0 itu tentu saja ditopang kebutuhan internet yang harus mengeluarkan cost, untuk kebutuhan masing-masing setiap keluarga mungkin semua akan meningkat. Ketika seperti itu, kebutuhan apapun meningkat, penampilan meningkat, kesehatan meningkat dan sebagainya. Maka selagi masih memungkinkan, untuk membangun usaha, bangun usaha. Kalau tidak membangun usaha kapan kita akan memiliki fungsi untuk bisa bermanfaat pada orang lain. Fungsi untuk peningkatan pendapatan bagi keluarga kita, fungsi untuk yang lain-lain. Mungkin saat ini kitapun sudah telat, karena membangunnya harusnya sebelum umur kita 30 tahun. Tetapi rata-rata di sini nilai keseriusannya, nilai keberaniannya untuk berinvestasi ataupun berspekulasi kaitan dengan itu masih kecil.

Sebetulnya ketika anggrek itu sudah dianalisa, analisa usahanya itu menguntungkan, kenapa nggak berani, yang ditakuti apa, kecuali kalau dalam analisa itu tidak menguntungkan. Kalau dalam analisanya itu menguntungkan apa yang ditakuti. Untuk menghilangkan atau mengurangi rasa takut itu bergabunglah didalam klaster-klaster atau kelompok kelompok semacam ini.

Bapak dalam situasi wabah ini, wabah Corona, bagaimana kelanjutannya dengan program kerja, pendampingan atau kunjungan?

Kunjungan lapangan, untuk sementara kita hentikan, anggaran kita rasionalisasi. Kaitan dengan kegiatan tersebut karena terkait wabah corona ini, kita tidak berani dan ikuti aturan dari atas. Fokus untuk wabah corana, atau terkait dengan sosial ekonominya. Tidak hanya untuk kelompok anggrek, untuk semua kegiatan. Kegiatan yang masih ada sedikit dijalankan, yang terkait yang mendukung ketahanan pangan.

Sekiranya kelompok atau masyarakat perlu bimbingan bagaimana caranya?

Bisa konsultasi secara online. Ini karena kondisional sekali, tidak tahu sebelumnya kondisi akan seperti ini. Bimbingan atau konsultasi secara on line, bisa dilakukan, terbuka, karena pada prinsipnya mengurangi yang ketemu secara langsung.

Anna Zulfiyah