WRD Tebar Semangat Penuntasan Kasus Rabies

Ampul vaksin [pixabay.com]
drh Ida Lestari

Oleh: Drh Ida Lestari (MVU-Ditkeswan Kementerian Pertanian)

IIbarat mesin, peralatan akan mudah rusak bila dipakai nonstop tanpa ada  kesempatan  jeda  sebentar untuk  diistirahatkan.  Demikian juga manusia, tetap membutuhkan  libur setelah bekerja dalam kurun waktu tertentu. Hal ini mengingatkan saya yang pernah mendapat tugas ke lapangan (NTB) tahun 1990-an. Selain tugas utama  kedinasan  di lapangan saya juga dapat menikmati libur wisata dengan menikmati indahnya panorama NTB.

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan 10 kabupaten/kota memiliki banyak daerah wisata seperti panorama pantai  kuta mandalika  dan gunung – gunung yang ada di sana.  Namun pada Februari 2019, muncul kasus rabies pertama kali di Kabupaten Dompu, dimana terjadi korban gigitan anjing dan 6 warga Dompu diantaranya meninggal dunia. Hal itu tentu mengusik Pemerintah daerah setempat khususnya Dinas Pariwisata atas kekhawatiran turunnya devisa. Sebab ada risiko terganggunya  aliran wisatawan lokal dan luar berkunjung ke sana bila kasus rabies ini tidak segera dituntaskan. Apalagi umumnya di NTB anjing dapat berkeliaran di jalan dan dapat menjumpai manusia di berbagai tempat.

Sebuah organisasi yang bernama Alliance  for Rabies Control (ARC)  telah menetapkan tanggal 28 September sebagai Hari Rabies Sedunia (World Rabies Day/WRD).  Penetapan itu tidak hanya untuk mengenang kematian Louis Pasteur (penemu vaksin Rabies pertama kali), tetapi juga untuk  misi dunia mengeliminasi rabies pada tahun 2030. Rabies adalah salah satu penyakit zoonosis paling mematikan di dunia dengan tingkat kematian 99,9% setelah gejala klinis muncul.

Pada Hari Rabies Sedunia, tanggal 28 September 2019 yang lalu, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mengundang seluruh Dinas yang membidangi fungsi Kesehatan Hewan Provinsi/Kabupaten/Kota serta Dinas Kesehatan terkait untuk memperingati Hari Rabies Sedunia dengan memberikan pelayanan untuk pengendalian rabies dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai rabies.

Bak gayung bersambut, tahun ini acara  peringatan WRD  diputuskan Pemerintah Pusat diadakan di Provinsi NTB  pada  akhir September 2019 yang lalu dengan mengambil tema ‘Vaksinansi Tuntas Rabies Bebas’. Pemerintah daerah NTB sangat antusias menerima tawaran Pemerintah Pusat untuk dijadikan tempat memperingati WRD tahun 2019 ini.

Kenapa NTB dipilih? Ada beberapa alasan. Antara lain NTB merupakan provinsi yang baru pertama kali dan masih baru atas kejadian kasus rabies di Indonesia.  Peringatan WRD di NTB diharapkan bisa mendorong Pemda setempat untuk makin bersemangat dan berkomitmen tinggi membebaskan segera daerahnya dari rabies. Apalagi, NTB juga dikenal sebagai gudang ternak sapi Indonesia yang menghasilkan semen sapi dan pejantan (Bull) Standard Nasional Indonesia (SNI) sapi Bali serta Bull Brangus  (Brahman Angus) yang hanya ada di  Provinsi  NTB. NTB juga memiliki beragam  tempat pariwisata  yang dikagumi banyak wisatawan.  Pemprov NTB menginginkan status gudang sapi dan daerah pariwisata tetap menonjol dan bersikeras membebaskan diri dari rabies.

Terkait pengentasan rabies, Pemerintah Indonesia sudah memiliki one health roadmap eliminasi rabies nasional 2030  yang menjadi bagian dari komitmen global “Zero by 30” bersama dengan 100 negara-negara  endemik  rabies lainnya.   Kita harus belajar dari Negara Negara dunia yang telah berhasil membebaskan negaranya dari kasus rabies seperti halnya Jepang yang sangat ketat dalam mengawasi mobilisasi anjing antar daerah.

Kegiatan  peringatan WRD di provinsi NTB September  2019  lalu dinilai berhasil menggairahkan semangat masyarakat disana dalam mendukung program  rabies dunia “zero by 30”. Kegiatan-kegiatan saat WRD di Provinsi NTB yang diawali dengan tabuhan gendang Beliq di depan pendopo kantor Gubernur yang menambah semangat  acara serta membuat kebudayaan NTB terasa kental. Peringatan WRD diisi dengan pemberian vaksinasi gratis Rabivet dan Neo-rabivet yang merupakan vaksin rabies  strain Pasteur  produksi dalam negeri (Pusvetma)  sebanyak 16.000 dosis oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan kepada Provinsi NTB.

Kegiatan lainnya berupa sterilisasi gratis khususnya pada kucing dan anjing yang merupakan komitmen dokter hewan professional dalam wadah PDHI (persatuan Dokter Hewan Indonesia) diminati masyarakat NTB yang mengetahuinya lewat sosial media, radio dan mobil  keliling.  Pada kesempatan yang sama Pemerintah lewat Kementerian Kesehatan juga memberikan 5000 vial Vaksin Anti Rabies.

Di depan pendopo, stan PDHI daerah NTB, menerima antusiasme masyarakat khususnya pemilik anjing dan kucing kesayangan . Mereka  berkonsultasi tentang  bagaimana  cara melakukan pemeliharaan  dan melakukan perawatan  yang baik dan benar  bagi hewan kesayangan mereka.

Yang tidak kalah menarik dari WRD di NTB adalah atraksi K-9, khususnya anjing gembala (German Shepherd) yang dilatih membantu polisi militer untuk tunduk mengikuti instruksi polisi yang dapat membantu mereka dalam hal membantu para disabilitas, orang tua bahkan juga mengendus/mencari orang yang hilang, bahan peledak serta obat terlarang tertentu.  Melatih hewan kesayangan kita bukan saja untuk menjaga namun juga untuk dapat menjadi teman dan dapat dilatih melakukan sesuatu  hal yang  menghibur dan membuat hewan jadi cerdas.

Ada juga kegiatan Poster selfie bersama hewan kesayangan dan deklarasi  tanda tangan anak-anak sekolah yang berkomitmen mendukung program pengentasan kasus rabies. Sekitar 300 anak-anak sekolah dasar bersama jajara pemerintah melakukan Gerak dan Lagu rabies di depan pendopo kantor Gubernur. Tujuannya selalu mengingat 3 langkah bila digigit  anjing yaitu 1) mencuci lokasi yang digigit dengan sabun dan air mengalir selama 15 menit, 2) mendatangi Puskesmas  untuk mendapat bantuan  dan 3)  mendapatkan Vaksin Anti Rabies  (VAR). Gerak dan lagu ini dilakukan oleh khususnya anak-anak mengingat sekitar 40% dari korban  rentan kasus gigitan rabies umumnya terdapat pada anak-anak berusia di bawah 15 tahun di Asia dan Afrika.

Menuntaskan

Setiap tahun 55.000 jiwa direnggut rabies di dunia. Angka kematian akibat Rabies di Indonesia yang bertahan diantara 100-150 orang per tahun mengindikasikan bahwa rabies masih  terus menjadi suatu ancaman bagi masyarakat terutama anak-anak. Vaksinasi massal anjing yang dilakukan secara regular dapat menurunkan kasus rabies pada manusia secara bertahap hingga kematian akibat rabies menjadi nol. Indonesia dapat mencapai sasaran bebas rabies apabila konsisten melakukan vaksinasi massal anjing yang berkelanjutan terhadap lebih dari 70% cakupan populasi anjing berisiko di daerah tertular per tahun selama 3-5 tahun berturut-turut.

Selain penghitungan populasi anjing dan kucing tidak semudah penghitungan jumlah penduduk atau ternak besar lainnya, tersedianya vaksin dalam jumlah besar sangat dibutuhkan.

Diharapkan dengan adanya peringatan WRD  ini kita akan terus diingatkan komitmen menuntaskan kasus rabies di NTB khususnya dan dilakukan secara terus berkelanjutan guna mencapai target eliminasi rabies tahun 2030 dengan sasaran yang dituju antara lain: a) Masyarakat mengetahui pentingnya pemeliharaan hewan dengan mengkonsultasikannya kepada veterinarian terdekat; b) Masyarakat memperhatikan imunisasi yang harus dilakukan terhadap hewan kesayangannya; c) Masyarakat menyadari pentingnya sterilisasi hewan kesayangan agar mereka dapat mengelolanya tanpa harus menjadi hama dan berpenyakit serta menularkannya kepada hewan lain dan biasanya hewan ini diterlantarkan pemilik bila terlihat susah sembuh; d) Masyarakat mengerti beberapa penyakit penting yang dapat terjangkit pada hewan kesayangan mereka dan e)  Beberapa hal  dari kegiatan WRD  yang dapat mengedukasi pasien terhadap hewan kesayangannya.

Hal yang perlu dikerjakan adalah membuat jejaring Kementerian dan Lembaga dan stakeholder terkait khususnya Kementerian Pertanian (Direktorat  Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan) dengan Kementerian Kesehatan, Dinas Pariwisata dalam menggalakkan pariwisatanya, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Karantina Pertanian, Dinas Kabupaten yang membawahi funsi peternakan dan kesehatan hewan, PDHI, Fakultas Kedokteran Hewan.

Juga perlunya 5K (Komitmen, Konsisten, Kontinue, Koorporate & Koordinasi) dari kita semua sebagai wujud rasa tanggung jawab bersama bagi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat setempat dan masyarakat  dunia. Apakah kita sebagai bagian dari masyarakat dunia ini sudah memberi kontribusi dalam mendukung keselamatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar kita? Janganlah membunuh anjing/kucing tanpa sebab, namun jika kita menemukan hewan mati dan dicurigai, laporkan segera kepada pihak/dinas terkait tanpa didahului dengan provokasi untuk diperiksa terhadap adanya risiko rabies.

Kita bisa belajar dari Negara tetangga seperti Thailand, yang berhasil dalam mengurangi jumlah kasus rabies pada manusia melalui vaksinasi anjing massal. Mereka berhasil mengurangi jumlah kasus rabies pada manusia lebih dari 90% sejak tahun 1980-an yang mengacu pada misi Negara Thailand untuk bebas rabies lebih awal yaitu  pada tahun 2020.  Thailand telah membuat kemajuan signifikan dengan  mencari cara membebaskan negaranya terhadap rabies dengan melakukan cakupan vaksinasi 70% dari semua anjing, dengan unit mobile yang dapat pergi ke mana saja dan mengelola populasi anjing dan kucing di negara tersebut untuk mengurangi kasus rabies.

Lain halnya dengan Negara Jepang yang merupakan salah satu Negara dari beberapa Negara (Eropa Barat, Kanada, Amerika Serikat) yang telah berhasil mengeliminasi rabies di Negaranya. Pengawasan pada titik–titik tertentu dalam lalu  lintas anjing secara ketat  terus menerus dilakukan serta kesadaran diri pemilik anjing/kucing dalam melakukan vaksinasi Rabies rutin tiap tahunnya bagi hewan kesayangan mereka. Anjing/kucing bagi kebanyakan masyarakat Jepang merupakan companion  (pendamping/anggota keluarga) sehingga kesejahteraan hewan bagi anjing dan kucing disana sangat diperhatikan. Bahkan mungkin terasa berkelebihan yaitu dengan membuat kedai kopi/tempat minum yang ditemani dengan kucing-kucing terlatih dan ini ditiru oleh beberapa restoran di beberapa kota besar Indonesia.

Salah satu perbedaan besar antara Jepang dan Indonesia terkait rabies adalah untuk obat dan vaksin bagi ternak dan hewan kesayangan di Jepang lebih dari 90% adalah hasil produksi mereka sendiri. Sementara di Indonesia kebutuhan pemenuhan vaksin produksi Dalam Negeri belum/jauh dari mencukupi.

Umumnya pernyataan dari setiap tema tahunan WRD di Indonesia adalah lebih memilih vaksinasi massal dalam eliminasi rabies. Namun mengingat kondisi Indonesia  saat ini, pilihan strategi sterilisasi juga patut dipertimbangkan untuk pengendalian Rabies menuju ‘Zero by 30’.

Dinas Peternakan Provinsi NTB yang memiliki Unit Pelayanan Teknis Rumah Sakit Hewan merupakan modal menuju keberhasilan misi  ‘Zero by 30’  yang bukan hanya  dalam pelayanan vaksinasi namun juga program sterilisasi yang terus berkelanjutan.

Diharapkan keunggulan Provinsi NTB yang dikenal sebagai bumi sejuta sapi, tempat–tempat pariwisata bisa mengentaskan segera Rabies sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan wisatawan dan mencetak kesuksesan Pemda Provinsi NTB dalam mendukung eradikasi Penyakit Hewan Menular Strategis, dalam hal ini tentu saja Rabies.

Semangat gendang Beliq, semangat gerak dan lagu rabies anak-anak, antusias masyarakat, semangat PDHI dan Pemprov NTB kiranya tetap terus berkobar untuk pencapaian segera bebas Rabies.