Pemasukan sapi bakalan ke Indonesia menjadi lesu akibat pembukaan impor daging kerbau. Dampaknya impor sapi bakalan sebanyak 600.000 ekor sulit tercapai. Apalagi sekarang harga dollar sedang tinggi.
“Pemasukan sapi bakalan lesu. Selain dampak dari impor daging kerbau, saat ini dolar sedang mahal. Jadi banyak fedlot (usaha penggemukan sapi) yang tidak melakukan impor bakalan,” kata Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Joni Liano, kepada Agro Indonesia, di Jakarta, Rabu (6/6/2018).
Dia mengatakan daging kerbau yang diimpor Bulog sangat berpengaruh terhadap pemasukan sapi bakalan karena daging sapi kalah bersaing dengan harga daging kerbau.
“Masalahnya, penjualan daging kerbau itu di oplos dengan daging sapi, sehingga harga jualnya menjadi tinggi. Bukan Rp 80.000/kg seperti yg diinginkan pemerintah,” tegasnya.
Joni mengatakan semestinya penjualan daging kerbau dibuat ketentuan berupa kewajiban bagi pedagang untuk menulis di kiosnya bahwa daging yang dijual adalah Daging Kerbau. Dengan cara ini, konsumen menjadi paham kalau yang dijual itu adalah daging kerbau.
Konsumen juga mempunyai pilihan mau beli yang mana. Selama ini daging kerbau dioplos dengan daging sapi, sehingga daging kerbau ikut dijual mahal. Jamalzen