Para pelaku usaha di komoditas kakao mengaku optimis produksi kakao Indonesia di tahun-tahun mendatang akan mengalami peningkatan. Pasalnya, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) telah meluncurkan bibit kakao super yang dapat meningkatkan produksi kakao di dalam negeri.
“Kami optimis produksi kakao nasional kedepannya akan mengalami peningkatan,” kata Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang, usai penandatanganan kerjasama antara Askindo dengan Puslitkoka soal peluncuran teknologi pengembangan kakao PUAS, di Jakarta, Jumat (16/12).
Menurut Zulhefi, dengan adanya bibit kakao super yang diluncurkan Puslitkoka, produksi kakao setiap hektarnya bisa mengalami peningkatan dari sekitar 400-500 kg per hektar menjadi sekitar 2 ton per hektar.
“Memang, peningkatannya tidak bisa dilakukan secepatnya karena penggunaan bibit super ini dilakukan secara bertahap setiap tahunnya. Karena itu, tugas Puslitkoka untuk memproduksi bibit super ini sebanyak-banyaknya,” kata Zulhefi.
Peneliti senior Puslitkoka, Pujianto, mengatakan, teknologi PUAS telah diuji coba di Puslitkoka Jember dengan hasil yang memuaskan untuk peremajaan dan penanaman baru dalam upaya pengembangan produksi kakao.
Dijelaskan, teknologi pengembangan kakao PUAS terdiri atas 4 komponen, yakni, penggunaan bibit kakao super, penggunaan tanaman pelindung sementara dan pelindung tetap yang produktif, pengendalian terpadu gulma, hama dan penyakit, pemupukan organik dan anorganik, tumpangsari dengan tanaman kompatibel.
“Bibit kakao super merupakan bibit kakao unggul hasil sambungan yang menggunakan batas atas kakao unggul dengan batang bawah 2 kakao hibrida sehingga memiliki perakaran dua kali lebih banyak dari sebelumnya dan mampu mendukung pertumbuhan cepat dan hasil tinggi,” katanya.
Dia mengatakan bibit kakao super telah diuji coba dan mampu tumbuh lebih cepat dan panen lebih awal. “Pada umur 1,5 tahun semua tanaman telah mulai berbuah,” ucapnya.
Walaupun hasilnya memuaskan, Pujianto mengaku kalau pihaknya untuk tahun 2017 baru bisa menyebarkan bibit kakao super itu di 1000 hektar lahan kakao di dalam negeri.
“ Kalau produksi bibitnya sudah bisa lebih banyak, maka luas lahan kakao yang dapat menggunakan bibit super ini juga akan lebih banyak lagi,” katanya. B Wibowo