Sejumlah bank sentral terkemuka dunia tanpa disadari membantu membiayai para raksasa agribisnis untuk menghancurkan hutan hujan tropis Amazon Brasil.
Bank of England (BoE), Federal Reserve (The Fed) dan European Central Bank (ECB) tercatat di antara lembaga yang menggelontorkan dana jutaan dolar dalam pembelian obligasi yang dikeluarkan perusahaan-perusahaan yang terkait dengan deforestasi dan land-grabbing alias perampasan lahan.
Itulah laporan “Bankrolling Destruction”, yang diterbitkan kelompok pembela HAM, Global Witness, Rabu (28/9/2022).
“Karena program ini dijamin oleh masing-masing pemerintah di Inggris, AS dan Negara Anggota Uni Eropa, maka itu sama saja artinya para pembayar pajak di seluruh wilayah itu tanpa disadari menjamin perusahan-perusahaan tersebut terlibat dalam perusakan Amazon dan hutan hujan lainnya,” kata laporan itu.
Bank-bank sentral membeli obligasi yang diterbitkan perusahaan-perusahaan besar dalam upaya menyuntik likuiditas ke pasar finansial di saat sektor swasta enggan memberikan pinjaman (membeli). Dikenal sebagai “program pembelian aset”, langkah ini bertujuan mengurangi biaya pinjaman buat perusahaan dan digunakan secara luas selama pandemi COVID-19 sebagai cara menguatkan ekonomi.
Banyak perusahaan penerbit obligasi yang berhubungan dengan perusakan lingkungan, kata laporan itu, seraya menyebut Cargill, Inc., Archer-Daniels-Midland Company (ADM) dan Bunge Ltd Financial Corp. Tiga nama itu merupakan konglomerat agribisnis terbesar di dunia yang beroperasi di Brasil.
Brasil merupakan salah satu produsen atau eksportir komoditi biji-bijian, kopi, kedele, buah-buahan dan bahan mentah lainnya yang terbesar di dunia dan ketiga konglomerat itu sebelumnya sudah menghadapi berbagai tuduhan melakukan pelanggaran. Menurut laporan harian The Guardian, ada hubungan antara Cargill dan Bunge serta satu perusahaan Brasil yang dikaitkan dengan pelanggaran hak dan tanah adat/ulayat.
Cargill sendiri mengomentari tuduhan dalam laporan Global Witness dan mengatakan pihaknya “berkomitmen mengakhiri deforestasi dan konversi dalam rantai pasok pertanian kami” dan Bunge menyebut mereka “berkomitmen mematuhi segenap regulasi yang ada baik di pasar lokal maupun global serta mematuhi dengan ketat kebijakan sosial-lingkungan kami sendiri.” Sementara ADM tidak menjawab pertanyaan yang diajukan.
Jutaan Dolar AS
Namun beban paling besar menerima kritik adalah bank-bank sentral terkemuka tadi. “Sejak tahun 2016, bank sentral Inggris (BoE) juga membeli saham yang tak diungkapkan dari obligasi korporasi senilai 150 juta poundsterling yang diterbitkan Cargill, sementara ECB telah membeli sejumlah surat utang yang tak diungkapkan pula yang diterbitkan oleh Bunge Finance Europe B.V.,” kata laporan itu.
Dan, baru juga dua tahun lalu “bank sentral AS (The Fed) membeli obligasi dengan total 16 juta dolar AS yang dikeluarkan Archer-Daniels-Midland Company (ADM), Bunge Ltd Financial Corp, dan Cargill, Inc.”
“Semua itu terjadi meski ketiga bank sentral tersebut berulang kali membuat pernyataan publik yang menekankan risiko perubahan iklim terhadap stabilitas finansial dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.”
Menurut Global Witness, The Fed telah “membatalkan” skim pembelian obligasinya dan BoE akan memulai proses yang sama bulan ini.
The Fed mengatakan telah mengadopsi kebijakan tersebut sekali pada tahun 2020 untuk menyelamatkan tenaga kerja selama pandemi COVID-19 dan tidak punya rencana melakukan hal itu lagi.
BoE menyatakan pembelian obligasi dilakukan sebagai langkah untuk menurunkan biaya pinjaman semua perusahaan dan menegaskan dukungan yang diberikan kepada Cargill merupakan “fokus yang sangat sempit.”
Sementara ECB mengatakan, mereka “bertujuan mendekarbonisasi secara bertahap obligasi korporasi yang dipegangnya, di jalur yang selaras dengan sasaran Perjanjian Paris.”
Namun, Global Witness menyatakan, penolakan bank-bank Inggris dan UE untuk mempublikasikan nilai obligasi perusahaan-perusahaan tersebut yang mereka pegang menciptakan “kurangnya transparansi”.
“Sebagai pengawas sektor keuangan swasta, bank sentral harus memberi contoh dan mengadopsi kebijakan tegas nol-deforestasi sebagai bagian dari pendekatan mereka terhadap perubahan iklim, termasuk melepas atau mendivestasi seluruh obligasi korporasi yang terkait deforestasi serta melakukan pengawasan lebih besar terhadap ancaman stabilitas finansial yang disebabkan deforestasi dan musnahnya keanekaragaman hayati,” papar laporan itu.
Laporan ini muncul di tengah terus berlangsungnya perusakan kawasan Amazon, yang terbentang di sembilan negara berbeda Amerika Selatan dan menjadi sumber penyerap karbon vital untuk menyedot emisi yang mendorong perubahan iklim.
Deforestasi di bawah Presiden Brasil Jair Bolsonaro mencetak rekor tinggi selama 7 bulan pertama 2022 ini, angka statistik mengejutkan terkini dari seorang presiden yang menutup mata terhadap aktivitas-aktivitas pembalakan liar, penambangan liar dan peternakan liar di kawaan itu.
“Saya kira laporan ini merupakan bagian analisis yang sangat bermanfaat, yang menyoroti perlunya bank-bank sentral untuk melihat paparan deforestasi dalam portofolio mereka,” ujra Prof. Nick Robins, guru besar pembiayan berkelanjutan di London School of Economic and Political Science.
“Tahun 2022 benar-benar tahun di mana bank-bank sentral mengakui risiko alam sebagai ancaman terhadap institusi. Fokusnya sampai sekarang masih pada sektor energi, tapi ini merupakan sinyal lain bahwa deforestasi dan penggunaan lahan perlu diletakkan pada jantung skenario iklim.” AI
[…] Sumber […]