Brigade Alsintan, Gerakkan Roda Ekskavator di Lahan Rawa

Bantuan alat dan mesin pertanian (Alsintan), yang digelontorkan Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), harus dimaksimalkan pemanfaatannya. Untuk itu, Brigade Alsintan pun dibentuk.

Seperti diketahui, dalam empat tahun terakhir pemerintah telah menggelontorkan ratusan ribu unit Alsintan ke petani. Di antaranya bantuan ekskavator untuk pertanian di lahan rawa.

Data Ditjen PSP mencatat, jumlah ekskavator yang telah diterjunkan ke provinsi pengembangan lahan rawa, yakni Sumatera Selatan, mencapai 71 unit, Kalimantan Selatan 67 unit ekskavator besar dan 16 unit ekskavator kecil, dan di Sulawesi Selatan sebanyak 25 unit ekskavator.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, dalam kunjungan ke Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan, akhir Mei 2019 mengatakan, bantuan ekskavator yang diberikan untuk mengoptimasi lahan rawa harus digunakan secara berkelompok seperti brigade.

“Hanya dengan cara ini penggunaan ekskavator dapat lebih maksimal dengan biaya yang lebih hemat,” ujarnya. Amran menginginkan ada 5-6 ekskavator yang mengerjakan satu lokasi sekaligus.

Dengan bergerak dalam tim, pengawasannya akan mudah dan murah. Sedangkan jika bekerja sendiri-sendiri, biayanya akan mahal karena butuh pengawas yang banyak.

“Mau yang mudah dan murah atau yang susah dan mahal? Tolong ikuti prosedur. Satu lokasi kerjakan dengan 5 ekskavator sekaligus, sehingga cepat bergeraknya. Beda kalau 1 lokasi hanya 1 mesin. Beda spiritnya. Dalam 1 brigade lebih cepat,” tegas Amran.

Untuk optimasi lahan rawa, pemerintah menurunkan puluhan ekskavator yang nilai satu unitnya bisa mencapai Rp3 miliar. Alsintan itu untuk menyiapkan jaringan irigasi, sehingga penggunaan bibit Inpari unggul yang cocok untuk lahan rawa bisa optimal dalam meningkatkan produktivitasnya.

Serasi

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distan TPH), Batola, Zulkifli Yadi Noor menjelaskan, di Desa Kokida, Kecamatan Barambai — yang menjadi lokasi tinjauan Mentan — cara kerja brigade ini sudah dilakukan. Pola Brigade memang sejak awal menjadi instruksi agar pengerjaan lahan sawah rawa lebih optimal.

Seperti diketahui, program ‘Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani’ atau Serasi telah dirintis bertahap sejak dua tahun lalu, yang diawali dengan melakukan penelitian dan pengamatan terkait persoalan di lahan rawa.

Benih yang ditanam awalnya tidak cocok, hingga kemudian ditemukan Inpara 2. Dengan kondisi Ph yang rendah, varietas bibit ini bisa menyesuaikan produksi hingga 6 ton.

Dirjen PSP Kementan, Sarwo Edhy menjelaskan, di Kalsel potensi lahan rawa ada sekitar 257.300 hektare (ha). Dari jumlah tersebut, yang sudah ada CP/CL (Calon Petani/Calon Lahan) seluas 160.481 ha.

Dari luasan itu, yang sudah disurvei seluas 43.188 ha dan sudah didesain seluas 38.121 ha. Sementara yang dalam proses pekerjaan fisik kontruksi seluas 2.143 ha.

Meski dalam optimasi lahan rawa tak semudah membalikkan telapak tangan, namun Sarwo optimis program Serasi bisa berhasil. “Dengan hasil itu, kita optimis target pengembangan lahan rawa seluas 500.000 ha bisa tercapai. Apalagi, ekskavator sudah diterjunkan dengan jumlah yang cukup di masing-masing provinsi,” tuturnya.

Modifikasi Alsintan

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Barito Timur, Riza Rahmadi mengatakan, Pemkab Barito Timur memodifikasi dan mengembangkan Alsintan. Salah satunya adalah combine corn harvester sehingga mesin tersebut sangat dibutuhkan untuk mempercepat proses panen dan memipil jagung.

Riza Rahmadi menyebutkan, pengembangan sudah sekitar 60%. “Mesin ini diharapkan dapat mempercepat proses panen pemipilan jagung. Target kami, sebelum akhir tahun ini, mesin tersebut sudah beroperasi sepenuhnya dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk diproduksi. Akan tetapi, untuk saat ini, kami masih fokus terhadap fungsi dan kinerja mesin tersebut untuk panen jagung sehingga lebih efisien waktu,” katanya.

Dengan demikian, pengembangan mesin itu tidak dimulai dari nol. Mesin panen padi yang selama ini biasa digunakan oleh para petani direkayasa dan dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bisa digunakan juga untuk memanen dan memipil jagung.

Ke depannya, diharapkan Kabupaten Barito Timur bisa menggunakan mesin pemanen dan pemipil dengan tingkat pemakaian  mencapai 80%-90%.

Barito Timur memang sudah sangat perlu untuk mengembangkan berbagai inovasi dan kreasi di bidang alat dan mesin pertanian. Pasalnya, di wilayah ini memiliki banyak lahan pertanian yang dapat dimaksimalkan dan dioptimalkan.

Apalagi, saat ini, pemerintah tengah gencar meningkatkan produktivitas tanaman padi, jagung, dan kedelai (Pajale). Maka, pengembangan inovasi, kreasi, dan produksi Alsintan yang berkualitas tinggi menjadi sangat penting.

Apalagi jika penggunaan alat dan mesin pertanian melalui UPJA tersebut bisa dikomersilkan dan memiliki nilai tambah. Selain menyebarkan dan mengaplikasikan teknologi terhadap masyarakat, di sisi lain juga dapat meningkatkan taraf ekonomi. PSP