Budidaya Burung Merak, Janjikan Indahnya Keuntungan

Dwi Susanto pembudidaya merak dari Padukuhan Pereng Wetan, RT 55, Kalurahan Argorejo, Sedayu, Bantul, DIY

Merak, burung dengan sejuta pesona. Keindahan bulunya ini mampu membuat siapapun terpana melihatnya. Terutama saat merak jantan mengembangkan bulu ekornya ketika sedang mendekati merak betina. Mengembang sempurna layaknya sebuah kipas besar. Dengan pola seperti mata, penuh dihiasi warna hijau, merah, biru dan sejuta warna lain.  Menakjubkan.

Tapi untuk menikmati keindahan merak, orang harus pergi ke tempat lain, kebun binatang atau taman burung, tidak menikmati di rumahnya sendiri.  Jarang merak ditemui di rumah. Mungkin tidak terpikir untuk memelihara merak, menikmati pesonanya dirumah? Atau mengembangkannya dan menjadikan sebagai usaha? Bagaimana bisa, berapa luas lahan yang dibutuhkan?

Apakah memelihara merak memang sulit dan butuh lahan yang luas? Ternyata memelihara merak tidak terlalu sulit dan juga tidak memerlukan lahan yang luas seperti taman atau kebun binatang. Tapi memang harus disiapkan kandangnya.

Seperti yang diutarakan oleh Dwi Susanto pembudidaya merak dari Padukuhan Pereng Wetan, RT 55, Kalurahan Argorejo, Sedayu, Bantul, DIY. Bermula dari hobi yang berlanjut menjadi peluang usaha.

Menurut Dwi tidak sulit memelihara merak, sama seperti memelihara unggas pada umumnya. Bahkan saat pandemi Covid-19, kondisi begitu terpuruk, merak mendatangkan berkah. Ratusan juta rupiah berhasil diraupnya. Jika saat ini dibilang sukses, Dwi mengaku itu bukan datang tiba-tiba, jatuh bangun dilaluinya. Ia juga pernah tertipu, terlilit hutang bahkan untuk membeli pulsapun tidak mampu.

“Alhamdulillah saat pandemi dari bulan April sampai September 2020 lalu peminatnya sangat banyak, saya bisa melunasi hutang-hutang saya dan memperbaiki ekonomi saya. Waktu itu saya benar-benar tidak punya penghasilan, sampai saya malu dengan istri dan keluarga. Tapi Allah memberi jalan, bulan April ada pembeli dari Bandung memesan 1 pasang merak, seharga Rp55 juta. Saya senang banget sampai saya antar sendiri, padahal masih PPKM, jalanan sepi. Dan setelah itu saya kebanjiran order, banyak yang ambil sampai kewalahan,” ceritanya

Pembeli merak hasil budidayanya hampir berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Pembelinya dari Bandung, Surabaya, Semarang, Yogya dan banyak pembeli dari Jabotabek. Penghobis seperti artis Irfan Hakim juga membeli darinya. Kemudian di Sumatera pembelinya dari Palembang, Lampung, Medan hingga Aceh. Pulau Kalimantan, Banjarmasin, Balikpapan dan Pontianak. Dari Makassar, Bali dan Lombok.

Dwi menjual anakan merak India umur 1 bulan seharga Rp5 juta per ekor. Untuk usia remaja atau 1 tahun dijualnya seharga Rp10-15 juta per ekor. Sementara untuk indukan umur 3 tahunan bisa mencapai Rp35-40 juta sepasang.

Burung merak hasil budidaya

Dalam proses budidaya, Dwi bisa menghasilkan merak dengan mutasi gen, yakni merak putih bercampur biru.  Merak mutasi gen dengan warna dan motif beda harganya bisa lebih tinggi di atas Rp.50 juta sepasang. Saat covid kurang lebih 100 ekor merak sudah keluar. Dan sekarang ini kalau di rata-rata 1 bulan satu pasang merak bisa keluar.

Mengaku berawal dari hobi, aktifitas yang dimulai dari tahun 2006 ternyata membuahkan hasil. Jatuh bangun tidak membuatnya surut. Kecintaannya pada satwa khususnya burung dan unggas inilah yang kemudian merubah jalan hidupnya dari lulusan ISI pekerja seni beralih jalur ke peternakan.

Usaha unggasnya diawali dengan budidaya ayam ketawa, ayam asli Indonesia.  Saat itu ada pameran ayam ketawa di Makasar. Dwi datang kesana untuk melihat. Ia tertarik untuk mengembangkan ayam ketawa tersebut di Yogyakarta dan membeli indukannya.

“Saya beli ayam ketawa 2 pasang, habis Rp4,5 juta an dengan ongkos kirim.  Waktu itu saya nekat gadaikan BPKB motor. Orang tua tidak tahu. Kalau tahu harganya Rp4 juta, orang tua bisa marah-marah, tidak boleh, mahal-mahal buat apa. Saya kembangkan ayam tersebut dan jual anakan ayam ketawa secara online, respons bagus, banyak yang beli. Berlanjut berkembang, dan saya kembangkan juga ayam jenis lain seperti; ayam hias, ayam mahkota. Tahun 2013 saya mulai tertarik ke merak, saya ingin budidaya merak,” kisahnya.

Tapi Dwi mengaku sempat bingung bagaimana mendapatkan merak, karena untuk membeli merak hijau Indonesia tidak bisa, merak Indonesia dilarang diperjualbelikan, termasuk dipelihara. Akhirnya ia mencari info dan dapat info kalau bisa mendatangkan merak dari India yang sudah bebas diperjualbelikan.

“Saya minta tolong ke importir untuk mendatangkan hewan tersebut. Alhamdulilah tahun 2103 bisa didatangkan. Saya membeli 2 pasang, 1 pasang merak biru dan 1 pasang merak putih India. Sampai sekarang merak ini lah yang saya kembangkan,” katanya

Sekarang ini Dwi mengembangkan meraknya dengan bendera Prayitno Farm. Saat ini ada 30 ekor merak disamping burung dan unggas yang lain.

Anna Zulfiyah

Usaha Ternak Merak, Gampang-gampang Susah

Kegiatan usaha ternak merak di Indonesia dapat memberikan hasil yang baik. Apalagi usaha ternak hewan tersebt tidak begitu sulit dilakukan. Memelihara merak boleh dibilang mudah hampir sama dengan memelihara ayam biasa.

Yang penting kalau mau ternak merak, siapkan dulu kandangnya, ukuran 3×3 m2 untuk sepasang merak atau 1 merak jantan dengan 4 merak betina masih bisa. Dan yang tidak kalah penting adalah pelajari karakternya, cara merawatnya. “karena kalau beli merak tetapi tidak bisa merawatnya, kasihan meraknya,” kata  Dwi Susanto pembudidaya merak dari Padukuhan Pereng Wetan, RT 55, Kalurahan Argorejo, Sedayu, Bantul, DIY.

Dwi mengatakan, dalam memelihara hewan merak, kita harus mengetahui karakternya. Jika tidak tahu karakter hewannya, mengurungnya malah menyiksa.

“Jika kita memelihara dengan baik, akan ada timbal balik dari hewan. Saya rasa kalau mereka dirawat dengan baik, Insha Allah pasti memberi hasil yang baik juga,” tuturnya

Untuk perawatan Dwi menyampaikan, tidak ada bedanya dengan perawatan ayam pada umumnya. Butuh makan minum dan tempat yang bersih sehat. Diberi makan pagi sore, setiap hari. Tapi untuk pakan di samping makanan jadi, Dwi punya menu khusus sebagai tambahan yaitu daun pepaya, daun pepaya bagus untuk pertumbuhan merak. Pakan itu bisa diberikan sebagai makanan langsung , dimana  daun-daun itu  akan dipatuk merak atau dirajang (dipotong-potong) terlebih dulu.

Agar meraknya tetap sehat kebersihan kandang harus dijaga jangan sampai ada lalat yang bisa mendatangkan penyakit. Alas kandang sebaiknya pakai pasir sehingga ketika ada kotoran jatuh kena pasir kering sendri kegulung dan ketutup pasir, hilang tidak berbau. Kalau lantainya semen, tiap hari harus dibersihkan kalau tidak dibersihkan bisa datang lalat.

Meski mudah dalam dalam budidaya dan banyak yang ingin bisnis, Dwi tetap menasehati dan menyarankan kepada calon peternak untuk berpikir panjang. Kata Dwi secara matematis hitungan bisnis hasilnya memang menggiurkan. Tapi secara real di lapangan bisa meleset karena banyak faktor lain yang menyertai seperti sakit, mati dan juga hilang.

“Kalau ada yang mau bisnis merak, saya memang sampaikan pahitnya dulu seperti mati, hilang, sakit, biar tahu dan tidak kecewa. Takutnya sudah investasi banyak, berharap banyak ternyata meleset jauh,” paparnya.

Menurutnya, bisnis peternakan bukan bisnis menjanjikan. Kadang mengajukan pinjaman ke bank kalau ditanya kerjanya apa, peternakan, jarang ada yang menyetujui karena usahanya tidak pasti, tidak menjanjikan dan bersifat musiman.

“ Seperti untung-untungan. Pas banyak yang mati, ya rugi banyak, pas laku banyak ya untung banyak. Jadi sebelum memulai harus dipahami betul karakternya, cara merawatnya, cara budidayanya. Supaya bisa mudah dalam menjalaninya dan bisa menikmati apapun hasilnya,” tandasnya

Anna Zulfiyah