Pemerintah meminta Perum Bulog untuk mengawal harga beras/gabah agar tidak turun dengan cara menyerap beras/gabah petani, yang saat ini sedang melakukan panen raya. Sejauh ini, harga beras masih terpantau tinggi, padahal Bulog sudah mengimpor 500.000 ton. Mampukah Bulog mengisi gudangnya dengan beras lokal dan tidak memilih opsi impor saat harga naik karena tidak punya stok?
Peringatan agar Bulog menyerap beras petani, ketimbang memilih opsi impor di saat harga beras naik tak terkendali, mencuat ketika panen raya padi sedang berlangsung secara serentak di tanah air. Maklum saja, keputusan impor 500.000 ton yang mulai dilakukan Bulog akhir tahun lalu karena stok beras pemerintah (cadangan beras pemerintah/CBP) di gudang menipis, sementara petani sedang paceklik (musim tanam).
Kini, petani mulai melakukan panen raya dan produksi gabah pun melimpah. Bahkan, Presiden Jokowi pun sampai dua hari hadir dalam panen raya serentak di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang menandai rangkaian Panen Raya Padi Nusantara 1 Juta Hektare (ha) secara serentak. Hari pertama (Kamis, 9/3/2023) Presiden, yang didamping Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, melakukan panen raya di Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen. Pada Sabtu (11/3/2023), Jokowi kembali hadir dan melakukan panen raya di Desa Kartoharjo, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi.
“Kemarin di Kebumen dan sekarang panen raya di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Saya melihat memang ada perbedaan, terutama di produktivitas per hektare. Di sini (Ngawi, Red.) sudah ada yang mencapai 10 ton/ha, ada yang 8 ton/ha dan yang kemarin di sana (Kebumen, Red.) 5 sampai 6 ton/ha,” kata Presiden saat panen raya padi di Desa Kartoharjo, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Sabtu (11/3/2023).
Yang paling penting, kata Presiden mengingatkan, harga gabah tidak jatuh. Apalagi saat ini sedang panen raya yang berlangsung di seluruh Indonesia. “Pembelian gabah nantinya oleh Bulog dan nanti jelas harga GKP-nya (gabah kering panen, Red.) berapa,” tegas Presiden Jokowi.
Berdasarkan keputusan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Bulog memang ditugaskan untuk menyerap 2,4 juta ton beras tahun ini, terutama di saat panen raya gadu saat ini yang mencapai 70% produksi beras nasional, dan menghabiskan stok beras impor. Bapanas juga telah menetapkan batas atas harga pembelian (ceiling price) untuk GKP di tingkat petani sebesar Rp4.550/kg, di tingkat penggilingan Rp4.650/kg, sementara untuk gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan Rp5.700/kg dan beras medium sampai gudang Perum Bulog Rp9.000/kg. Harga ini berlaku mulai 27 Februari 2023 sampai batas waktu yang akan ditentukan kemudian.
Sedangkan harga batas bawah pembelian gabah/beras mengacu pada HPP yang diatur Permendag No. 24 Tahun 2020, yaitu GKP tingkat petani Rp4.200/kg, GKP tingkat penggilingan Rp4.250/kg, GKG tingkat penggilingan Rp5.250/kg, dan beras medium di gudang Perum Bulog Rp8.300/kg.
Mentan Syahrul Yasin Limpo berharap Bulog melakukan tugasnya menyerap sebanyak mungkin beras produksi petani dengan pembelian yang wajar, mengingat melimpahnya produksi yang ada. Peran Bulog, kata Mentan, sangat penting untuk menstabilisasi harga gabah di lapangan. “Kita berharap Bulog langsung menyerap hasil panen 1 juta hektare ini, yang dimulai pada bulan Februari sebanyak 6,28 juta GKG, Maret itu 8,91 juta ton dan April 6 juta ton. Sekali lagi, kita berharap ini bisa segera diserap dengan harga yang normal,” jelasnya. AI