Ekspor IKM Kerajinan Terus Meroket

Industri kecil menengah (IKM) kerajinan terus berkembang dan teruji memiliki daya responsive, fleksibilitas, dan adaptasi yang luar biasa terhadap perubahan pasar. Hal ini terlihat dari terus naiknya nilai ekspor kerajinan yang mencapai angka US$776 juta di tahun 2017, bertambah dari tahun sebelumnya yang berada pada angka US$ 747 juta.

“Meski krisis keuangan melanda dunia, produk kerajinan nasional tetap laku dan berdiri kokoh sebagai salah satu penyumbang komoditas ekspor terbesar di Indonesia,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih dalam pembukaan pameran INACRAFT 2018 di Jakarta, Rabu (25/04/2018).

Menurutnya,pembeli atau peminat produk kerajinan Indonesia pun sebagian besar berasal dari berbagai kalangan di dalam maupun luar negeri yang menghargai nilai tambah dari produk lokal mencakup aspek seni, budaya dan sejarah.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015  yang diolah Ditjen IKM Kemenperin menunjukkan ada sekitar 695 ribu jumlah industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur), barang anyaman dari rotan, bambu dan sejenisnya.

Gati menjelaskan, setiap tahunnya nilai tambah IKM ini terus melonjak naik, diketahui pada tahun 2014 nilai tambah berada sekitar Rp25,356 triliun, pada tahun 2015 naik menjadi Rp26,743 triliun.

Salah satu penyebab meningkatnya nilai tambah IKM itu adanya kegiatan promosi seperti pameran INACRAFT.  Dia mengatakan pameran INACRAFT 2018 telah membuka peluang besar bagi para pengrajin untuk memperluas akses pasar dan mengembangkan jaringan pemasaran hingga kemanca negara.

“Pameran ini banyak peminatnya. Waiting list nya saja mencapai 200 peserta,” ujarnya.

Dalam INACRAFT 2018, Kemenperin menyediakan booth sosialisasi program Ditjen IKM berupa Klinik Pengembangan Desain Kemasan dan Merek dan Klinik Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Di booth Klinik Pengembangan Desain Kemasan para pengunjung bisa berkonsultasi terkait kemasan yang tepat untuk produknya, serta mendapatkan ilmu tentang desain merek produk IKM yang baik, sehingga kualitas produk IKM dapat semakin meningkat, baik dari segi kemasan, desain,  serta labelling. Lain halnya, di booth Klinik HKI pengunjung bisa berkonsultasi mendapatkan informasi tentang layanan maupun perlindungan HKI, serta mendapatkan fasilitasi pendaftaran HKI dari Ditjen IKM Kemenperin.

Tak hanya itu, Kemenperin juga memamerkan produk hasil karya Bali Creative Industri Center (BCIC), dalam hal ini, Ditjen IKM menginisiasi kolaborasi yang melibatkan jajaran perancang terkemuka Indonesia sebagai motor penggerak inovasi, dengan kriyawan terkurasi sebagai penghasil dari kriya tersebut.

Sejak 2015, BCIC menjadi tempat berkumpul para wirausaha dan inkubator kreatif di bidang fesyen, kriya, dan animasi.

Gati brharap  kreatifitas pelaku usaha dalam mengembangkan desain dan kualitas produknya terus meningkat sehingga meningkatkan nilai tambah dan daya saing, sehingga pengusaha kerajinan dapat lebih meningkatkan eksistensinya baik di kancah nasional maupun internasional.

“Semoga pameran ini dapat memberikan sumbangsih kepada seluruh peserta untuk meningkatkan produktivitas, mengedukasi dan merangsang pemahaman mereka dalam hal mempromosikan produk kerajinan secara aktif dan komprenhensif,” tuturnya. Buyung N