Kinerja ekspor produk kayu nasional terus moncer dan menunjukkan kinerja mengesankan. Bahkan, skema sertifikasi legalitas kayu SVLK pun kini telah ditingkatkan — dengan mencakup aspek kelestarian — menjadi Sistem Verifikasi Legalitas dan Kelestarian. Kini, saat yang tepat menggenjot pemanfaatan kayu lestari dari hulu sampai hilir, yang pada gilirannya akan membuka peluang kerja.
Pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina ternyata tidak membuat merah rapor industri kehutanan dan produk kehutanan. Bahkan, tahun lalu kinerja ekspor produk kayu mencetak rekor bersejarah meraup devisa sebesar 13,57 miliar dolar AS. Kini, di tengah krisis global yang dipicu perang Rusia-Ukraina, catatan kinclong itu tidak juga berkurang.
Ekspor produk kayu selama semester I/2022 mampu mengumpulkan devisa 8,35 miliar dolar AS atau naik 11,8% dibandingkan 7,4 miliar dolar AS yang dicapai pada periode yang sama tahun 2021. Tiga industri pengguna kayu yang menjadi tulang punggung adalah pulp (bubur kertas), kertas, dan panel kayu, masing-masing dengan raihan devisa 2,43 miliar dolar AS, 1,94 miliar dolar AS, dan 1,91 miliar dolar AS.
Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Agus Justianto optimis tren positif ini bisa dipertahankan. “Mudah-mudahan kinerja ekspor produk kayu tahun ini bisa menyamai tahun 2021 lalu,” katanya, Sabtu (3/9/2022).
Apalagi, kata Agus, perang Rusia dengan Ukraina bisa menjadi peluang untuk meningkatkan kinerja ekspor. Pasalnya, sejumlah negara melakukan embargo terhadap produk-produk Rusia, termasuk produk kayu. Rusia juga sudah mengetatkan ekspor kayu gelondongan (log). Padahal, negeri ini adalah eksportir gelondongan terbesar di dunia, di mana tahun 2020 saja log yang diekspor mencapai 15 juta m3 atau 12% perdagangan kayu bulat dunia.
Pasok log di negara pesaing Indonesia, jiran Malaysia, juga makin menipis. Di Serawak, industri plywood sudah menurunkan volume produksi akibat krisis pasok kayu bulat. Buntutnya, harga plywood pun terbang 24%-65% dalam setahun terakhir, yang mengurangi daya saing di pasar ekspor. Berdasarkan laporan pasar International Tropical Timber Organisation (ITTO), harga concrete panel (CP) di Serawak sudah naik 32,5% menjadi 795 dolar AS/m3 pada Juli 2022 dibandingkan 600 dolar AS/m3 pada Juli tahun silam.
Indonesia sendiri untuk bahan baku terhitung aman. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diolah oleh Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) per 8 Agustus 2022, produksi kayu bulat sepanjang semester I/2022 (Januari-Juli) cukup stabil. Produksi kayu dari hutan alam tercatat 2,77 juta m3, turun tipis 2,8% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 2,85 juta m3. Sementara kayu dari hutan tanaman tercatat 24,9 juta m3 turun tipis 5,1% dibandingkan periode yang sama tahun 2021 yang sebesar 26,3 juta m3. Sementara produksi kayu dari Perum Perhutani (Jawa-Madura) tercatat 579.265 m3 atau naik 3,5% dibanding tahun lalu sebesar 559.924 m3.
Itu sebabnya, Agus menilai kini saat yang tepat untuk menggenjot pemanfaatan kayu lestari dari hulu hingga hilir. Untuk itu, perlu dukungan dari semua pihak agar investasi kehutanan di hulu bisa tumbuh dan investasi di hilir bisa bergerak. “Bergeraknya investasi kehutanan hulu-hilir akan membuka peluang kerja,” katanya. AI