Embung Tingkatkan Produktivitas Petani Bawang Merah

* Enrekang, Sulsel

Embung yang dibangun PSP membantu petani bawang di Enrekang, Sulawesi Selatan

Kementerian Pertanian (Kementan) merealisasikan program embung untuk Kelompok Tani Suka Pebu di Desa Sumillan, Kecamatan Alla, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, program pengairan embung merupakan usulan dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Prasarana dan Sarana (PSP) dalam rangka mengatur kebutuhan air sebagai kebutuhan dasar dalam pertanian. Adapun embung tersebut sukses meningkatkan produktivitas petani bawang di Enrekang dan mengairi seluas 1,25 hektare (ha) areal lahan komoditas bawang.

“Embung ini adalah salah satu program water management. Sebab, dalam pertanian, air memiliki peran yang cukup utama dalam pengembangan budi daya pertanian,” katanya.

Direktur Jenderal (Dirjen) PSP Kementan, Ali Jamil menambahkan, adanya embung tersebut mendukung komoditas hortikultura menjadi salah satu komponen utama bagi petani dalam meningkatkan produktivitas pertanian.

“Produktivitas hortikultura juga sangat penting dan terkait erat dengan ketahanan pangan yang menjadi target utama Kementan. Dengan hadirnya air yang baik, produktivitas menjadi meningkat dan ketahanan pangan pun terjaga,” ujar Ali.

Sebagai informasi, embung Kelompok Tani Suka Pebu bersumber dari mata air dan aliran anak sungai yang berada dekat dengan embung.

Sebelum program itu direalisasikan, produktivitas bawang hanya menghasilkan 5 hingga 10 ton. Namun, setelah program embung tersebut hadir, produktivitas bawang menjadi meningkat drastis sebesar 10 hingga 12 ton.

“Pembangunan embung melibatkan swadaya petani dalam membuat instalansi jaringan irigasi sprinkler sebagai saluran distribusi ke lahan untuk mendukung komoditas bawang merah,” kata Ali.

Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen PSP Kementan, Rahmanto mengapresiasi partisipasi petani dalam membuat jaringan irigasi sprinkler di embung Enrekang.

“(Embung) ini bisa menjadi model kerja sama pemerintah dengan petani yang bersinergi. Pemerintah turut membantu alokasi kegiatan embung pertaniannya dan petani secara swadaya membangun saluran distribusinya,” jelas Rahmanto.

Sayangnya, menurut Rahmanto, masih beberapa kendala terkait pemanfaatan air dari bangunan embung tersebut. Salah satu kendalanya adalah keterbatasan anggaran yang tersedia untuk membuat saluran outlet, sehingga saluran outlet yang terbangun hanya sekitar 25 meter saja dari bangunan embung.

“Walaupun banyak kendala, tetapi kelompok tani Suka Pebu dapat membuktikan partisipasinya hingga benar-benar air dari sumber tersebut dapat ditampung terlebih dahulu di embung. Kemudian distribusi air tersebut menggunakan bantuan pompa air melalui jaringan irigasi sprinkler.”

“Selanjutnya, air yang telah tertampung tersebut dapat menjangkau ke lahan sawah petan bawang merah yang menjadi komoditas utama masyarakat di Desa Sumilan,” kata Rahmanto.

Damparit di Mamuju

Sementara program Damparit yang direalisasikan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) juga dirasakan manfaatnya oleh petani. Kelompok Tani Sumber Makmur di Desa Bonde, Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat merasakan manfaat luas areal pertanian mereka bertambah dengan adanya program damparit.

Sebelumnya, luas pertanaman petani 20 ha. Dengan adanya bantuan ini, luas pertanaman bertambah 20 ha menjadi 45 ha. Mentan Syahrul Yasin Limpo mengatakan, manfaat infrastruktur air seperti damparit (channel reservoir) akan dirasakan manfaatkan ketika musim kemarau datang.

“Insfrastruktur air ini juga sangat berguna dalam pengelolaan air lahan kering maupun tadah hujan. Kami berharap masyarakat dan para petani bisa menjaga dan merawat apa yang telah dibangun oleh pemerintah,” katanya.

Direktur Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil menambahkan, bangunan air seperti damparit akan bermanfaat meskipun debit air kecil, karena air masih bisa teralirkan ke sawah-sawah petani. “Sehingga petani bisa menambah pertanaman dalam setahun, dari satu kali menjadi dua kali,” jelas Ali.

Dikatakan Ali, damparit  merupakan salah satu upaya adaptasi yang dipersiapkan untuk menghadapi perubahan iklim. “Adaptasi perubahan iklim merupakan konservasi air yang tepat guna, murah dan spesifik lokasi serta dapat mengatur ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air (water demand) pada tingkat usaha tani,” tutur Ali.

Dipaparkan Ali, tujuan pembuatan damparit ini untuk menahan dan menampung aliran air yang bersumber dari mata air, curah hujan, sungai dan sumber air lain dalam bentuk embung, dam parit, longstorage pada musim kemarau dengan memanfaatkan air irigasi suplementer.

“Juga untuk meningkatkan kinerja jaringan irigasi pedesaan. Selain itu juga meningkatkan areal tanam, indeks, pertanaman dan produktivitas,” terang Ali.

Sedangkan Direktur Irigasi Pertanian Rahmanto menjelaskan, Damparit ini juga berdampak pada meningkatnya produktivitas pertanian di Kabupaten Mamuju. “Produktivitas pertanian meningkat semula satu kali dalam setahun menjadi dua kali dalam setahun,” tutur Rahmanto.

Dijelaskan Rahmanto, pembuatan damparit sangat diperlukan. Tujuannya ketika musim hujan tiba, lahan petani tidak terendam air. Sebaliknya, saat musim kemarau ketika air dari irigasi tidak mencukupi, maka damparit bisa dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk mengairi lahan padi atau tanaman pertanian lainnya.

“Kami meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan pertanian yang lebih baik. Proyek konservasi lahan juga diharapkan menyelamatkan lahan kritis dengan menanamkan tanaman konservasi produktif,” jelasnya. YR

JUT Perluas Jangkauan Pasar Petani Bantaeng

Pembangunan Jalan Usaha Tani (JUT) yang dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) di beberapa daerah banyak memberikan manfaat bagi petani, terutama dalam distribusi hasil pertanian.

Sebagai contoh, realisasi pembangunan JUT untuk Kelompok Tani Bonto Lerung di Desa Bonto Karaeng, Kecamatan Sinoa, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, yang berhasul membuka akses pasar produk pertanian.

JUT yang dibangun dengan panjang 520 meter dan lebar 4 meter itu ternyata mampu memperluas jangkauan pasar petani di Kabupaten Bantaeng. Petani lebih gambang memasarkan hasil pertaniannya.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, salah satu hal penting dalam rangka mendukung pengembangan sektor pertanian adalah dengan mendukung dengan program prasarana dan sarana pertanian.

Salah satunya adalah JUT. “Pertanian ini tidak akan lekang oleh waktu. Pertanian bak merpati putih yang tak pernah ingkar janji. Oleh karenanya, pertanian perlu prasarana dan sarana pertanian untuk pengembangannya,” katanya.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil menambahkan, JUT merupakan penopang utama bagi petani dalam mengembangkan budidaya pertanian mereka. Selain itu, JUT juga membantu petani dalam memperluas daya jangkau pemasarannya.

“Jalan Usaha Tani juga mendukung peningkatan produktivitas pertanian. Jalan Usaha Tani ini mendukung pengembangan budidaya pertanian dan petani itu sendiri,” katanya.

Dengan program tersebut, Ali menegaskan, sektor pertanian dapat bergerak ke arah yang maju, mandiri dan modern. “Dengan Jalan Usaha Tani, mekanisasi pertanian akan semakin membuat petani dapat dengan mudah mengembangkan sektor pertanian dan meningkatkan produktivitas,” tuturnya.

Dia mengatakan, JUT merupakan prasarana transportasi pada kawasan pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternakan) untuk memperlancar mobilitas alat mesin pertanian (Alsintan), pengangkutan sarana produksi menuju lahan pertanian dan mengangkut hasil produk pertanian dari lahan menuju tempat penyimpanan, tempat pengolahan atau pasar.

“Tujuannya membantu petani mengembangkan budidaya pertaniannya sebagaimana tujuan pembangunan pertanian nasional. Kami ingin petani memiliki fasilitas prasarana dan sarana pertanian yang baik, sehingga mampu meningkatkan produktivitas pertanian mereka,” tutur Ali.

Dikatakannya, dengan fasilitas yang cukup baik, maka akses ke lahan pertanian juga semakin baik. Sudah barang tentu keberadaan JUT ini dapat membantu petani meningkatkan pendapatan dan menekan biaya produksi yang mereka keluarkan.

“Dengan Jalan Usaha Tani ini petani dapat dengan mudah mengangkut hasil pertanian mereka tanpa biaya yang besar,” tutur Ali.

Dalam konteks sistem pertanian modern, Ali menegaskan diperlukan penambahan maupun penyempurnaan prasarana dan sarana pertanian yang dapat menunjang usaha tani, mengangkut sarana produksi pertanian (saprodi) dan hasil pertanian, baik dari maupun menuju lokasi.

“Jalan Usaha Tani ini juga upaya untuk mendorong sektor pertanian ke arah yang maju, mandiri dan modern,” katanya. YR