Harga Gandum Turun Berkat Pasok Besar Rusia

Panen gandum Rusia. Foto: Reuters

Harga gandum terus tertekan mendekati harga terendah dalam tiga tahun terakhir akibat tingginya panen di Rusia. Namun, kalangan analis mengingatkan eskalasi ketegangan antara Rusia dan Ukraina di Laut Hitam serta tingginya aksi spekulasi yang dilakukan para pengelola dana (hedge fund) berisiko mengerek naik harga lagi.

Harga gandum rontok lebih dari seperlima sejak akhir Juli, bahkan di saat invasi Rusia terus mengganggu ekspor dari Ukraina, salah satu produsen dan eksportir gandum besar dunia.

Kalangan trader bertaruh bahwa banjir pasok dari Rusia tahun ini akan membantu menjaga harga tetap rendah untuk sementara di saat inflasi mengerek naik harga komoditi pertanian lainnya, seperti kakao dan kopi ke level tertinggi dalam banyak tahun.

“Kita menyaksikan harga gandum menurun secara substansial yang disebabkan oleh tindakan Rusia,” ujar Michael Magdovitz, analisis komoditi senior di Rabobank, seperti dikutip The Financial Times, Jumat (22/9).

Namun, sejumlah analis mengingatkan bahwa harga bisa naik dengan cepat apabila perang melebar sampai ke Laut Hitam. Pelabuhan-pelabuhan Rusia di Laut Hitam menangani sekitar 70% ekspor gandum, sehingga menjadi jantung buat pasok gandum global.

Rapuhnya pasar gandum terlihat pada kejadian hari Rabu (20/9), ketika harga berjangka sempat melonjak lebih dari 2% ke posisi 5,91 dolar AS/bushel setelah satu kapal kargo Ukraina menghantam ranjau di Laut Hitam, sebelum akhirnya harga turun lagi.

Harga gandum global sudah terpangkas separuh lebih sejak mencapai puncaknya di posisi lebih dari 13 dolar AS/bushel saat Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022. Harga meroket ketika Moskow memblokade pelabuhan-pelabuhan Ukraina di Laut Hitam, sehingga menutup salah satu pasok gandum ke pasar internasional dan mengancam terjadinya krisis ketahanan pangan global.

Kesepakatan tahun lalu yang diperantarai PBB dan Turki untuk mengizinkan 33 juta ton biji-bijian keluar dari Ukraina ikut membantu menurunkan harga, dan kabar adanya panen besar gandum Rusia untuk musim ini makin menekan harga.

Kalangan trader bertaruh bahwa tren penurunan akan berlanjut. Aksi-aksi short position di pasar gandum — atau bertaruh harga jatuh — meningkat ke level tinggi dalam tiga bulan, demikian menurut angka terkahir dari CME, bursa berjangka komoditi terbesar dunia.

Investor awalnya khawatir keputusan Kremlin untuk keluar dari kesepakatan Laut Hitam pada Juli akan mengerek terbang harga gandum lagi dan mendorong jutaan orang masuk ke jurang kelaparan. Namun, ekspor gandum Rusia sendiri secara tak terduga mampu membantu mengisi kekosongan pasok yang hilang dari Ukraina.

Ukraina sempat berkontribusi 9,2% terhadap ekspor gandum global pada musim 2021-2022 sebelum invasi Rusia terjadi. Kontribusi itu diperkirakan anjlok tinggal 6,4% untuk musim panen 2022-2023, demikian perkiraan S&P.

Sebaliknya Rusia, yang memang tercatat sebagai eksportir gandum terbesar dunia, kontribusi pasar ekspor globalnya siap-siap mencapai 22,5% untuk musim 2023-2004 atau naik dari 15,9% pada 2021-2022. “Kerugian Ukraina menjadi keuntungan Rusia,” ujar Magdovitz.

Total keuntungan Rusia kemungkinan naik lagi tahun ini. Rusia telah mengekspor 46 juta ton gandum pada 2022 dan diperkirakan akan mengekspor 47 juta ton gandum tahun 2023 ini, demikian perkiraan S&P Global Commodity Insights. “Saya tidak akan kaget jika mereka malah bisa mengekspor 50 juta ton gandum,” ujar kepala ekonom pertanian S&P Global, Paul Hughes.

Surplus gandum Rusia juga mampu mengimbangi kekhawatiran penurunan produksi gandum di negara-negara produsen utama lainnya. Pekan lalu, Departemen Pertanian AS (USDA) merevisi turun angka perkiraan produksi gandum global untuk musim 2023-2024 dari Argentina, Australia dan Kanada.

Namun, kalangan analis mengingatkan bahwa pasar gandum tetap rentan terhadap pergerakan naik tiba-tiba karena beban taruhan derivatif pada penurunan lebih lanjut akan bergesekan dengan kondisi geopolitik yang sulit ditebak.

Analis juga mengingatkan bahwa harga berjangka masih di bawah nilai dasar gandum. Ini menaikkan risiko bahwa terjadinya gangguan tak terduga terhadap pasok global bisa memicu lonjakan harga, karena trader terpaksa membeli harga kontrak berjangka untuk menutup potensi kerugian.

“Jika Anda seorang spekulan, Anda sebaiknya berhati-hati, jika Rusia secara mendadak tidak bisa memasok sehingga bakal mengerek naik harga,” ujar Magdovitz.

Andrey Sizov, direktur pelaksana perusahaan konsultan gandum Laut Hitam, SovEcon mengingatkan, Moskow kemungkinan mencoba menurunkan harga di dalam negeri dengan membatasi ekspor. Langkah itu juga akan membantu mengurangi beban infrastruktur ekspor Rusia, katanya.

Usainya kesepakatan gandum Laut Hitam meningkatkan risiko pergerakan pasar akibat serangan dari kedua belah pihak, tambah Sizov.

Keberhasilan perjalanan kapal lain, Resilient Africa, dari pelabuhan Ukraina di Laut Hitam pada Selasa (19/9) mengisyaratkan bahwa Ukraina bisa membuka kembali rute ekspor lautnya dari Odesa dan membuat kesepakatan gandum Laut Hitam tanpa Rusia.

Langkah itu hampir pasti akan mendapat tanggapan dari Moskow — terutama jika Kyiv merayakan koridor ekspor itu sebagai bentuk kemenangan di Laut Hitam. “Saya kira setelah ini kita akan menyaksikan adanya pembalikan,” ujar Sizov.

Harga gandum di bursa komoditi Chicago (CBOT) melonjak sampai 7,77 dolar AS/bushel pada Juli, ketika Moskow mengatakan semua kapal yang beroperasi di Laut Hitam bisa jadi sasaran serangan dan sebulan kemudian harga naik 12% ketika Rusia meluncurkan serangan ke pelabuhan-pelabuhan gandum Ukraina.

Sejauh ini, Ukraina berhasil “menahan diri” tidak melakukan aksi balasan. Tapi jika itu terjadi, “harga pasti akan lebih tinggi lagi,” papar Hughes. AI