Hasil Litbang dan Inovasi KLHK Dipasarkan

Kepala BLI KLHK Agus Justianto didampingi (dari kiri) Sekretaris BLI KLHK Sylvana Ratina, Kepala Pusat Litbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan, Herman Hermawan, dan Kepala Pusat Litbang Hasil Hutan Dwi Sudharto, saat diwawancara media di sela Festival Riset Hutan Tropis dan Lingkungan Hidup di Puspitek Serpong, Selasa (13/8/2019).

Badan Litbang dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kini punya 4 paradigma baru. Salah satunya adalah komersialisasi dan mendorong wirausaha berbasis hasil litbang.

“Litbang tidak cukup lagi bergerak dalam pelayanan publik, namun harus diperluas dengan agenda-agenda komersialisasi hasil litbang,” katanya usai pembukaan Festival Riset Hutan Tropis dan Lingkungan Hidup di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (13/8/2019).

Pemasaran hasil-hasil litbang BLI KLHK akan mulai bergerak mulai dari pemasaran secara fisik dan dipekuat secara digital. Agus menyatakan situs belanja daring bisa dimanfaatkan sebagai salah satu tempat promosi dan pemasaran.

Menurut Agus, BLI KLHK telah memiliki lebih dari 200 hasil litbang unggulan dengan lebih dari 50 diantaranya telah dipatenkan. Banyak produk yang dihasilkan adalah produk konsumer yaitu produk yang bisa digunakan langsung oleh konsumen, seperti parfum tobarium yang berbahan kayu kemenyan. Parfum ini memiliki aroma berkelas yang tak kalah dengan parfum merk ternama. “BLI juga banyak menghasilkan benih tanaman unggul yang bila dimanfaatkan bisa meningkatkan kualitas tanaman masyarakat,” kata Agus.

Ada juga produk non konsumer tapi bisa dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat. Salah satunya adalah Alat Identifikasi Kayu Otomatis (AIKO). Memanfaatkan AIKO, masyarakat bisa mengenali jenis kayu, kelas kuat dan awet kayu, status perlindungan kayu, bahkan lokasi kayu berasal hanya dalam hitungan detik.

“AIKO memanfaatkan telefon seluler berbasis android dan aplikasinya bisa diunduh di playstore,” kata Kepala Pusat Litbang Hasil Hutan BLI KLHK Dwi Sudharto.

AIKO yang awalnya dikembangkan bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah kini semakin kuat karena bisa mengidentifikasi meski dalam keadaan off line. Hal ini, kata Dwi, sangat menguntungkan masyarakat karena bisa mengenali jenis kayu di lokasi manapun. “Masyarakat akan mudah mengetahui apakah kayu yang dimafatkan legal atau justru ilegal,” katanya.

Festival Riset Hutan Tropis dan Lingkungan Hidup menjadi bagian dari peringatan 106 tahun BLI KLHK yang lahir 16 Mei 1913, sekaligus peringatan ke-26 Pusat Litbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL) yang didirikan pada 12 Agustus 1993. Sugiharto