Pengusaha mebel dan kerajinan melalui Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mendorong pemerintah menerbitkan aturan seperti Keppres, agar penanaman kayu perkakas kembali diintensifkan.
Upaya yang dilakukan HIMKI itu dipicu oleh berkurangnya bahan baku kayu, terutama kayu mahoni dan jati yang paling diminati masyarakat luar negeri. Di sisi lain bahan baku rotan juga sulit didapat. Padahal, potensi bisnis mebel dan kerajinan di Indonesia cerah
Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur mengatakan, beralihnya lahan Perhutani menjadi lahan sosial yang dipinjamkan kepada masyarakat membuat fungsinya tak lagi menanam kayu perkakas tetapi tanaman produktif lainnya.
“Untuk itu, kami mendorong pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) untuk menanam kayu perkakas seperti mahoni, jati dan lainnya. Dengan harapan produksi tak terhambat dan sekaligus Indonesia bisa menurunkan gas emisinya,” ujar Sobur dalam pernyataannya, Minggu (26/06/2022).
Untuk bahan baku rotan, HIMKI mengharapkan agar pemerintah bisa menghentikan penyelundupan ekspor bahan baku rotan.
Sebelumnya, di sela-sela seminar di Yogyakarta beberapa hari lalu, Sobur menjelaskan di tahun ini, HIMKI mencanangkan ekspor industri mebel dan kerajinan dapat terus bertumbuh. Industri ini optimis tumbuh karena Indonesia mempunyai kekuatan bahan kayu dan rotan yang cukup untuk mendukung pertumbuhan.
Di tahun 2025, HIMKI memiliki target ekspor 5 miliar dolar AS setara Rp 80 triliun per tahun. Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara tujuan ekspor mebel terbesar Indonesia sepanjang tahun 2021 dengan berkontribusi sebesar 54,04 persen diikuti oleh Jepang 7,15 persen, Belanda 4,95 persen, dan Jerman 3,82 persen.
Adapun, produk mebel untuk kontribusi ekspor masih ditempati oleh produk Wooden Furniture yakni 56,60 persen, diikuti rattan furniture 6,60 persen dan metal furniture 3,79 persen. Untuk ekspor produk kerajinan, AS berkontribusi sebesar 49,35 persen diikuti oleh Jepang 7,72 persen, Malaysia 6,61 persen dan Belanda 3,89 persen.
Guna mencapai target ekspor, maka ke depannya akan dibutuhkan kenaikan kapasitas produksi tambahan dan terkolerasi terhadap penambahan tenaga guna menopang target produksi untuk ekspor.
Untuk mencapai target ekspor 5 miliar dolar AS per tahun pada 2024, maka pertumbuhan yang harus dicapai adalah rata-rata 13,41 persen per tahun. Kondisi saat ini mendorong para pengusaha maupun stakeholder untuk melakukan inovasi pengadaan pertumbuhan kayu di Indonesia. Selain itu, perlu juga inovasi untuk meningkatkan industri mebel dan kerajinan.
“Strategi kita perlu diubah karena selama ini kita terlalu banyak bergantung ke mahoni, untuk itu harus mulai menggunakan alternatif material lain,” papar Abdul Sobur.
Dalam seminar itu,Adi Dharma Santosa, Wakil Ketua HIMKI Bidang Bahan Baku dan Penunjang HIMKI mengatakan kalangan pengusaha merasa khawatir dengan adanya Keputusan Menteri LHK nomor 287 tahun 2022 terkait Kawasan Hutan Dengan Pengelolaan Khusus (KHDPK). Karena keputusan ini nantinya ditakutkan mengurangi ketersediaan kayu sebagai bahan baku industri.
Kebutuhan kayu secara nasional setahun mencapai 10 juta meter kubik. Karena jika merujuk keputusan menteri tadi, ditakutkan ketersediaan kayu lokal akan berkurang dan berpengaruh terhadap industri. “Padahal capaian 5 miliar dolar AS dalam kurun waktu dua tahun lagi harus segera terealisasi,” jelasnya.
Sementara Wakil Ketua Umum Bidang SDM HIMKI Maskur Zainuri menjelaskan Masih berlangsungnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China mendorong signifikan pasar ekspor mebel dan kerajinan Indonesia. Dimana, produksi China terkena pajak yang cukup tinggi untuk masuk AS. Dengan demikian, Indonesia menjadi negara yang mensubtitusi China terutama untuk furnitur kayu solid dan rotan.
“Untuk itu kita harus memanfaatkan pengaruh perang dagang AS dan China tersebut. Dikarenakan perang dagang AS-China semakin sengit, kedua negara ini mulai menekan ekspor, baik dari AS ke China, ataupun China ke AS,” ucapnya.
Sedangkan Rian Hermawan, Ketua HIMKI Sleman Raya melaporkan pertumbuhan industri kayu dan kerajinan di Sleman pasca pandemi semakin meningkat. Hal itu memberikan dampak positif bagi industri mebel dan kerajinan di Sleman.
Daya beli di Sleman yang tinggi adalah kerajinan, kebanyakan pembelinya sampai Eropa, Amerika yang terbesar Amerika. Intinya produk Sleman baik mebel maupun kerajinan mengalami peningkatan, terbukti pengerajin di Sleman tetap produktif dan penjualan terus naik.
“Kami optimis pertumbuhan industri kayu dan kerajinan di Sleman semakin baik. Meski belum normal dan berskala besar, namun hal ini memberikan dampak positif,” pungkasnya. Buyung N