Impor Ayam Brasil Mengancam

Pelaku usaha perunggasan meminta pemerintah mampu mengatasi persoalan sengketa impor daging ayam dengan Brasil. Jika Indonesia terpaksa harus membuka keran impor ayam dari Brasil, maka pertaruhannya sangat besar buat perunggasan dalam negeri. Peternak mengaku siap membantu pemerintah, mengingat sulit melawan Brasil selaku eksportir daging ayam terbesar dengan harga jual yang jauh lebih murah.

Dua kali Indonesia harus menelan pil pahit, kalah dari Brasil dalam sengketa impor daging ayam dan produk ayam di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Namun, kekalahan 2-0 dalam sengketa yang sudah berlangsung sejak tahun 2014 ini tidak membuat keder pemerintah. “Indonesia belum sepenuhnya kalah dalam sengketa dengan Brasil soal impor daging ayam,” tegas Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag), Djatmiko Bris Witjaksono dalam konferensi video, pekan lalu.

Sikap ngotot Indonesia ini ada benarnya. Maklum, Indonesia masih punya opsi banding, dan ini pula yang ditempuh, sehingga sengketa berpeluang berlarut dan memberi nafas panjang buat Indonesia. “Keputusan finalnya menunggu hasil banding,” tegasnya. Dengan mengajukan banding, kasus ini memang berpeluang molor. Pasalnya, hingga saat ini WTO belum punya tim juri akibat kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menentang pembentukan tim juri. Itu sebabnya, pemerintah pun belum akan melakukan penyesuaian kebijakan impor daging ayam.

Sejauh ini, persoalan yang masih menjadi sengketa antara Indonesia dan Brasil berkaitan dengan proses penerbitan sertifikat kesehatan atau health certificate. “Indonesia beranggapan bahwa Indonesia tidak melanggar atau Indonesia tetap konsisten dengan ketentuan WTO, termasuk ketentuan mengenai proses penerbitan sertifikat kesehatan yang sudah diatur badan internasional lainnya,” kata Djatmiko.

Sikap pede pemerintah berbeda jauh dengan kalangan usaha perunggasan. Mereka sangat khawatir jika Indonesia akhirnya harus membuka keran impor daging dan produk ayam dari Brasil. Menurut Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan), Herry Dermawan, pemerintah harus menang melawan Brasil. “Sebab, kalau ayam Brasil masuk ke Indonesia, maka ambyarlah perunggasan Indonesia,” ujarnya, Jumat (4/6/2021).

Dia mengaku harga produksi ayam Indonesia sulit bersaing dengan produk yang sama dari Brasil. Kondisi ini berkat dukungan melimpahnya pasok jagung di Brasil sebagai bahan baku pakan. Asal tahu, komposisi jagung di pakan unggas mencapai 50%-60%. Itu sebabnya harga pakan bisa murah, plus harga bibit ayam umur sehari (DOC) yang juga murah, sehingga berujung biaya pokok produksi yang lebih rendah.

Yang jadi masalah, mampukah Indonesia menang? Pasalnya, kebijakan negeri ini kerap tidak konsisten. Ketika impor daging ayam dari Brasil ditutup, pada saat yang sama Indonesia malah membuka impor daging kerbau dari India — negeri yang belum bebas penyakit mulut dan kuku (PMK). AI