India, eksportir beras terbesar dunia, mengizinkan ekspor beras ke Singapura, Bhutan dan Mauritius, meski ada kebijakan larangan ekspor beras yang mereka terapkan.
Ditjen Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan dan Industri India telah mengalokasikan ekspor ke tiga negara tersebut sebanyak 138.000 ton dengan kuota masing-masing 50.000 ton, 74.000 ton dan 14.000 ton.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Selasa malam (29/8), Ditjen Daglu menyatakan izin remi ekspor akan segera dikeluarkan. Dari sisi kemitraan yang sangat dekat antarkedua negara, “India telah memutuskan untuk mengizinkan ekspor beras guna memenuhi syarat keamanan pangan Singapura,” kata pernyataan Ditjen Daglu, seperti dimuat The Financial Times, Kamis (31/8).
Pernyataan Kemlu ini menggambarkan betapa beratnya penderitaan sejumlah negara, yang selama ini bergantung pada India untuk memenuhi kebutuhan pangan pokoknya, yakni beras. Bahkan Menteri Perdagangan Guinea, Louopou Lamah telah mengirim surat ke New Delhi untuk meyakinkan pemerintah PM Narendra Modi agar mengecualikan negeri di Afrika Barat ini dari larangan ekspor beras. Selama ini, pembeli beras skala besar dari India adalah Benin, China, Senegal, Pantai Gading dan Togo.
“Ekspor beras putih non-Basmati… ke Bhutan, Mauritius dan Singapura telah dinotifikasi,” ujar Ditjen Daglu seperti dilansir Indiatimes.com, Kamis (31/8).
Kekhawatiran akan seretnya pasok beras global dan meningkatnya harga pangan di dunia makin meningkat setelah India selaku produsen dan konsumen beras terbesar kedua di dunia menghentikan ekspor beras dengan dalih menjaga harga pangan di dalam negeri. Harga patokan beras, yang jadi makanan miliaran penduduk di seluruh dunia, di pasar Asia kembali meningkat pekan ini mendekati harga tertinggi dalam 15 tahun yang telah dicapai pada awal Agustus.
India memutuskan melarang seluruh varietas beras. Mereka menerapkan pajak ekspor 20% untuk beras pratanak (parboiled) dan menerapkan harga minimal untuk beras aromatik Basmati, di samping melarang ekspor beras non-Basmati. Negeri di Asia Selatan ini adalah eksportir beras terbesar dengan penguasaan pasar beras global nyaris 40%.
Pengumuman New Delhi untuk menjual beras ke Singapura sesuai dengan janji awal India untuk mengizinkan pengapalan ekspor, jika negara yang bersangkutan memang untuk memenuhi kebutuhan keamanan pangan mereka. Namun, fokus pemerintah Modi akan terus mempertahankan kebijakan larangan dan pembatasan untuk meredam kenaikan harga pangan menjelang sejumlah festival besar pada November, pemilihan di sejumlah negara bagian penting pada akhir tahun ini serta Pemilu awal 2024, di mana Modi berusaha terpilih kembali untuk masa jabatan ketiga.
Berdasarkan data yang dikumpulkan Kementerian Perdagangan, India telah mengekspor 12.453 ton beras Basmati dan 155.240 ton varietas non-Basmati pada 2022-2023.
India sendiri saat melarang ekspor beras non-Basmati menyatakan, ekspor tetap terbuka atas dasar izin yang diberikan pemerintah ke negara lain untuk memenuhi ketahanan pangan mereka dan atas dasar permintaan pemerintah mereka.
Izin ekspor ini diberikan melalui National Cooperative Exports Limited. Sampai Agustus 2023, ekspor beras non-Basmati India mencapai 87 juta dolar AS yang dikirim ke Nepal dan 38 juta dolar AS untuk pasar Singapura.
Indonesia juga punya kesepakatan untuk mengimpor beras 1 juta ton dari India sebelum larangan ekspor beras dikeluarkan India pada 20 Juli. Kesepakatan itu nampaknya tidak terpengaruh larangan karena pembelian yang dilakukan Indonesia dilakukan secara G to G.
Menurut Menteri Perdagangan Zulkifli, Kementerian Perdagangan (Kemendag) harus melakukan inisiatif untuk menghadapi El Nino. Stok beras untuk rakyat tidak boleh terbatas meski fenomena kekeringan melanda. “Oleh karena itu, saya sudah (tandatangani) MoU dengan India sebanyak 1 juta ton yang sewaktu-waktu bisa beli. Government to government (G to G) kita sudah pesan 1 juta ton,” ujar Zulkifli, Kamis (15/6/2023).
Zulkifli menyampaikan, impor beras asal India merupakan kesepakatan di luar dari penugasan Badan Pangan Nasional (Bapanas) ke Perum Bulog untuk mengimpor beras sepanjang 2023. Perum Bulog telah menerima penugasan dari Bapanas untuk mengimpor 2 juta ton beras sepanjang 2023. Namun, jumlah tersebut tidak harus direalisasikan seluruhnya. AI