Indonesia-Belanda Rintis Kerja Sama Adaptasi Perubahan Iklim

Menteri LHK Siti Nurbaya (kiri) pada acara Week of Indonesia–Netherlands Education and Research (WINNER) yang diselenggarakan secara virtual, Rabu (10/3/2021).

Indonesia-Belanda berpotensi besar mengembangkan kerja sama bidang adaptasi perubahan iklim.

Demikian disampaikan oleh Menteri LHK, Siti Nurbaya, ketika menjadi pembicara kunci pada acara Week of Indonesia–Netherlands Education and Research (WINNER) yang diselenggarakan secara virtual, Rabu (10/3/2021).

Menurut Menteri Siti, dalam upaya penaggulangan perubahan iklim, adaptasi sama pentingnya dengan mitigasi. Hal ini telah disampaikan secara jelas di dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.

Untuk itu Menteri LHK mengajak semua pihak, termasuk Belanda dan para alumni Belanda asal Indonesia untuk bekerja sama, meneguhkan komitmen, melakukan aksi kolektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan berinovasi untuk upaya adaptasi perubahan iklim Indonesia dan dunia, menuju pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).

Berbicara di forum virtual yang dihadiri oleh wakil pemerintahan kedua negara, para alumni yang pernah menjalani studi di Belanda, serta masyarakat umum, Menteri Siti menyatakan bahwa Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan unsur terkait lainnya tidak hanya beretorika dalam penanggulangan perubahan iklim. Namun telah banyak contoh nyata di lapangan yang dapat dijadikan pelajaran baik untuk masyarakat Indonesia dan Belanda maupun warga dunia.

“Indonesia memiliki contoh-contoh konkret dalam upaya mencapai ketahanan ekonomi, ketahanan sosial dan mata pencaharian, serta ketahanan ekosistem dan lanskap,” tegas Menteri Siti.

Pada ketahanan ekonomi, Indonesia menitikberatkan pada praktik pertanian berkelanjutan, energi terbarukan, serta konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Contoh nyata dari upaya mencapai ketahan ekonomi adalah pengembangan Kawasan pangan berkelanjutan (food estate) sebagai upaya mengantisipasi risiko krisis pangan.

Indonesia juga menerapkan ekonomi sirkuler (circular economy) dengan memanfaatkan limbah untuk bahan baku industri dan baru-baru ini mulai mengurangi penggunaan batu bara sebagai tenaga listrik.

Di bidang ketahanan sosial dan mata pencaharian penduduk, Indonesia secara sistemik tengah meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana alam melalui sistem peringatan dini, peningkatan partisipasi masyarakat, dan penegakan hukum. Sementara dalam hal ketahanan ekosistem dan lanskap, Indonesia fokus pada upaya pembenahan pengelolaan DAS dan ekosistem laut yang terintegrasi, akselerasi perhutanan sosial, dan mengembangkan kota dan desa yang ramah iklim.

Pada tahun 2020, Indonesia telah menanam 15 ribu hektare mangrove dan akan ditingkatkan menjadi 600 ribu hektare. Indonesia juga memprioritaskan Program Kampung Iklim atau ProKlim yang melibatkan partisipasi masyarakat di tingkat tapak.

Saat ini terdapat sekitar 3.000 lokasi ProKlim di 33 provinsi dan 247 kabupaten/kota dan diharapkan pada tahun 2024 dapat meningkat menjadi 20.000 lokasi. Menteri Siti mengajak para alumni Belanda di Indonesia untuk terlibat dalam upaya akselerasi ProKlim untuk meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim yang pada gilirannya dapat mendukung pencapaian NDC.

Pada kesempatan tersebut, Menteri LHK juga menyampaikan bahwa inklusivitas upaya pengendalian perubahan iklim yang dilaksanakan oleh KLHK dapat dilihat salah satunya dari kegiatan Pojok Iklim, yaitu forum diskusi multipihak yang dilaksanakan sejak awal 2016. Forum ini menjadi wadah diskusi antar Kementerian/Lembaga terkait, asosiasi, pelaku usaha, akademisi, pemuda dan masyarakat umum untuk mengaktualisasikan dan mengartikulasikan kebijakan perubahan iklim, serta mendiseminasikan informasi best practices upaya pengendalian perubahan iklim di semua sektor.

Program WINNER yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Belanda di Jakarta ini merefleksikan sejarah panjang kolaborasi dalam kerja sama penelitian dan pendidikan. Program ini diinisiasi bersama-sama oleh Kedutaan Besar Belanda di Jakarta, Nuffic Neso, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), Dewan Riset Belanda (NWO), dan Akademi Seni dan Sains Kerajaan Belanda (KNAW).

WINNER pertama kali dilaksanakan pada 24-26 November 2020 dengan tema Achieving the Sustainable Development Goals – from knowledge to practice. Pada kesempatan tersebut, Menteri Riset dan Teknologi Indonesia dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI menjadi pembicara kunci. WINNER kali ini didesain sebagai tindak lanjut dari Climate Adaptation Summit (CAS), Januari 2021 lalu yang mengeksplorasi bentuk-bentuk kerja sama para pihak agar adaptasi perubahan iklim memperoleh hasil nyata.

Pada acara ini juga dilaksanakan launching program Alumni Challenge yang merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran alumni Belanda dari Indonesia terhadap isi dan potensi Agenda Aksi Adaptasi Global, melalui ide-ide kreatif dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kampanye agenda tersebut selama musim panas tahun ini.

Sugiharto