Indonesia memaparkan aksi bersama yang dilakukan seluruh komponen masyarakat dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) untuk mengendalikan perubahan iklim. Pemaparan itu ditampilkan Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim (COP) ke 23 yang berlangsung di Bonn, Jerman.
Penanggung Jawab Paviliun Indonesia Agus Justianto menjelaskan untuk mengendalikan perubahan iklim, pemerintah Indonesia bekerja sama sangat erat dengan multi pihak di semua tingkatan. Mulai dari masyarakat sipil hingga pelaku bisnis. Mulai dari organisasi di tingkat tapak hingga kerja sama internasional. Di lapangan para generasi muda, kelompok pemeluk agama, organisasi wanita, hingga masyarakat di pedesaan juga membangun solusi unik untuk mengendalikan perubahan iklim. Pelaku bisnis di Indonesia juga banyak yang telah menyatakan komitmen untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
“Semua upaya, aksi, dan capaian para pihak di Indonesia untuk mengendalikan perubahan iklim melalui pengurangan emisi karbon dan pembangunan ekonomi berkelanjutan kami tampilkan di Paviliun Indonesia,” kata Agus saat bersama Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nur Masripatin membuka Paviliun Indonesia, Senin (6/11/2017) siang waktu setempat.
Paviliun Indonesia mengambil tema “A Smarter World: Collective Actions for Changging Climate”. Sejumlah nara sumber dari beragam latar belakang yang mewakili pelaku penting dalam pengendalian perubahan iklim akan berbicara dalam 46 sesi diskusi panel yang dirancang berlangsung interaktif. Beberapa tokoh terkenal perubahan iklim dari berbagai negara juga akan tampil sebagai pembicara. Paviliun juga akan menampilkan pertunjukan budaya.
Nantinya topik diskusi panel yang diselenggarakan akan terbagi dalam empat klaster, yaitu Policy Works, Operational Works, Societal Works, dan Collaborative Works. Masing-masing akan membahas seputar kebijakan, kegiatan operasional, komunikasi dan pelibatan masyarakat, serta aksi kolaboratif, dalam implementasi dokumen niat kontribusi nasional (Nationally Determined Contributions/NDC) pengurangan emisi GRK yang menjadi bagian dari Persetujuan Paris.
Sementara itu Nur Masripatin menjelaskan, Paviliun Indonesia memiliki peran penting untuk mendukung diplomasi Indonesia. Dari panel diskusi yang diselenggarakan, masyarakat Internasional bisa melihat kesiapan Indonesia untuk mencapai pengurangan emisi GRK yang tertuang dalam NDC sebesar 29% pada 2030 atau hingga 41% dengan dukungan Internasional. “Paviliun menjadi tempat melihat sejauh mana keberhasilan aksi setiap negara untuk mencapai NDC,” kata Masripatin.
Dalam kesempatan tersebut, Masripatin juga menjelaskan pentingnya penyelenggaran konferensi kali ini. Menurut dia, konferensi kali ini sangat penting untuk menghasilkan draft naskah yang akan disetujui pada konferensi ke 24 mendatang. Dia menyatakan, optimisme tercapainya kesepakatan sudah mencuat saat pembukaan COP.
“Konferensi kali ini harus sukses untuk mendapat teks yang akan disetujui para pihak anggota COP,” katanya. SUGIHARTO