Industri Agro Masih Agresif Dobrak Pasar Ekspor

industri Mamin masih menggeliat di tengah pandemi Covid-19

Meskipun di tengah kondisi sulit karena dampak dari pandemi Covid-19, industri di sektor agro masih agresif mendobrak pasar ekspornya sehingga  mampu meningkatkan perolehan nilai ekspornya.

“Misalnya industri oleokimia mencatatkan nilai ekspor sebesar 658 juta dolar AS  pada Januari-Februari 2020 juta atau naik 31% dibanding periode yang sama di tahun lalu. Selain itu, industri minyak goreng sawit dan oleofood, nilai ekspornya mampu tumbuh 2,5% pada periode Januari-Februari 2020,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, di Jakarta, Selasa (21/04/2020).

Kinerja positif dari industri sektor agro dan empat sektor lainnya telah menciptakan surplus pada neraca perdagangan industri manufaktur di sepanjang triwulan I tahun 2020.

“Industri pengolahan mengalami tekanan mulai Maret 2020 akibat Covid-19, namun data ekspor industri pengolahan memberikan optimisme untuk tetap bertahan,” kata Menperin.

Menperin mengungkapkan, kinerja pengapalan sektor manufaktur nasional pada tiga bulan pertama tahun ini meningkat 10,11% dibanding periode yang sama tahun lalu (y-o-y). Sepanjang triwulan I-2020, ekspor dari industri pengolahan menembus angka 32,99 miliar dolar AS, sedangkan nilai impornya tercatat sekitar 31,29 miliar dolar AS.

“Sehingga terjadi surplus sebesar 1,7 miliar dolar. Bahkan, ekspor industri pengolahan pada triwulan I-2020 memberikan kontribusi signfikan hingga 78,96% terhadap total ekspor nasional yang mencapai 41,78 miliar dolar,” paparnya.

Menurutnya, lima sektor sebagai penyumbang terbesar pada nilai ekspor manufaktur nasional selama tiga bulan pertama tahun ini, yaitu industri makanan yang membukukan senilai 7,17 miliar dolar, diikuti industri logam dasar (5,48 miliar dolar), industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia (2,99 miliar dolar), industri pakaian jadi (2,02 miliar dolar), serta industri karet, barang dari karet dan plastik (1,78 miliar dolar).

Sementara itu, kinerja pengapalan sektor manufaktur pada Maret 2020, juga mengalami peningkatan sebesar 7,41% dibanding capaian Maret 2019. Ekspor dari industri pengolahan di bulan ketiga tahun ini, tercatat menembus angka 11,12 miliar dolar, sedangkan nilai impornya sekitar 10,80 miliar dolar.

“Sehingga mengalami surplus pada neraca perdagangan sebesar 0,32 miliar dolar. Industri pengolahan pada Maret 2020 juga berkontribusi gemilang hingga 78,92% terhadap total nilai ekspor nasional yang mencapai 14,09 miliar dolar,” imbuhnya.

Adapun lima sektor yang menjadi champion pada perolehan ekspor manufaktur nasional selama Maret 2020, yakni industri makanan dan minuman yang membukukan nilai ekspor sebesar 2,47 miliar dolar, diikuti industri logam dasar (1,96 miliar dolar), industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia (1,04 miliar dolar), industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik (1,02 miliar dolar), serta industri tekstil dan pakaian jadi (0,96 miliar dolar).

“Kami melihat bahwa terjadi shifting pertumbuhan ekspor yang awalnya didorong oleh CPO dan produk hilirnya serta tekstil di tahun 2019, di triwulan I-2020 khususnya bulan Maret ini, kedua komoditas tersebut tergantikan oleh besi baja termasuk logam mulia, serta kertas dan permesinan,” ujar Menperin.

Optimis

Mengacu pada kondisi industri dan kebijakan yang diterapkan pemerintah, Menteri AGK optimistis, Indonesia akan menjadi salah satu dari negara yang diprediksi mengalami recovery lebih cepat dan mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif pascapandemi Covid-19. “Ini merupakan sebuah optimisme yang harus kita jaga,” tegasnya.

Hal itu berdasarkan laporan International Monetary Fund (IMF), yang menyatakan Indonesia merupakan satu dari tiga negara di dunia yang diprediksi pertumbuhan ekonominya tetap positif pada tahun 2020, meski diterjang pandemi Covid-19. Dua negara lainnya adalah China dan India. Karena itu, momentum tersebut bisa menjadi modal bagi sektor industri Tanah Air untuk bersama-sama bangkit.

“Kita masih punya modal yang kuat. Artinya, kemungkinan kita bisa rebound cukup besar. Apalagi kita lihat bahwa kompetensi bangsa kita juga cukup besar. Jadi sesungguhnya, apa yang akan terjadi dalam sektor manufaktur nanti setelah Covid-19 sangat tergantung dengan apa yang kita lakukan sekarang,” ucap Menperin. Buyung N