Industri Mamin Jadi Motor Pertumbuhan Industri Nasional

Pertumbuhan industri nasional  pada tahun 2017 ditargetkan berkisar 5,3 persen-5,6 persen dengan industri makanan dan minuman (mamin) sebagai motor penggerak pertumbuhan industri. Target pertumbuhan  industri ini lebih tinggi dari  target pertumbuhan ekonomi nasional yang diproyeksikan pemerintah sebesar 5,1 persen-5,4 persen.

Penetapan target pertumbuhan industri nasional 2017 dilakukan Kementeran Perindustrian (Kemenperin) dengan didasari  optimistis tentang kondisi perekonomian nasional yang akan lebih stabil dan membaik sehingga menumbuhkan iklim investasi yang kondusif bagi sektor industri,

“Industri makanan dan minuman tetap akan menjadi subsektor industri yang diperkirakan akan tumbuh paling tinggi dan menjadi motor pertumbuhan industri pengolahan non-migas di tahun 2017, ” kata Menteri Perindustrian  Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis (22/12/2016).

Kemenperin sendiri telah mematok target pertumbuhan industri makanan dan minuman pada tahn 2017 sebesar 7,5 persen hingga 7,8 persen.

Airlangga menyatakan sektor industri pengolahan non migas  pada triwulan III 2016  telah memberikan kontribusi  17,02 persen terhadap total PDB nasional. “Ini merupakan yang terbesar dibandingkan sektor –sektor lainnya,” paparnya.

Selain itu, ungkap Menperin, sektor industri juga mempunyai kontribusi  dalam pertumbuhan beberapa sektor ekonomi, khususnya pada perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sehingga apabila dijumlahkan, kontribusi industri pengolahan non migas bisa mencapai 30 persen.

Kemenperin mencatat, ada empat subsektor industri yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan industri non migas, yaitu industri makanan dan minuman sebesar 33,61 persen, industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik sebesar 10,68 persen, industri alat angkutan sebesar 10,35 persen, serta industri kimia, farmasi dan obat tradisional sebesar 10,05 persen.

Sementara itu Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin  Panggah Susanto mengatakan, pada tahun 2016 ini pertumbuhan industri makanan dan minuman diproyeksikan mencapai 8,2 persen-8,5 persen.

Sedangkan pada 2017 target tersebut diturunkan menjadi 7,5 persen-7,8 persen. Angka ini dinilai sebagai angka yang lebih realistis.

“Ini sepanjang tahun menjelang Lebaran dan Natal serta Tahun Baru mengalami lonjakan. Jadi sementara kita pasang 7,5 persen-7,8 persen itu melihat perkembangan yang ada,” tandas dia.

Menperin  Airlangga juga menjelaskan tentang pertumbuhan ekspor industri, dimana  pada periode Januari-November 2016, industri pengolahan non migas membukukan nilai sebesar US% 99,65 miliar atau memberikan kontribusi 76,3 persen terhadap ekspor nasional yang mencapai US$ 130,65 miliar.

“Kontribusi tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 72,18 persen,” tutur Airlangga. Sedangkan, nilai impor industri pengolahan non migas sebesar US$ 97,98 miliar pada Januari-November 2016 terdapat surplus neraca perdagangan sektor industri sebesar US$ 1,67 miliar.

Dia juga menyebutkan kalau  investasi sektor industri masih menjadi motor pertumbuhan sektor industri. Pada Januari-September 2016, investasi PMDN sektor industri mencapai Rp 75,41 triliun atau naik 19,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan investasi PMA sektor industri mencapai US$ 13,09 miliar atau naik 53,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Untuk jumlah tenaga kerja yang bergerak di sektor industri, mengalami peningkatan hingga Agustus 2016 sebesar 15,54 juta orang atau naik 1,87 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya,” papar Airlangga. Buyung