Tampilannya memang kurang menggugah selera. Tepung berwarna kuning kunyit dengan tekstur pati ini justru digadang-gadang sebagai terobosan baru dalam teknologi pangan. Dan tepung ini tampil perdana di panggung global di Singapura, pekan lalu.
Yang menarik, tepung ini dihasilkan dari udara, air, listrik dan mikroba. Solar Foods, perusahaan rintisan (startup) asal Finlandia, menghasilkan tepung yang bisa dipakai untuk makanan apa saja, mulai dari roti sampai pasta. Masyarakat bisa mencicipi makanan dari tepung — yang diberi nama Solein — ini setelah Singapura menyetujui penjualan produk yang mengandung Solein pada Oktober tahun lalu.
Tepung Solein sendiri seperti bubuk kunyit dan rasanya seperti campuran kacang mete dan almond yang ringan. Bagaimana nutrisinya? Sebanyak 60%-70% kandungan Solein adalah protein, 5% hingga 8% lemak dan memiliki komposisi yang mirip dengan kedele atau alga kering.
Soelin ini dihasilkan dengan cara fermentasi mikroba. Produk ini dibuat sama seperti membuat bir. Alih-alih gula, bakteri yang ada tumbuh berkembang dengan memakan nitrogen dan karbon dioksida. Kelebihan air dihilangkan dan kemudian dikeringkan untuk membentuk bubuk atau tepung.
Teknologi ini mendapat perhatian besar, mengingat potensinya menghasilkan kalori yang dapat dimakan tanpa memerlukan lahan pertanian. Bahkan, raksasa sektor pertanian Archer-Daniels-Midland Co. telah mengumumkan kemitraan strategisnya pada Mei ini dengan perusahaan California Air Protein untuk membangun dan mengoperasikan pabrik dalam skala komersial.
Dibutuhkan waktu selama “beberapa dasawarsa” untuk menghasilkan volume ‘makanan dari udara’ untuk bisa berdampak luas secara global, kata CEO Solar Foods, Pasi Vainikka seperti dilansir Bloomberg. “Ada banyak minat dan ketertarikan dari konsumen, dan ini suatu yang positif.”
Solein sendiri belum bisa tersedia luas sampai tahun 2024, paling tidak ketika pabrik skala kecil yang merupakan perwujudan dari konsep (proof of concept) beroperasi secara penuh.
Lambatnya persetujuan merupakan salah satu faktor yang membuat peluncuran terhambat. Singapura satu-satunya negara yang memberikan lampu hijau untuk Soelin. Sementara di Uni Eropa, kata Vainikka, persetujuan tidak bisa diharapkan muncul sampai tahun 2025.
Untuk saat ini, Solar Foods bekerja sama dengan perusahaan makanan dan restoran untuk menggunakan produk tersebut dan disajikan ke konsumen, atau dipakai sebagai produk susu alternatif. Solar Foods juga melakukan pemasaran serentak dengan merilis video yang memperlihatkan penggunaan praktis Soelin, termasuk dalam pembuatan es krim dan pasta ravioli.
Solar Foods merupakan proyek hasil pelepasan (spin-off) dari lembaga riset milik negara Finlandia tahun 2017. Perusahaan ini berhasil mengumpulkan dana 105 juta euro (sekitar Rp1,6 triliun) dari berbagai perusahaan, antara lain dari Agronomics Ltd. Dan CPT Capital. Mereka berniat mengumpulkan dana lagi untuk membuat pabrik skala komersial dalam tiga tahun mendatang. AI