Jangan Cuma Cari Status, Pecinta Alam Wajib Berperilaku Ramah Lingkungan

Talkshow tentang gaya hidup ramah lingkungan pada LIA Ecofest 2019 di Taman Hutan Raya Djuanda, Bandung, Senin (30/9/2019).

Para pecinta alam seringkali berperilaku tidak sesuai dengan status yang disandangnya. Mereka malah suka membuang sampah ketika melakukan aktivitas pendakian gunung.

“Makanya jangan heran kalau di gunung bisa ditemukan banyak sampah menumpuk,” kata petugas Pengendali Ekosistem Hutan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Rudi Kurniawan saat talkshow dalam penyelenggaran LIA Ecofest 2019 di Taman Hutan Raya Djuanda, Bandung, Senin (30/9/2019).

Rudi menyayangkan masih adanya perilaku tersebut. Menurut dia, para pecinta alam seharusnya tidak hanya senang mendatangi alam liar, tapi harus benar-benar mencintai alam. Diantara caranya dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan corat-coret di tempat kunjungan, juga tidak memelihara satwa liar.

Pesan itu disampaikan Rudi kepada peserta LIA Ecofest 2019, sebuah kompetisi berbahasa Inggris yang diselenggarakan Yayasan LIA bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). LIA Ecofest 2019 mengusung tema tentang kesadaran dan kepedulian terhadap pembangunan berkelanjutan.

Dalam berbagai kategori lomba, peserta LIA Ecofest 2019 harus menyampaikan apa yang sudah dilakukan dan ide-ide tentang pelestarian alam dalam bahasa Inggris. Peserta LIA Ecofest 2019 mencapai sekitar 400 orang dan merupakan siswa sekolah dari berbagai lokasi di Indonesia.

Menurut Rudi, banyak langkah yang diambil KLHK agar perilaku para pecinta alam semakin ramah lingkungan. Diantaranya adalah mewajibkan pendaki gunung untuk membawa kembali sampah yang mereka hasilkan. “Ini sudah dilakukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Kalau pendaki bawa lima bungkus mie instan, maka pulangnya wajib membawa bungkus sisanya turun. Jika tidak, mereka didenda,” kata Rudi.

Sugiharto