Dikenal sebagai pusat perkembangan teknologi dunia, Jepang ternyata meminati teknologi hasil hutan yang dikembangkan Indonesia. Adalah teknologi pembuatan bioetanol berbasis aren yang dikembangkan Badan Litbang dan Inovasi cq Pusat Litbang Hasil Hutan (P3HH) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang menarik minat Universitas Kyushu, Jepang untuk ikut bermitra mengembangkan lebih lanjut teknologi tersebut.
Hal itu menjadi salah satu capaian positif dari Indonesia Innovation Day yang digelar di International Convention Center, Universitas Kobe, Kobe, Jepang, Selasa (16/10/2018).
Kemitraan antara P3HH dan Universitas Kyushu dituangkan dalam surat pernyataan niat (Letter of Intent/LoI) antara kedua belah pihak. LoI diteken oleh Dr Wening Sri Wulandari yang mewakili P3HH dan Profesor Takuya Kitaoka, PhD yang mewakili Universitas Kyushu.
Menurut Wening, kemitraan bertujuan untuk mengembangkan penelitian kolaboratif dan publikasi tentang teknologi pengolahan bioetanol dari aren dan aplikasi nanocellulose.
“Teknologi pemanfaatan aren (Arenga pinnata Merr) saat ini telah diimplementasikan di Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo melalui pengembangan Desa Mandiri Berbasis Aren,” kata dia dalam pesan singkatnya, Rabu (17/10/2018).
Teknologi yang dikembangkan P3HH mengolah air aren menjadi bioetanol berkadar tinggi untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. Pengolahan bioetanol aren dirancang tidak membutuhkan biaya besar dan ekonomis.
Alat produksi bioetanol aren tersebut merupakan rancangan peneliti bioenergi P3HH Djeni Hendra. Alat tersebut terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah untuk menghasilkan cairan fermentasi aren. Sementara bagian kedua adalah alat penyulingan untuk memurnikan etanol.
Menggunakan peralatan tersebut, dari 25 liter air nira bisa dihasilkan 2 liter etanol. Etanol yang dihasilkan bisa mencapai kadar 89%, tergantung kualitas air nira yang digunakan.
Berdasarkan hasil pengujian, 1 liter bioetanol aren bisa digunakan untuk memasak setara dengan pemakaian tabung gas 3 kilogram. Atau jika dipakai terus menerus bisa digunakan selama enam jam.
Ini jelas jauh lebih hemat. Pasalnya, tabung gas 3 kilogram saat ini dijual dengan harga sekitar Rp25.000, bahkan lebih mahal di lokasi yang ada di pedalaman hutan. Sementara biaya produksi bioetanol nira hanya sekitar Rp8.000 per liter. Itu berarti ada penghematan lebih 60%.
Wening mengungkapkan, selain kemitraan untuk penelitian aren, juga terdapat potensi kerjasama pengembangan desain batik struktur anatomi kayu dengan Balai Besar Kerajinan Batik dan Shop Kecak Jepang. Ada juga penjajagan kerja sama penentuan jenis kayu yang cocok untuk instrumen akustik (gitar) dengan Yamaha. Ltd yang akan dibantu kolaborasinya oleh Kyoto University.
Selain teknologi pengolahan aren, pada Indonesia Innovation Day 2018 juga dipamerkan Alat Identifikasi Kayu Otomatis (AIKO), dan Xylarium Bogoriense
Indonesia Innovation Day 2018 merupakan sarana promosi inovasi Pusat Unggulan IPTEK (PUI) dari lembaga litbang dan Perguruan Tinggi. Ada 40 produk inovasi PUI dari berbagai Lembaga Litbang PUI di Indonesia yang dipromosikan pada kesempatan tersebut. Produk inovasi yang ditampilkan adalah inovasi di bidang pangan, energi, kesehatan, sosial–budaya, telekomunikasi, informasi, dan komunikasi, material maju dan kemaritiman. Sugiharto