Kemarau Datang Lebih Awal, Petani Dianjurkan Gunakan Pompa Atasi Kekeringan

Musim kemarau datang lebih awal. Sejumlah lahan pertanian, terutama di Jawa Timur, mulai mengalami kekeringan. Kementerian Pertanian (Kementan) pun menganjurkan petani memanfaatkan sumber air tanah dengan teknologi pompa air.

Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Rahmanto mengatakan, untuk mencegah agar tanaman tidak puso, maka yang perlu dilakukan adalah membuka pintu air agar kekeringan tidak meluas.

“Kita mengambil langkah untuk menurunkan air dari telaga Sarangan agar kekeringan dan puso tidak makin meluas,” katanya ketika meninjau kekeringan di Magetan, Jawa Timur, Rabu (19/6/2019).

Langkah lainnya adalah memanfaatkan sumber daya air tanah dengan teknologi pompa air untuk mengairi lahan sawah yang mengalami kekeringan. Saat ini, sudah ada 14 unit pompa air yang tersebar di 10 kecamatan.

“Memaksimalkan 14 pompa air yang ada. Bila belum cukup, nanti akan diupayakan irigasi air tanah dangkal untuk mengurangi dampak kekeringan,” jelasnya.

Pemerintah Kabupaten Magetan, Jawa Timur mengakui wilayahnya mengalami kekeringan. Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan pun bergerak cepat mengambil langkah antisipasi.

Dari pantauan lapangan, lahan kekeringan yang masuk kategori berat ada 151 hektare (ha), kekeringan sedang mencapai 116 ha dan yang masuk kategori ringan 143 ha. Sedangkan yang mengalami puso mencapai 167 ha.

“Kekeringan tersebar di empat kecamatan, yakni Kecamatan Panekan Barat, Sukomoro, Parang, dan Kecamatan Magetan,” katanya. Di Kecamatan Panekan, kekeringan terjadi di Desa Turi, Sidowayah, Banjarejo, Mangasri.

Di Kecamatan Barat terjadi di Desa Bogoreno. Di Kecamatan Parang kekeringan melanda Desa Parang, Mategal, Ngaglik, Tamanarum, Pragak, Krajan dan Joketro.

Sedangkan di Kecamatan Sukomoro, padi yang mengalami kekeringan ada di Desa Truneng, Bogem, Kedungguwo, Bibis dan Kentangan. Lalu di Kecamatan Magetan padi yang mengalami kekeringan ada di Desa Purwosari, Baron, Selosari dan Mangkujayan.

Rahmanto juga mengimbau petani agar melakukan pengaturan dan penerapan pola tanam sesuai anjuran yang spesifik lokasi, yang berdasarkan kondisi agroklimat setempat. Selain itu menggunakan varietas berumur genjah dan tahan kekeringan.

“Juga dilakukan sosialisasi dan penyuluhan kondisi musim/iklim kepada petani. Serta pemberdayaan kelembagaan P3A menuju P3A yang mandiri, sehingga mampu melakukan upaya-upaya antisipasi terhadap kekeringan,” papar Rahmanto.

Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan dan Ketahanan Pangan (DTPHP KP) Kabupaten Magetan, Edi Suseno mengklaim kerugian akibat kekeringan lahan pertanian diperkirakan mencapai Rp13 miliar. “Total 167 ha itu dipastikan puso, kerugiannya diperkirakan Rp13 miliar. Itu data per pertemuan kemarin dari Provinsi,” ujarnya Edi.

Edi Suseno menambahkan, gagal panen akibat kekeringan yang dialami petani di Kabupaten Magetan dikarenakan musim kemarau yang datang lebih awal, yakni pada April. “Kami juga melakukan sosialisasi untuk mengganti tanaman padi dengan palawija dan anjuran untuk petani mengikuti asuransi lahan pertanian,” kata Edi.

Kebumen

Sementara di Kabupaten Kebumen juga dilaporkan beberapa lokasi tanaman padi terancam kekeringan, antara lain di Kecamatan Bulus Pesantren dan Petanahan.

Di Kecamatan Bulus Pesantren, luas tanaman padi sawah (standing crop) yang terancam kekeringan pada Musim Tanam kedua (MT II) seluas 213 ha yang tersebar di  Desa Indrosari (6 ha), Desa Sangubanyu (30 ha), Desa Ambalkumolo (9 ha), Desa Bocor (14 ha), Desa Waluyo (4 ha), dan Desa Sidomoro seluas 160 ha.

Saat ini umur tanaman padi baru 30 hari setelah tanam (HST). Di Kecamatan Bulus Pesantren, pantauan dilakukan pada Desa Sidomoro, Desa Tanjungsari dan Desa Bocor.

Dirjen PSP Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, penyebab kekekeringan yang melanda Kecamatan Bulus Pesantren karena kurang suplai air dari Waduk Wadaslintang (intake Kedungsamak) ke jaringan irigasi.

“Selain itu, karena musim kemarau yang maju. Bulan April curah hujan rendah dan bulan Mei sudah tidak ada hujan. Sementara awal masa tanam mengalami kemunduran,” tegas, Senin (17/6/2019).

Sarwo Edhy mengatakan, telah dilakukan upaya penyelamatan tanaman padi yang mengalami kekeringan. Di antaranya dilakukan melalui sistem gilir giring selama 6 hari mendapatkan 1 hari untuk pengairan, memaksimalkan pemanfaatan pompa bantuan pemerintah 2018 untuk mengairi sawah yang rawan kekeringan secara terutama bagi anggota P3A/Gapoktan.

Tahun 2018 Kabupaten Kebumen mendapatkan alokasi bantuan pompa air  sebanyak 15 unit (3 inch). Semuanya sudah terdistribusi secara merata pada daerah-daerah yang berpotensi mengalami kekeringan.

“Sedang diupayakan pompa dengan kapasitas yang lebih besar (6 inc) agar dapat mengalirkan air dari saluran irigasi di Desa Tanjungsari ke saluran irigasi tersier yang menuju Desa Sidomoro sehingga dapat menambah ketersediaan air,” tambahnya.

Sedangkan pada Desa Bocor, dengan standing crop yang mengalami kekeringan mencapai 14 ha. Kekeringan disebabkan karena suplai air dari saluran irigasi Wadaslintang tidak bisa mencapai Desa Bocor.

Namun, saat ini untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dilakukan dengan memanfaatkan air permukaan sungai Kedungbener (JIAP = Jaringan Irigasi Air Permukaan) dengan kapasitas pompa 213 ubin mesin.

Sementara di Kecamatan Petanahan, luas standing crop yang mengalami kekeringan mencapai 20 ha, pada umur tanaman 12 HST. Kejadian kekeringan ini, baru pertama kali terjadi di Kecamatan Petanahan yang terkenal paling subur.

Bulan Februari 2019 pada daerah/blok yang terkena kekeringan tersebut terkena kebanjiran. “Kekeringan tanaman padi pada kecamatan ini disebabkan kondisi iklim, di mana musim kemarau maju, masa tanam mundur,” katanya.

Di sisi lain, air irigasi dari Wadaslintang tidak bisa mencapai Petanahan karena kondisi saluran irigasi tersier belum permanen, sehingga banyak terjadi kehilangan air, dan tidak bisa menggunakan air tanah karena air berminyak dan asin.

Solusi yang sedang diupayakan adalah sistem gilir. Selain itu, melakukan rehabilitasi saluran irigasi tersier sejauh 300 meter . PSP