Modernisasi pertanian, yang merupakan penerapan teknologi 4.0 di bidang pertanian, menjadi salah satu terobosan peningkatan produksi dan efisiensi sistem usaha tani.
Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Andi Nur Alam Syah menjelaskan, kerangka teknologi 4.0 di bidang pertanian dikemas dalam bentuk Mekanisasi 4.0 yang sekaligus menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0 di segala bidang.
Kementerian Pertanian (Kementan) sejak tahun 2018 telah memulai riset dan perekayasaan terkait teknologi alat dan mesin pertanian (Alsintan) yang berbasis IoT (Internet of Thing) alias internet untuk segala, Cyber-physical System, dan Management Information System.
“Hari ini kami ditugaskan Menteri Pertanian untuk melakukan uji coba pertanian 4.0 di Balai Besar Padi Sukamandi,” katanya di Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Sabtu (31/8/2019). Hadir Kepala Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Agung Prabowo dan Kepala Balai Besar Padi Sukamandi, Priatna Sasmita.
Menurut Andi Nur Alam Syah, kegiatan ini merupakan bukti nyata bahwa pembangunan pertanian ke depan semakin full teknologi modern. Dampaknya, selain peningkatan produksi, juga kualitas dan menghemat biaya. Kesejahteraan petani semakin meningkat dan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia optimis diwujudkan.
Sementara Agung Prabowo menyebutkan, Kementan telah menciptakan banyak karya untuk membangun Mekanisasi 4.0, yakni Drone penebar benih padi, Robot Tanam Padi, Autonomous tractor, dan Mesin panen plus olah tanah yg terintegrasi.
“Keempat Alsintan tersebut saat ini bisa menjadi solusi petani Indonesia dalam melakukan usahatani modern,” ujarnya.
Keunggulan
Andi Nur Alam Syah mengungkapkan, Drone penebar benih memiliki keunggulan yang mampu menebar benih satu hektare (ha) lahan dalam waktu 1 jam dengan kapasitas 50 sampai 60 kg/ha. Drone penebar benih ini mampu bekerja mandiri sesuai pola atau alur yang sudah dibuat pada perangkat android dan dipandu oleh GPS.
Drone ini mampu melakukan resume operation, sehingga operasi yang tertunda dapat dilanjutkan kembali sehingga tidak terjadi overlap dan dilakukan secara otomatis. Ketahanan batere mampu beroperasi selama 20 menit dengan kapasitas angkut maksimal 6 kg benih padi.
“Robot Tanam Padi dapat difungsikan untuk menanam bibit padi di lahan sawah yang mampu berkomunikasi melalui Internet of Thing melalui sarana GPS dan mampu bekerja mandiri,” katanya.
Adapun spesifikasi Robot Tanam Padi ini mempunyai lebar tanam 30 cm, 6 Baris Tanam, Kecepatan Kerja 2,0 km/jam dan Lebar Kerja 1,8 m memiliki kapasitas kerja 0,36 ha/jam atau 3 jam/ha.
Andi Nur Alam Syah menjelaskan, Autonomous Tractor adalah traktor roda 4 tanpa awak yang dikendalikan oleh sistem navigasi berbasis IoT. Alat ini juga dapat melakukan pengolahan lahan sesuai dengan peta perencanaan menggunakan GPS.
Kemudian, alat mesin pertanian berupa panen padi terintegrasi dengan olah tanah merupakan alsin yg mampu melakukan 2 proses sekaligus, yaitu proses memanen padi sekaligus olah tanah dengan rotari.
Alsintan ini mampu mempercepat dan mengurangi pekerjaan olah tanah, memutus siklus perkembangan OPT padi, dan mengkondisikan sanitasi lingkungan pasca panen yang baik.
“Melalui implementasi Mekanisasi 4.0 di sektor pertanian, diharapkan proses usaha tani menjadi semakin efisien guna menekan biaya produksi, meningkatkan produktivitas, dan daya saing,” tegasnya.
400.000 Alsintan
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ketut Kariyasa mengatakan, hingga saat ini pemerintah sudah mendistribusikan lebih dari 400.000 unit Alsintan ke seluruh pelosok daerah. Jumlah ini bahkan meningkat 500% jika dibandingkan tahun sebelumnya dan terbesar sepanjang sejarah pertanian Indonesia.
Menurut dia, modernisasi dilakukan sebagai persiapan menghadapi tantangan era revolusi industri 4.0. Kariyasa juga mengatakan bahwa modernisasi pertanian ini terbukti mampu menghemat biaya produksi dan mempercepat proses produksi hingga meningkatkan produktivitas lahan.
“Sebagai contoh, penggunaan traktor roda 2 dan roda 4 mampu menghemat penggunaan tenaga kerja dari 20 orang menjadi 3 orang/ha. Belum lagi biaya pengolahan lahan turun sekitar 28%,” katanya.
Selain itu, ada juga penggunaan rice transplanter yang mampu menghemat tenaga tanam dari 19 orang menjadi 7 orang/ha. Selanjutnya pola ini dapat menurunkan biaya tanam hingga 35% serta mempercepat waktu tanam menjadi 6 jam/ha.
Ada juga penggunaan combined harvester yang bisa menghemat tenaga kerja dari 40 orang menjadi 7 orang. Lebih dari itu, Alsintan juga bisa menekan biaya panen hingga 30% dan menekan kehilangan hasil menjadi 2%.
“Dari sisi ekonomi, Alsintan mampu memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga petani hingga mencapai 80% dari Rp10,2 juta menjadi Rp18,6 juta/ha tiap musim,” katanya.
Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga menjelaskan, Kementan dalam 4,5 tahun terakhir secara aktif melakukan upaya modernisasi pertanian dengan pengembangan teknologi pertanian.
Mulai dari perbenihan, cara tanam, perhitungan pola tanam berbasis IT, hingga mekanisasi. Penanaman dan panen komoditas utama seperti padi dan jagung secara khusus dikembangkan dengan memanfaatkan mekanisasi Alsintan modern.
Kuntoro juga mengatakan bahwa mekanisasi pertanian yang telah dilakukan dinilai telah mampu meningkatkan pendapatan petani meskipun harga yang diterima petani menurun atau deflasi akibat produksi melimpah.
Namun, karena tambahan penghematan biaya dan kenaikan produksi akibat mekanisasi mampu mengkonpensasi turunnya harga yang diterima petani sehingga tidak berdampak terhadap turunnya Nilai Tukar Petani (NTP). PSP