Kolaborasi dan sinergi semua pihak dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), terutama di lahan gambut, sangat penting untuk dilakukan.
Demikian diungkapkan Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Hartono Prawiraatmadja saat Diskusi Pojok Iklim secara virtual, Rabu (24/3/2021).
Pojok Iklim adalah diskusi mingguan multi-stakeholder terkait perubahan iklim yang digelar Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim (DPPPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Hadir dalam diskusi ini Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim (DPPPI) Sarwono Kusumaatmadja yang memberikan poin-poin penting dalam pencegahan karhutla. Diskusi ini dipandu Arief Yuwono, Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Evaluasi Kebijakan Kerjasama Luar Negeri.
Hartono menjelaskan, gambut pada satu Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) harus dikelola sebagai satu kesatuan yang utuh. Satu pengelola lahan tidak bisa hanya fokus pada pengaturan tata air di areal pengelolaannya tanpa memperhatikan pengelola lahan di sisi KHG yang lain.
“Penting dilakukan kolaborasi pengelolaan gambut dalam kaitannya dengan manajemen tata air yang baik sehingga akan sangat membantu program pencegahan karhutla karena kondisi lahan gambut yang selalu terjaga kebasahannya,” katanya.
BRGM memiliki tugas untuk mempercepat restorasi gambut di areal masyarakat dan areal yang tidak dibebani izin perusahaan di 7 provinsi di Indonesia.
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Karliansyah menyatakan Pemerintah sudah mengambil langkah-langkah korektif pengelolaan gambut.
Langkah tersebut, katanya, berhasil mendorong pengelolaan lahan gambut di yang dikelola perusahaan ke arah yang semakin baik. Hal ini penting guna mencegah karhutla.
Kolaborasi dan Pelibatan Masyarakat
Praktisi rimbawan Soewarso menyatakan pelibatan masyarakat untuk membuka lahan tanpa bakar (PLTB) menjadi kunci penting pencegahan karhutla sehingga penerapan pola pertanian ramah lingkungan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi kebutuhan.
Dia memberi contoh Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yang diinisiasi oleh APP Sinar Mas. Program itu sudah menghasilkan lebih dari 100 petani pelopor (champion) dengan berbagai komoditasnya.
“Peningkatan penghasilan mereka dari praktik PLTB akan menjadi contoh nyata yang bisa menggerakkan masyarakat lain untuk mengikuti,” jelas Soewarso.
“Semua inisiatif yang dilakukan tanpa kolaborasi dan semangat gotong royong tidak akan maksimal hasilnya. Maka sinergi dengan TNI, POLRI, Manggala Agni, KPHP, Masyarakat Peduli Api, Pemerintah Desa, RPK dan TRC sangat dibutuhkan guna keberhasilan pencegahan karhutla,” imbuh Soewarso.
Kapolda Jambi Irjen Polisi A Rachmad Wibowo menegaskan akan selalu mendukung upaya kolaboratif dan sinergi berbagai pemangku kepentingan untuk pencegahan karhutla.
“Kami memonitor berbagai upaya pencegahan karhutla secara intensif terutama di daerah gambut yang rawan kebakaran. Pemantauan yang dilakukan termasuk pada kanal-kanal air yang ada. Saat ini dampaknya sudah mulai terlihat dari vegetasi yang tumbuh dan satwa yang mulai berdatangan. Saya yakin kalau upaya ini dilakukan berkelanjutan maka akan menekan laju karhutla,” kata Rachmad.
AI