Pandemi COVID-19 tak hanya berdampak buruk bagi yang terpapar saja. Banyak sendi kehidupan ikut terpukul akibat penyebaran virus yang berawal dari Wuhan, China ini. Mulai dari perekonomian hingga sosial.
Menghadapi situasi tersebut, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ikut bergerak. Berbagai kegiatan dilakukan agar masyarakat di dalam dan sekitar hutan memiliki ketahanan menghadapi pandemi COVID-19.
“Sesuai arahan Ibu Menteri (Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya), kami tetap mendorong kegiatan agar masyarakat di dalam dan sekitar hutan memiliki ketahanan menghadapi COVID-19,” kata Kepala BP2SDM KLHK, Helmi Basalamah, Kamis (7/5/2020).
Menurut Helmi, kegiatan yang dilakukan dengan tetap menerapkan protokol pencegahan COVID-19. Dia mencontohkan pelatihan jarak jauh dengan metode e-learning untuk mengoptimalkan izin perhutaan sosial yang saat ini sedang digelar. Ada 3.000 peserta yang terlibat dalam pelatihan itu.
“Dengan e-learning, peserta bisa tetap di rumah saja, namun bisa mendapat pelatihan untuk meningkatkan kapasitasnya,” katanya.
Protokol pencegahan COVID-19, imbuh Helmi, juga tetap dilaksanakan pada kegiatan seperti sosialisasi di lapangan. Caranya dengan tetap menjaga jarak dan selalu mengenakan masker.
Helmi menuturkan, berbagai pelatihan dan sosialisasi yang dilakukan bertujuan untuk mengoptimalkan kawasan hutan yang dikelola masyarakat, misalnya dengan pola agroforestry. Kegiatan itu juga dilakukan untuk mengoptimalkan hasil hutan yang dihasilkan sehingga bisa mendukung pencegahan penyebaran virus korona dan peningkatan ketahanan pangan masyarakat.
“Masyarakat dibimbing bagaimana membudidayakan empon-empon di bawah tegakan hutan. Empon-empon seperti jahe, kunyit dan lainnya, saat ini sangat dibutuhkan pasar karena dipercaya bisa meningkatkan daya tahan tubuh dari berbagai penyakit,” papar Helmi.
Ada juga sosialisasi untuk membuat pembuatan cuka kayu yang dimanfaatkan sebagai disinfektan (cairan pembunuh kuman). Sosialisasi ini dilakukan oleh sejumlah Balai Diklat LHK (BDLHK) di daerah dengan didukung oleh penyuluh kehutanan dan tenaga Bakti Rimbawan.
Menurut Helmi, jika masyarakat memiliki kemampuan untuk memproduksi disinfektan secara mandiri, mereka bisa melakukan penyemprotan untuk mencegah penyebaran virus korona. “Bahkan bisa jadi sumber pendapatan karena produknya dibutuhkan masyarakat luas,” katanya.
Kebutuhan
Di antara BDLHK yang melakukan sosialisasi pemanfaatan cuka kayu sebagai disinfektan adalah BDLHK Samarinda, Kalimantan Timur. Penyuluh BDLHK Samarinda, Jayanthi Surbakti menjelaskan, sosialisasi dilakukan karena kebutuhan cairan disinfektan semakin meningkat di masa pandemi COVID-19. “Harganya pun semakin mahal,” katanya.
Sosialisasi pemanfaatan cuka kayu sebagai disinfektan alami dilakukan di Dusun Tani Jaya, Desa Batuah, Kutai Kartanegara. Ini adalah salah satu desa yang berbatasan langsung dengan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Diklat Loa Haur, yang dikelola oleh BDLHK Samarinda.
Sejumlah perwakilan masyarakat hadir pada sosialisasi yang dilakukan Kamis (16/4/2020) itu. Harapannya, warga yang hadir dapat meneruskan dan membagikan ilmu yang telah diperoleh kepada masyarakat lain di dusun tersebut.
Untuk diketahui, cuka kayu adalah hasil proses dari iptek arang terpadu yang dibuat dengan memanfaatkan dua drum yang telah dimodifikasi sehingga saling berhubungan. Drum pertama sebagai tungku pembakaran, yang akan membakar limbah kayu, bambu atau tempurung kelapa menjadi briket arang.
Asap yang dihasilkan dari drum tersebut tidak dilepaskan begitu saja ke udara, seperti umumnya pada proses pembuatan briket arang. Melainkan dialirkan melalui pipa menuju drum kedua yang berfungsi sebagai drum pendinginan. Hasilnya adalah asap cair atau yang dikenal sebagai cuka kayu.
Hasil uji yang dilakukan Badan Litbang dan Inovasi KLHK membuktikan, asap cair dengan konsentrasi 1% memiliki kemampuan lebih baik dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme dibandingkan etanol (alkohol) 70%, yang selama ini sering dijadikan bahan dasar disinfektan.
Menurut Jayanthi, di Dusun Tani Jaya, Desa Batuah, cuka kayu dibuat dengan memanfaatkan limbah kayu rambutan yang banyak di sekitar rumah warga. Dari proses pembuatan yang dilakukan, berhasil diperoleh sekitar 600 ml cuka kayu.
Selanjutnya, cuka kayu dicampur essence atau sari pewangi sereh, dan air dengan perbandingan 100 ml cuka kayu, 10 liter air dan 1 sendok makan essence. “Ketiga bahan dicampur dalam wadah ember, kemudian diaduk sampai homogen,” ujar Jayanthi.
Dia melanjutkan, cairan disinfektan yang dihasilkan langsung disemprotkan ke sejumlah titik. Penyemprotan dilakukan oleh tenaga Bakti Rimbawan dengan menggunakan alat penyemprot gendong yang telah disiapkan sebelumnya. Sejumlah titik, terutama yang menjadi tempat berkumpul, menjadi sasaran, seperti mushola dan pos Siskamling.
“Ini sekaligus mensosialisasikan cara penyemprotan disinfektan yang benar,” kata Jayanthi.
Dia mengungkapkan, warga yang hadir pada kegiatan tersebut terlihat sangat antusias. Evaluasi yang dilakukan pun membuktikan, masyarakat memahami penjelasan yang diberikan — yang dibuktikan dengan kemampuan menjawab sejumlah pertanyaan, mulai dari pembuatan cuka kayu, pembuatan disinfektan, dan penyemprotannya dengan benar.
“Warga yang hadir juga mau untuk membuat cuka kayu memanfaatkan bahan yang ada di sekitar mereka serta akan membagikan ilmu yang telah diperoleh kepada warga lain,” kata Jayanthi.
Dia berharap, warga Dusun Tani Jaya, Desa Batuah, Kutai Kartanegara mau dan mampu dalam memanfaatkan kayu yang tidak terpakai di sekitar rumah mereka menjadi cuka kayu yang dapat digunakan sebagai disinfektan alami, sehingga tujuan dari kegiatan yang dilakukan bisa tercapai. Pada kesempatan terpisah, Kepala BDLHK Samarinda Edi Kurniadi berharap, dengan kegiatan sosialisasi tersebut masyarakat mau dan mampu dalam memanfaatkan kayu yang tidak terpakai di sekitar rumah mereka menjadi cuka kayu yang dapat digunakan sebagai disinfektan alami. “Sehingga bisa berkontribusi untuk mencegah penyebaran virus korona,” katanya. AI