Genersi muda di Indonesia diharapkan dapat memahami betapa besarnya upaya petani dalam menghasilkan beras dan tanaman pangan demi kebutuhan rakyat di negeri ini, Untuk mendapatkan sebutir beras itu, dibutuhkan proses yang sangat panjang, waktu yang panjang, tenaga yang panjang, jerih payah yang panjang, kondisi alam, alam kadang bersahabat dan kadang tidak, dan sebagainya.
“Dari proses itu kita bisa menghargai bahwa sedikit nasi pun itu tidak mudah untuk dibuang buang saja,” ujar Komandan Kodim 0734 Yogyakarta Bram Pramudya SE, dalam acara Panen Raya Padi Gapoktan Ngudi Rukun Sorosutan Umbulharjo Yogyakarta, Kamis 11 Oktober 2018.
Acara panen raya padi ini dilakukan guna mengapresiasi para petani tanaman pangan khususnya padi yang tergabung dalam Gapoktan Ngudi Rukun Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta.
Kegiatan dilaksanakan di pesawahan dalam kota Yogyakarta yang luas lahannya sudah semakin berkurang karena banyak dilirik investor, sehingga banyak lahan pesawahan dalam kota yang sudah berubah menjadi bangunan.
Luas lahan pertanian di kota Yogyakarta terancam terus berkurang karena beralih fungsi untuk kebutuhan lain, di antaranya permukiman seperti yang terjadi di Kelurahan Sorosutan, Kecamatan Umbulharjo. Pada 2016, total luas lahan pertanian di Kelurahan Sorosutan masih sekitar 12,977 hektare. Namun pada tahun ini hanya tersisa sekitar 8 hektare.
Dengan luasan yang berkurang, tentu akan mempengaruhi hasil pangan yang juga berkurang. Dasar itu yang membuat TNI memiliki perhatian pada kondisi pangan. “Bagaimanapun juga kita ini manusia makan adalah kebutuhan yang paling utama, kita bisa memenuhi kebutuhan akan sepeda motor, karena sudah kenyang, bisa beli rumah karena sudah kenyang, beli mobil karena sudah kenyang, itu sebabnya kita perhatian dengan ini terhadap hal ini, kondisi pangan yang stabil. Masyarakat yang tercukupi kebutuhan pangannya, akan mempengaruhi bagaimana kondisi keamanan bangsa, ketahanan bangsa terhadap segala hal,” ujar Dandim 0734 Yogyakarta Bram Pramudya
Di sisi lain, ungkapnya, banyak generasi muda tidak begitu tertarik untuk turun ke sawah. Dari luas lahan yang menyempit, umumnya orangtua yang mengerjakan lahan tersebut. Menurutnya, generasi muda kini lebih tertarik dengan sesuatu yang berbau teknologi.
“Beberapa lahan yang tersisa untuk bisa dimanfaatkan, bisa dikembangkan lebih lanjut. Supaya bisa menarik gairah atau semangat generasi muda ke arah pertanian. Di situ ada edukasi. Kepala Dinas Pertanian dan yang terkait bisa diajak bekerjasama, dinas kebudayaan atau dinas penddikan, untuk bersama sama mengenalkan pada generasi muda tentang bagaimana peran dari pangan,” papar Bram.
Camat Umbulharjo, Marzuki berbangga hati karena kelurahan Sorosutan masih punya lahan pertanian yang dipertahan meski banyak diincar untuk dikonversi. “Kalau tidak punya tanah bagaimans, apa harus merekayasa? Untung masih punya. Suatu saat nanti Yogya penuh dengan sekolah, tidak tahu bagaimans cara menanam padi, bagaimana cara panen. Lahan ini bisa dijadikan ajang laboratorium bagi pendidikan. Dinas pertanian kerjasama dengan wilayah setempat, agar pertanian ini bisa dipertahankan dengan baik, untuk pendidikan juga untuk wisata,” kata Marzuki
Sementara itu dalam laporannya, Ketua Gapoktan Ngudi Rukun Sorosutan, Sunarjo menyampaikan, bahwa kelompoknya terus berupaya untuk memaksimalkan hasil panen di lahan yang tersisa. “Pada tahun 2018 ini , lahan sawah produktif yang tersisa sekitar 8 hektare saja,” jelasnya.
Oleh karenanya, yang diupayakan oleh Gapoktan adalah bagaimana mengolah lahan yang semakin sempit tersebut, agar produksi beras tidak menurun. Untuk usaha ini selain didampingi oleh Dinas Pertanian (PPL) petani juga ada bimbingan dari Kodim 0734 Yogyakarta
“Dan pada akhirnya, dalam Panen Raya Padi 2018, meski ada sedikit kekhawatiran dengan sempitnya lahan akan hasil, Tahun ini Gapoktan Ngudi Rukun bisa panen 11,96 ton per hektare. Dulu total keseluruhan sejumlah 9,2 ton per hektare. Saat ini meningkat menjadi 11,96 ton per hektare,” jelasnya
Sunarjo juga menjelaskan, dalam rangka memaksimalkan lahan dan hasil, ada beberapa kegiatan yang juga dilakukan, di samping tanam padi. “Antara lain produksi tanaman pangan, tanaman hias, peternakan olahan dan pemasaran hasil pertanian,” katanya. Anna Zulfiyah
Beragam Kegiatan di Gapoktan Ngudi Rukun Sorosutan
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Ngudi Rukun Sorosutan layak dijadikan contoh tentang keberhasilan yang bisa diraih kelompok tani jika mereka mau bersatu. Hal itu tercermin dari kegiatan-kegiatan yang ada di Gapoktan tersebut.
Berikut unit usaha unit usaha yang sudah berjalan di Gapoktan Ngudi Rukun Sorosutan:
Unit usaha permodalan yaitu LKMA (Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis). Unit usaha ini memanfaatkan bantuan dana PUAP sebesar Rp100 juta yang diperoleh tahun 2013 disamping simpanan pokok dan simpanan wajib dari anggota. Dana tersebut dimanfaatkan oleh anggota sebagai pinjaman bergulir, dalam rangka meningkatkan produksi usaha anggota. Sampai dengan tanggal 30 September 2018 dana sudah berkembang menjadi Rp144.722.040. Saat ini yang bergabung dalam kelompok ada 74 petani.
Unit usaha tanaman hias. Bertani tanaman hias adalah merupakan alternatif yang sangat menjanjikan dalam rangka menghadapi semakin minimnya lahan pertanian di perkotaan khususnya di wilayah kelurahan Sorosutan.
Unit usaha olahan. Bertani di perkotaan tidaklah hanya turun ke sawah atau ladang. Tetapi mengolah hasil sawah ladang sehingga menjadi produksi olahan yang dapat dipasarkan dsan membantu berputarnya roda perekonomian, juga menjadi cakupan kegiatan pertanian.
Unit usaha produksi beras baru. Diawali dari adanya bantuan penggilingan padi (RMU) dari pemerintah yang diterima tahun 2015 dan disahkan pemakaiannya 10 Maret 2016 oleh Walikota Yogyakarta, maka dimulailah unit usaha produksi beras baru. Usaha ini menghimpun gabah dari para anggota Gapoktan, diproses produksi, kemudian di pasarkan, langsung ke konsumen maupun melalui gapoktan lain yang bermitra. Anna Zulfiyah