Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan bantuan berupa alat mesin dan sarana pertanian (Alsintan) senilai total Rp10,1 miliar kepada Universitas Hasanuddin ( Unhas) untuk mengakselerasi dan mendorong mahasiswa agar siap menjadi petani milenial.
Bantuan tersebut diserahkan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) kepada Rektor Unhas, Dwia Aries Tina Pulubuhu di Lantai 1 Gedung Rektorat Unhas, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, Senin (5/7/2021).
“Tindak lanjut dari penyerahan bantuan ini adalah MoU untuk menyiapkan regenerasi petani melalui petani milenial bagi mahasiswanya yang berakhir masa studinya. Kita jadikan semuanya petani milenial,” ujar SYL.
Untuk diketahui, bantuan Alsintan yang diberikan Kementan berupa dua unit power thresher multiguna, dua unit corn sheller mobile, satu paket implementasi dan pendampingan teknologi produksi kedelai di Indonesia Timur, satu paket integrated farming menuju zero waste, satu hektare pembangunan nursery kopi, dan satu unit pengolahan (processing) daging.
Bantuan yang diberikan juga berupa sapi perah, 20 ekor kambing Saanen, 20 ekor kambing PE, satu unit traktor roda empat, dua unit traktor roda dua, dua unit transplanter, satu unit screenhouse, satu unit screenhouse hidroponik, serta satu paket kerja sama kemitraan riset pertanian.
Mentan SYL meminta agar pihak Unhas dapat menggunakan dan memanfaatkan bantuan dari Kementan dengan sebaik-baiknya. “Bu Rektor, ini adalah program besar. Seluruh perguruan tinggi di akhir periode yang mendaftar sebanyak 270, setelah itu segera dilatih dan diberikan sertifikat dari perguruan tinggi dan Kementan,” pesannya.
Lebih lanjut, Mentan SYL juga berpesan agar mahasiswa dapat diarahkan untuk melakukan aktivitas pertanian yang sama-sama dijamin antara Kementan dengan perguruan tinggi.
Menurutnya, konsep mencetak Petani Milenial sama dengan konsep Merdeka Belajar, karena mahasiswa yang dilatih langsung dapat praktik. “Ini sekaligus bermanfaat mendukung program Kampus Merdeka Belajar. Terimalah apa adanya, Bu Rektor, tidak ada timbal balik dari ini semua, murni bantuan dari negara,” ujar Mentan SYL kepada Dwia Aries.
Menanggapi hal tersebut, Rektor Unhas pun menyatakan kesiapannya untuk mengoptimalkan penggunaan bantuan dari Kementan.
“Kami siap memfungsikan bantuan ini, dan untuk program akselerasi kami tentunya siap melaksanakan, dan kami juga turut bangga karena Kementerian Pertanian dipimpin oleh alumni terbaik kami,” kata Dwia Aries.
Untuk diketahui, sesuai arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi), Kementan telah menyiapkan anggaran sebesar Rp70 triliun yang dapat diakses masyarakat melalui program kerja sama dengan lembaga perbankan berupa kredit usaha rakyat (KUR).
Petani Harus Kuasai Teknologi
Syahrul Yasin Limpo mengatakan, era 4.0 telah dilewati dan Indonesia akan segara memasuki era 5.0. Pada era baru ini, pertanian akan tetap menjadi sektor penting. Artinya, pemanfaatan teknologi dan mekanisasi di bidang pertanian tidak terhindarkan.
Mentan mengatakan hal ini saat memberi pelatihan “Pemanfaatan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) untuk Meningkatkan Produktivitas Tanam Padi” kepada ribuan penyuluh dan petani di Indonesia.
“Menurut saya, bangsa yang maju itu kalau agamanya baik dan pertaniannya bagus. Saat ini, kita ada di era itu. Artinya, kalau mau desanya bagus, kecamatan bagus, kabupaten bagus, provinsi bagus, dan negara bagus, perbaiki agama dan pertanian,” ujarnya.
Pria yang pernah menjadi Gubernur Sulsel ini menegaskan, bertani adalah kegiatan yang hebat dan keren. Bahkan, saat pandemi COVID-19 menghentak dunia dan membuat semua orang tidak berdaya serta melambatkan pertumbuhan perekonomian dunia, pertanian mampu menjadi sektor yang tetap bertahan dan tumbuh.
“Kalau kita lihat dari produk domestik bruto (PDB), hanya pertanian yang naik. Sektor lain semua minus. Ekspor pertanian Indonesia juga naik 15,79% dengan nilai Rp451,77 triliun pada 2020,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, triwulan I 2021 Indonesia sudah menyumbang 39,99% pendapatan sektor ekspor pertanian.
Penggerak Pertanian
Sebagai pelaku utama pembangunan pertanian di Indonesia, kinerja pertanian ditentukan oleh kerja penyuluh dan petani.
Maka dari itu, dirinya medorong BPPSDMP (Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian) agar mampu memberi pelatihan dan mencetak tenaga-tenaga terlatih untuk terus menggerakan pertanian ke arah yang lebih maju, mandiri dan modern.
“BPPSDMP dengan semua kepala dinas (kadis) harus menyiapkan orang yang harus dilatih untuk menaikkan kualitas pertanian, nilai tukar petani (NTP) dan nilai tukar usaha pertanian (NTUP). Siapkan satu juta orang,” tuturnya.
Penggunaan teknologi, lanjutnya, dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Kualitas sumber daya manusia (SDM) juga punya peran penting dalam penggunaan mekanisasi.
Mentan berharap, agriculture war room (AWR) yang dibangun juga dapat mendukung pembangunan pertanian di segala aspek, mulai dari mempersiapkan SDM terlatih hingga penjualan hasil petani berbasis digital.
“Kita harus hadirkan inovasi untuk mendukung itu. Misalnya, menghadirkan traktor taksi di setiap kabupaten. Negara lain sudah pakai teknologi,” katanya.
Mentan juga mengatakan bahwa pertanian tidak boleh hanya teori. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) pun harus senantiasa memegang ponsel dan terhubung dengan AWR.
“Penelitian dan pengembangan (litbang) pertanian harus maksimal. Ciptakan pula varietas baru. Cari tahu mengapa Amerika Serikat dan Jepang bisa unggul. Sebab, kita seharusnya juga bisa seperti mereka,” ujar Syahrul. PSP
Berkat Alsintan, Olah Lahan di Pati Jadi Efisien
Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan apresiasi kepada petani di Pati, Jawa Tengah, yang memanfaatkan alat dan mesin pertanian (Alsintan) jenis traktor roda 2 untuk mengolah lahan.
Kegiatan ini mendapatkan dukungan dari satgas TMMD reguler 111 Kodim 0718/Pati. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, modernisasi pertanian melalui penerapan mekanisasi pertanian sudah tidak bisa dihindari.
“Era industri 4.0 telah masuk hingga ke pertanian. Era ini ditandai dengan pemanfaatan teknologi, serta mekanisasi untuk sektor pertanian. Petani kita tidak boleh tertinggal dan harus memanfaatkan mekanisasi dalam bertani, termasuk memanfaatkan Alsintan,” katanya, Rabu (7/7/2021).
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil mengatakan, dengan memanfaatkan Alsintan, produktivitas pertanian pun dapat kita genjot.
“Alsintan memiliki kemampuan untuk mengurangi losses. Sehingga hasil yang didapat petani menjadi lebih maksimal,” terangnya. Dia menambahkan, dengan Alsintan pertanian menjadi lebih efektif dan efisien.
“Kalau dahulu olah lahan dilakukan beberapa hari dengan melibatkan sejumlah orang. Tapi dengan Alsintan, olah lahan hanya butuh beberapa jam dengan seorang operator. Biaya produksi pun bisa ditekan, sehingga petani lebih untung,” katanya.
Direktur Alat dan Mesin Pertanian Ditjen PSP Kementan, Andi Nur Alamsyah menyebutkan, dulu pertanian identik dengan kotor. Tapi dengan Alsintan, pola itu berubah.
Kini, lanjutnya, pertanian dilakukan dengan mesin. Olah tanah dilakukan dengan traktor, penyebaran benih bisa dilakukan dengan drone, menanam dengan rice transplanter, panen dengan combine harvester dan lainnya.
Pemanfaatan Alsintan memang telah dilakukan petani di Dukuh Pandahan, Desa Tamansari, Kecamatan Jaken, Pati. Petani menggarap sawahnya menggunakan Alsintan jenis traktor tangan.
Salah seorang petani, Lasiyo menuturkan, Alsintan juga mampu meningkatkan produksi, nilai tambah, dan kesejahteraan petani. Dengan cara lama, pengolahan lahan bisa memakan waktu berhari-hari.
“Saya membajak sawah menggunakan Alsintan jenis hand tractor yang bisa digunakan di tanah basah atau kering, dan ini merupakan upaya percepatan pengolahan lahan sehingga dapat membantu mempercepat proses tanam,” kata Lasiyo.
Sementara satgas TMMD reguler 111 Kodim 0718/Pati, Serda Subakir, dalam kesempatan itu mengatakan, membantu petani membajak sawah merupakan salah satu upaya khusus pendampingan TNI dalam hal ini mendukung program pemerintah mensukseskan swasembada pangan. “Warga desa di sini sudah banyak yang menggarap sawah ladang mereka menggunakan Alsintan, baik memiliki alat sendiri atau melalui UPJA,” kata Subakir. PSP