Merpati-merpati Juara Kembali Bersaing Memperebutkan Piala Raja

Kontes Nasional Merpati Endemik dan Merpati Hias 2022 Indonesia Fancy Pigeon Community (IFPC) Yogyakarta, di Sleman City Hall, Sleman DIY, Minggu 17 Juli 2022.

Ajang bergengsi burung-burung juara kembali digelar oleh Indonesia Fancy Pigeon Community (IFPC) Yogyakarta, di Sleman City Hall, Sleman DIY, Minggu 17 Juli 2022.

Kontes Nasional Merpati Endemic dan Merpati Hias 2022 ini memperebutkan Piala Raja. Piala bergilir dengan restu ngarso Dalem Sri Sultan Hamengkuwono X ini memang istimewa, terbuat dari emas dan akan menjadi bukti keunggulan.

Kontes dibuka Presiden IFPC Joko Wikono. Kontes sangat istimewa karena diikuti lebih dari 800 peserta dari berbagai daerah di Indonesia dan juga dihadiri peninjau dari Thailand.

Kontes membuka 81 kelas merpati yang dilombakan. Hal yang jarang karena biasanya hanya sampai 10 kelas yang dilombakan.

Ketua panitia IFPC Yogya, Ervan Sholeh Hantara (Pawiro) menjelaskan tujuan diadakan kontes ini untuk mencari bibit-bibit unggul semua jenis merpati hias dan semua merpati endemic yang ada peternakannya di Indonesia.

“Tujuan komunitas dan IFPC adalah mencari bibit unggul atau burung-burung juara. Kalau sudah ketemu burung juara kemudian kualitasnya makin menaik, ketika kualitas naik, otomatis harga akan naik, kualitas akan terseleksi,” ujarnya

Dilanjutkan oleh Pawiro, event seperti ini otomatis akan menggulirkan ekonomi kerakyatan seperti penjualan pakan, wadah pakan, sangkar, semua pernak-perniknya akan terangkat.

Sementara itu para peserta dari banyak wilayah di Indonesia menyambut baik gelaran kontes ini. IFPC sebenarnya rutin menggelar ajang nasional. Namun sempat terhenti saat pandemi Covid.

Seperti yang sampaikan oleh peserta dari team Lamongan, Al Kahfi, bahwa sebenarnya kontes nasional seperti ini bukan sekedar mencari piala atau ajang untuk mencari piala, tapi sebagai ajang untuk menjalin silaturahmi antar sesama penghobi, memperbanyak saudara.

Ketua Panitia Kontes Merpati IFPC Yogya, Ervan Sholeh Hantara (Pawiro) bersama peninjau dari Thailand

“Kalau dinilai biaya akomodasi dengan piala lebih banyak akomodasinya. Seperti contoh, tahun kemarin ke Makasar, biaya akomodasinya sudah berapa kali lipat. Tetapi memang ada sebuah penghargaan kalau mendapat juara, dapat piala,” kata Al Kahfi

Ditanya bagaimana memelihara supaya jadi juara, Al Kahfi menjelaskan pentingnya memelihara burung sejak kecil.

Sementara itu Welas dari Yogya mengatakan, sangat mendukung kontes ini. Welas  mengaku baru pertama kali menjadi peserta dan 16 ekor untuk endemik.

Burung kelas juara dari Makasar milik bapak Andar juga diturunkan. Harga burungnya sudah mencapai Rp10 juta-Rp20 juta per ekor. Bagaimana burung bisa selalu dihargai tinggi, pak Andar memberi masukan.

“Perawatan, artinya kualitasnya kualitas kontes. Burung ini saya tangkarkan sendiri. karena kami memang seleksi kalau memang tidak masuk kriteria, kami tidak ternak, mending kami potong. Dan burung juara rata-rata Rp10 juta ke atas,” katanya.

Lain lagi dengan Indus Neira Mecca dari Kediri penyabet Piala Bupati, sebagai breeder terbaik. Dia menjelaskan Komunitas Kediri Raya total mendatangkan 250 ekor burung, secara pribadi 100 ekor burung dari Naera Farm.

“Untuk pribadi kalau saya lebih ke mencari penyegaran pulang kerja, saya kerja di luar kota, 1 bulan sekali baru pulang, minimal untuk refresh diri, dinikmati. Ternyata membuahkan hasil.  Banyak teman-temannya yang beli, karena ada beberapa jenis di Indonesia kebetulan yang punya saya. Bahkan untuk wilayah Jawa Timur sendiri mencari burung akan lari ke Naera Farm,” ujarnya.

Tetapi meski menikmati hasil dari burungnya, Indus tetap menilai kalau kontes itu yang pertama lebih ke silaturahmi, komunikasi antar teman. Dan kalau jadi juara, harga merpati juara akan naik. Merpati saat ini banyak fokus di Jawa Timur. Indus berharap perkembangan merpati hias menuju kearah lebih melebar lagi.

Sementara itu peninjau Thailand Chahya mengapresiasi bahwa perkembangan merpati di Indonesia sangat bagus, dan ingin selalu datang kalau ada event. Saat ditanya bagaimana dengan merpati di Thailand, Chahya menyampaikan di Thailand kurang popular.

“Saya kira kurang popular karena tidak terlalu banyak peternak di Thailand, di Indonesia banyak peternak dan banyak kontes. Di Thailand masyarakatnya belum mengerti tentang standar,” Katanya.

Indus Neira Mecca dari Kediri penyabet Piala Bupati Kontes Merpati 2022

Dalam even ini Piala Bupati Sleman diboyong Indus Neira Mecca dari Kediri. Piala Best of Best (BOB) Endemik dibawa pulang Gangan Hadireza dari Bandung. BOB Merpati Hias dibawa Nuiz Farm dari Bone Sulawesi. Sedangkan piala bergilir, Piala Raja diboyong team Kediri. Yang nantinya akan diperebutkan lagi di even nasional mendatang.***Anna Zulfiyah