Di tengah fenomena El Nino yang mengancam pasok pangan, kabar menyenangkan muncul di pertemuan tahunan Dewan Biji-bijian Internasional (IGC) di London, pekan ini.
Produksi kedele dan beras diprediksi mencetak rekor dalam tahun pemasaran 2023-2024 ini. Hanya saja, stok akhir total volume biji-bijian global bakal anjlok ke level rendah dalam 9 tahun.
Dengan hasil panen jagung dan sorgum yang lebih besar untuk mengimbangi penurunan panen gandum dan jelai (barley), IGC melihat produksi biji-bijian global bertambah 40 juta ton dari tahun ke tahun menjadi 2,294 miliar ton. Namun, konsumsi diperkirakan juga naik 2% dari tahun ke tahun, dari 2,254 miliar ton menjadi 2,302 miliar ton. Peningkatan konsumsi ini karena naiknya serapan sektor pangan, pakan dan industri, sehingga stok akhir pun makin ketat.
IGC menaksir terjadinya perlambatan perdagangan biji-bijian pada 2023-2024 sebesar 408 juta ton, turun dari 411 juta ton setahun sebelumnya. Hal ini terjadi terutama akibat perkiraan lebuih kecilnya arus gandum. Produksi gandum diprediksi menurun 20 juta ton menjadi 783 juta ton, sementara perdagangan diproyeksikan turun 6 juta ton menjadi 194 juta ton.
Produksi kedele dunia ditaksir naik 9% year-on-year (yoy) mencapai rekor 403 juta ton selama 2023-2024, kata IGC. Didorong oleh naiknya permintaan produk kedele, konsumsi akan bergerak naik ke level tinggi yang baru, sementara akumulasi stok juga diantisipasi, termasuk keuntungan yang diraup eksportir utama. Di saat pertumbuhan diperkirakan hanya moderat, permintaan impor dunia malah diprediksi naik mencapai puncak 173 juta ton.
Sementara untuk produk minyak nabati lainnya, IGC mengatakan perlu antisipasi terjadinya kenaikan minyak rapeseed/kanola di atas rata-rata, dan pada saat yang sama minyak bunga matahari potensi pulih kembali.
Beras
Sementara untuk produksi beras, IGC memperkirakan bakal ada kenaikan berkat adanya tambahan luas tanam dan membaiknya angka produktivitas di Asia. Produksi beras global ditaksir naik 2% yoy, dan mencetak rekor 521 juta ton pada 2023-2024, dengan kenaikan sedikit pada perkiraan serapan dan stok.
Perdagangan beras diperkirakan akan meningkat tahun 2024 karena adanya kenaikan permintaan impor dari Afrika.
Sementara Indonesia sendiri berupaya mengantisipasi penurunan produksi beras akibat El Nino dengan meneken impor beras 1 juta ton dari India. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengaku telah menandatangani MoU impor beras tersebut, Kamis (15/6).
Zulkifli menyebut Kementerian Perdagangan harus melakukan inisiatif menghadapi El Nino. Stok beras untuk rakyat tidak boleh terbatas meski fenomena kekeringan melanda.
“Oleh karena itu, saya sudah (tandatangani) MoU nota kesepahaman dengan India 1 juta ton sewaktu-waktu bisa beli. Government to government (G to G) kita sudah pesan 1 juta ton,” ujar Zulkifli seperti dikutip Antara.
Menurut Zulhas, demikian dia biasa dipanggil, impor beras asal India merupakan kesepakatan di luar dari penugasan Badan Pangan Nasional (Bapanas) ke Perum Bulog untuk mengimpor beras sepanjang 2023. Bulog sendiri sebelumnya sudah menerima penugasan Bapanas untuk mengimpor beras sebanyak 2 juta ton sampai akhir 2023.
Zulhas menyebut MoU tersebut berisi soal harga dan ketersediaan beras India. Namun, untuk waktu pembelian belum ditentukan oleh kedua negara.
“Ini baru MoU untuk harga tetap, barang ada tapi belum kita beli. Tapi sudah ada MoU G to G, tahun ini kalau butuh bisa beli. Barangnya sudah ada,” kata Zulkifli. AI